Thursday, April 23, 2020

Manusia

Thursday, April 23, 2020 0 Comments




Manusia

Kita mungkin saat ini jenuh dengan pemberitaan tentang segala macam persoalan bangsa yang rumit. Pernahkah kalian berpikir mengapa ada manusia yang saling menindas satu sama lain, adapula yang merusak alam demi harta. Bukankah kodrat sesama makhluk di bumi ini harus saling kasih dan melindungi. Apakah manusia sudah tidak mengenali dirinya sendiri lupa untuk apa dia diciptakan di bumi. Saya pernah berpikir seandainya nilai sesuatu hal tidak di generalisir mungkin masih ada atau mungkin banyak manusia yang berhati baik. Sesuatu hal yang di generalisir itu contohnya sudut pandang akan kecantikan, kesuksesan dan kebahagiaan. Bila cantik tidak hanya terdefinisi harus berkulit putih, tinggi, memakai barang branded serta fashion yang terupdate sesuai dengan sudut pandang perusahaan fashion ternama. Mungkin perempuan tidak perlu repot-repot dalam bergaya agar terlihat fashionable atau kekinian.
Seandainya definisi kesuksesan tidak tergeneralisir  menumpuknya harta bisa beli ini itu untuk nafsu mungkin diantara kita tidak akan ada strata sosial, seandainya saja setiap orang mendapatkan sesuatu yang sama dengan yang lain ku kira tidak akan saling rebut. Tapi nyatanya kita hidup dengan sebuah penilaian-penilaian yang kita sepakati bersama meski terpaksa.
Marilah kita kembalikan kesadaran pada diri kita tentang peran manusia dalam kasih dan saling melindungi sesama makhluk. Berpikirlah bahwasanya semuanya berhak memiliki hal yang sama dengan yang kamu miliki. Jangan terlalu rakus akan kebahagiaan dan kekuasaan. Tidak ada bahagia yang abadi 
jika cara mendapatkannya dengan menindas orang lain. Mari kita kembali merenung kembali memikirkan Tuhan kita masing-masing mempertanyakan sebenarnya untuk apa kita diciptakan dan dihidupkan di bumi.

17 september 2019
Sebuah renungan dalam kekacauan bangsa 

Senja hilang

Thursday, April 23, 2020 3 Comments
PUISI SENJA HILANG


Senja hilang manusia pulang
Kekhawatiran malam gelap datang
Rintik air menembus celah dinding
Sunyi sepi senyap hening

Manusia sibuk  mengejar eksistensi
Lupa akan makna substansi 
Hati sudah membusuk basi
Sibuk menuhankan tahta kursi


Malam pukul tujuh

Thursday, April 23, 2020 0 Comments
Malam itu kita bertemu tepat jam 7 malam.
Tidak ada pembicaraan serius diantara kita berdua. Aku sibuk dengan kertas-kertas merangkai kata-kata abadi ku dengan pena ku.
Kata-kata yang ku harap akan menjadi kenangan abadi yang bisa kau baca sesuka hatimu jika kau rindu.
Hingga tiba-tiba angin bertiup kencang menerbangkan kertas-kertas ku.
Aku sibuk memungut kertas-kertas ku yang berserakan.
Hingga ku sadar kau sudah tidak ada lagi disampingku.
Bangku itu telah kosong hanya tersisa sebuah gelas berisi kopi hitam.
Entah aku tak tau kau pergi kemana?
Apakah aku terlalu sibuk dengan kata-kata ku ataukah kamu yang memang tak mau sabar menunggu hingga rangkaian kata-kata ini selesai. 
Aku tidak pernah tahu, aku hanya menunggu bersama kertas-kertas di tangan