Thursday, November 27, 2014

makalah Peran Ilmu Keislaman dan Peran Ilmuan Islam serta Kontribusinya Bagi Sains Modern.

Thursday, November 27, 2014 0 Comments


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada saat seluruh dunia arab tenggelam dalam arus kebodohan, kedangkalan iman, jauh dari sinaran tauhid, dan keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama, masyarakat Arab sangat rapuh dan memperihatinkan, muncul seorang tokoh besar yang dikemudian hari akan menjadi sosok yang memiliki pengaruh dan dikagumi yang membawa ajaran baru seperti yang kita kenal hingga saat ini. Beliau adalah Rasulullah saw sebagai pembawa risalah Islam yang sampai saat ini masih eksis dan mendarah daging di sebagian besar masyarakat dunia.
Semenjak munculnya, ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw. telah banyak memberikan sumbangan kepada dunia Arab khususnya dan seluruh dunia pada umumnya, baik semenjak zaman Rasulullah saw sendiri hingga zaman modern saat ini. Dari sejak munculnya hingga saat ini banyak tokoh-tokoh dan ilmuan muslim yang lahir dan memberikan pengaruh besar terhadap khazanah keilmuan dan peradaban dunia, terlebih lagi ketika zaman keemasan Islam.
Peradaban Islam memang mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwa telah menghiasi perjalanannya. Meski demikian, orang tidak mudah untuk begitu melupakan peradaban emas yang berhasil ditorehkannya untuk umat manusia ini. Pencerahan pun terjadi di segala bidang dan di seluruh dunia. Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.
Sejarah Islam membuktikan banyaknya para cendikiawan Muslim yang banyak memberikan Kontribusi dalam pengembangan ilmu di percaturan ilmu pengetahuan dunia. Yang ilmunya tidak kalah dengan para ilmuwan barat, yang keberadaannya tidaklah seterkenal ilmuwan barat.
Pada abab pertengahan hidup para pakar-pakar cendikiawan muslim seperti Ibnu Sina yang terkenal dengan bukunya Qanun Fi Attib (the Canon) yang disebut-sebut sebagai inspirator utama kebangkitan barat dalam ilmu kedokteran, selain itu Islam juga mengenal Penemu Gaya Gravitasi Al-Biruni, Bapak Sosiologi Politik Ibnu Khaldun, Jabir ibnu Hayyan sebagai penemu Ilmu Kimia, Ibnu Majid penemu Kompas dan Navigator. Al-Khawarizmi (bapak aljabar dan geografi), Abu Al-Zahrawi (bapak bedah, penemu hemofilia), Ibnu Haitham (penemu teknik fotografi, optik dan energi solar), Ibnu Rusyd (perintis ilmu jaringan tubuh), Ibnu Nafis (penemu peredaran darah paru-paru), dan lain-lain. Namun kadang mereka jarang disebut-sebut dalam khazanah pendidikan kita, kalau sekarang murid-murid menengah pertama ditanya siapakah penemu peredaran darah, mereka akan menjawab William harvey.[1]
Saat ini banyak hal yang telah dapat dinikmati dan kita gunakan dari hasil pemikiran para tokoh-tokoh muslim terdahulu, baik di bidang kesehatan, politik, sosial, budaya, keilmuan dan lain sebagainya. Hasil pemikiran mereka tidak kalah dengan apa yang dihasilkan oleh para pemikir-pemikir barat, bahkan banyak ilmuan-ilmuan barat yang justru mengambil hasil fikiran para pemikir-pemikir muslim dan dianggap menjadi hasil produk pemikiran mereka. Oleh karena itu tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui sumbangsih islam terhadap ilmu pengetahuan dan tantangan islam terhadap dunia modern.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.     




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peran Ilmu Keislaman dan Peran Ilmuan Islam serta Kontribusinya Bagi Sains Modern.
2.1.1 Peran Ilmu Keislaman
Perkembangan sains Islam dapat dibagi ke dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pewarisan dan penerjemahan. Pada masa ini dilakukan pengumpulan berkas-berkas penulisan Yunani untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Institusi terkenal yang mengoleksi dan menerjemahkan tersebut salah satunya adalah Baitul Hikmah yang dibangun pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah. Tahap kedua adalah pengklasifikasian cabang-cabang ilmu kemudian merumuskan metoda ilmiah dalam mempelajari dan membuktikannya. Tahap ketiga adalah pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu pengetahuan baru.[2]
Berikut penjelasan singkat mengenai beberapa cabang sains yang berkembang beserta tokoh-tokoh yang memeloporinya:
1.      Matematika
Matematika adalah ilmu yang diperoleh melalui tangga musik dan rasional. Konsep matematika yang dikembangkan adalah sebagai berikut (1) logika tentang bukti, (2) ide-ide empiris tentang hukum eksakta dan hukum alam (3) konsep operasi (4) matematika bergerak dari deskripsi yang bersifat statis kepada deskripsi yang bersifat dinamis.[3]
Phytagoras meneliti nada-nada alam dan nada-nada tangga nada musik. Dari hasil penelitiannya dia mendapat ilham menciptakan sistem angka decimal 1-10, 11-20 dan seterusnya yang hingga kini dipakai seluruh dunia. yang kemudian mengilhami Plato (428-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) dan pada perkembangan matematika dan filsafat rasional dunia barat.
Dalam perjalanan ilmu yang bertolak dari matematika yang dipengaruhi oleh budaya Islam ditemukan letak kiblat, penemuan pola kemungkinan simetris antara ruang dan waktu yang sifatnya statis, berbagai penemuan mengenai simetris-simetris kristal. Sayang buku ini tidak memasukkan nama al-Kawarizmi, kalau mau jujur selain Phytagoras.  
Cendikiawan yang lahir 1300 tahun kemudian punya andil besar dalam perkembangan matematika dunia. Apakah hanya cendikiawan Yunani yang pantas selalu disebut-sebut dalam khazanah ilmu pengetahuan matematika.
2.      Aritmetika
Menurut ibn Khaldun aritmatika Adalah pengetahuan tentang angka-angka yang dikombinasi di dalam deret hitung dan deret ukur. Disiplin ilmu ini adalah cabangnya pertama dari ilmu-ilmu matematis dan yang paling pasti. Ia masuk kedalam pembuktian melalui hitungan. Buku-buku tentang ilmu ini ditulis As-Syifa, An-Najat oleh Ibnu Sina.[4]
3.      Aljabar
Merupakan cabang aritmatika : orang pertama yang menulis disiplin ilmu ini adalah al-Khawarizmi, dan sesudahnya, Abu Kamil Syuja bin Aslam. Buku yang terbaik adalah kitab karya al-Quraisyi.[5]
4.      Aritmetika Bisnis
Cabangnya adalah hitung dagang. Aplikasinya banyak dilakukan dikota-kota. Bisnis yang berkenaan dengan jual beli barang, pengukuran tanah, zakat, dan semua bisnis lain yang punya hubungan dengan angka-angka Dan Ilmuwan Andalusia yang terkenal dengan ilmu dagang adalah Hitung dagang Az-Zahrawi, Ibn As-Samah dan Abu Muslim Ibn Khaldun, dan murid Maslamah Al-Majriti.[6]
5.      Faraid
Untuk menghitung bagi ahli-ali waris yang berhak (dzawil furudl). Agar penyelesaian masalah pembagian waris ini dapat adil dan benar, disiplin ilmu ini penting. Pada Mahzab Malik, lahirlah bukunya Ibnu Tsabit, Kitab Ringkasan Qadli Abu al-Qasim al- Hufi, Karya Ibnu al-Munmir, al-ju’adi, al-Shuradi, namun yang tertinggi karya al-Hufi. Berdasarkan mahzab as-Syafi’i, Iman al-Haramain. Demikian juga karya mazhab hanbali dan Hanafi. [7]
6.      Ilmu Ukur
Mempelajari ukuran-ukuran kuantitas, ukuran itu boleh bersambung seperti garis, bidang datar, dan benda-benda geometris, Karya orang-orang Yunani dalam bidang ini yang sudah diterjamahkan kedalam bahasa Arab. Adalah buku Eukleides yang diterjemahkan pada masa khalifah Abu Ja’far al-manshur menjadi buku pegangan para pelajar saat itu. Ringkasan Eukleides dibuat antara lain oleh Ibnu Sina dalam buku As-Syifa. Oleh as- Ibnu as- Shalt dalam buku al-Iqtishar. [8]
7.      Geometri
Meluasnya dunia Islam membutuhkan panduan di bidang geografi. Menghadapi kebutuhan yang berkembang pada perjalanan dan pedagangan serta urusan pemerintahan, ahli geografi bekerja keras untuk memperbaiki, mengembangkan, dan mengisi peta dunia yang diperoleh dari sumber-sumber Babilonia, Persia, dan Yunani serta dari naskah Yahudi, Kristen dan Cina. Pandangan kartografi Islam terhadap daerahnya menyerupai pandangan kartografi modern. Abu Ishaq al-Istakhri dengan karyanya: Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalur Perjalanan Kerajaan) dan Ibn Hawqal membagi daerah Islam menjadi 12 wilayah dan memisahkan daerah non-Islam dalam kategori yang berbeda serta menulis atlas.
Al-Mas’udi, dalam karyanya Muruj al-Dhahab (Padang Rumput Emas dan Tambang Permata), menguraikan tempat-tempat yang ia kunjungi dan berisi potret Eropa. Ibn Batuta, penjelajah abad ke-14 asal Maroko, menghabiskan hidupnya dengan berkelana dari Afrika Utara ke Cina dan Asia Tenggara lengkap dengan laporannya. Ibnu Khaldun memberikan penjelasan tentang daerah dan orang-orang di dalam batas wilayah Islam. Al-Idrisi membuat peta dunia berbentuk relief dari perak kemudian membuat detailnya pada 71 peta terpisah dan menyertainya dengan buku Kitab al-Rujari. Piri Re’is, seorang kapten laut masa Turki Utsmani, menghasilkan atlas mediterania serta bahkan peta Afrika Barat dan Amerika.
8.      Optika
Merupakan cabang geometri ilmu yang menerangkan musabab terjadinya kesalahan dalam persepsi visual, dengan dasar pengetahuan tentang bagaimana sebab-sebab hal tersebut terjadi. Persepsi visual terjadi dengan melalui kerucut yang ditimbulkan oleh sinar. Yang puncaknya adalah titik pandang dan pangkalnya adalah obyek yang dilihat. Ilmu ini juga membahas juga perbedaan melihat bulan pada laritude yang berlainan (de Slane mencatat bahwa Ibnu Khaldun telah mengatakan Longitudelongitude). Sarjana yang paling terkenal membahas tentang ini adalah Ibnu al-Haitsan.[9]
9.      Astronomi
Ilmu yang mempelajari gerakan bintang- bintang yang tetap dan planet-planet, astronomi menarik kesimpulan berdasarkan metode geometris tentang adanya bentuk-bentuk tertentu dan bermacam-macam posisi lingkaran yang mengharuskan terjadinya gerakan yang dapat dilihat dengan indra itu. Dan astronomi juga membuktikan bahwa misalnya dengan adanya presisi equinox-equinox, pusat bumi tidaklah identik dengan pusat lingkaran kecil (epicycle) yang membawa (bintang-bintang) dan bergerak di dalam lingkaran yang besar. Lalu melalui gerakan bintang-bintang yang tetap, astronomi membuktikan adanya lingkaran falak kedelapan. Dibuktikan juga bahwa bintang tunggal memiliki sejumlah deklinasi. Orang yunani mempergunakan alat yang mereka sebut Astrolab (dzat i-halg).
Dalam Islam pada masa al-makmun dibangun alat observasi besar yang dikenal Astrolab, tapi tidak selesai kemudian pondasi bangunan ini lenyap, dan dilupakan Karya terbaik bidang ini adalah Majisti (Al-Magest ) yang dikarang oleh Ptolomeus (raja Yunani ) sedang filosof muslim terkemuka seperti Ibnu Sina meringkasnya dalam Asy-Syifa, Ibnu Rusyd (filosof Andalusia) juga meringkas karya ptolomeus . Ibn as-Samah dan ibn as-Shalt dalam kitab al-Iqtishar, Ibn al-Farghani memiliki ringkasan astronomi.[10]
10.  Tabel-Tabel Astronomi
Ilmu yang menjadi cabang astronomi ini berisi tabel-tabel berdasar hitungan menurut rumus aritmatika. Berkenaan dengan perjalanan gerak khusus bagi setiap bintang serta watak gerakan itu, cepat, lambat, lurus, balik dan seterusnya dengan menghitung gerakan-gerakannya menurut hukum-hukum yang berlaku. Tabel ini mengikuti bermacam prinsip dasar yang sudah ditetapkan yang menyangkut pengetahuan tentang apogee (titik terjauh dari bumi dan peredaran suatu satelit) dan deklinasi-deklinasi, berbagai macam gerakan dan bagaimana hal-hal ini melepaskan satu hingga pada lainnya.
Para sarjana menuliskan pada tabel-tabel disebut tabel-tabel astronomi (azyaj). Penetapan posisi bintang pada waktu-waktu tertentu dalam bidang ini disebut penyetelan tabulasi. Sarjana yang menulis beberapa buku tentan masalah ini adalah Al-Battani dan Ibnu Al-Khamad.[11]
11.  Fisika
Menuru Ensiklopedi Islam Fisika adalah ilmu pengetahuan yang membahas materi, energi, dan interaksinya. Ruang lingkup fisika amat luas, mencakup struktur materi, sifat berbagai wujud materi dan interaksinya. Menurut ibnu Khaldun Fisika adalah Ilmu yang membahas tentang tubuh-tubuh dari titik pandang gerakan dan diam yang melekat padanya. Fisika mempelajari tentang tubuh-tubuh samawi dan substansi elementair, sebagaimana juga manusia, binatang, tumbuhan dan barang tambang yang diciptakan dari padanya. Perihal mata air, gempa yang timbul dalam bumi, juga awan, uap , guntuh, kilat, dan badai yang terdapat dalam atmosfir dan lain-lain.
Selanjutnya mempelajari tubuh, yaitu jiwa dalam berbagai bentuk dimana ia muncul pada manusia dan binatang-binatang dan tumbuhan Buku-buku Aristoteles tentang fisika di ringkas dalam asy-Syifa karya ibnu Sina. Kemudian Ibnu Sina meringkas kembali Asy-Syifa didalam kitab An-Najah dan al-isyarat. Ibnu Sina seakan–akan menetang Aristoteles dan banyak mengemukakan pendapatnya sendiri sedang Ibn Rusyd meringkas tapi tidak menentang.[12]
12.  Kedokteran
Kedokteran adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang tubuh manisia dari segi sehat dan sakitnya. Dokter berusaha menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit dengan bantuan obat-obatan dan makanan. Galen atau galinus ilmuwan yang hidup jaman nabi Isa karya-karya kedokterannya merupakan induk dari ilmu kedokteran sesudahnya. Dalam Islam terdapat dokter-dokter terkemuka seperti ar-Razi (Muhammad ibn Zakaria ) 251-313H /866-925 M, al-Majusi (Ali ibn al-Abbas abad ke 10), dan Ibnu Sina. Dan dari kalangan Andalusia yang paling terkenal adalah Ibn-Zuhr (Abdul Malik bin Zuhr (avenzoar) wafat 557 H (1162 M).
Menurut Ibnu khaldun Kedokteran tidak disebut dalam ilmu hadist shahih. Karena Muhamad tidak diutus Allah untuk masalah kedokteran tapi masalah syariat-syariat agama. Hal ini telah terjadi ketika pada saat Nabi ditanya tentang proses perkawinan pohon korma, maka sabdanya.kalian lebih mengetahui masalah-masalah dunia kalian(daripada saya).
Maka tidak satupun dari pernyataan-pernyataan mengenai kedokteran yang terdapat dalam hadist shahih boleh dinyatakan sebagai suatu syariat. Tak ada satu dalilpun menunjukan itu. Yang boleh hanyalah apabila jenis medis semacam itu dipergunakan untuk memperoleh berkah dan kebenaran ikatan keimanan, sehingga mempunyai pengaruh manfaat yang besar. Bagaimanapun itu bukan termasuk kedokteran humoral tetapi akibat dari keimanan yang tulus. Sebagaimana terjadi dalam pengobatan sakit perut dengan madu. Dan Allah memberikan petunjuk kepada yang benar, tiada Tuhan selain Dia.[13]
13.  Ilmu Pertanian
Mempelajari pengolahan, tanaman, irigasi, pengolahan tanah. Salah satu buku Yunani, Kitab al-Falahah an-Nabathiyyah diterjemahkan (pertanian nabataeanagricultural) dinisbatkan kepada Abu Bakar Muhammad bin Ali ibnu Wasyiyah, berisi informasi tentang diatas, tapi saat itu dipelajari hanya terbatas mempelajari tanaman, dan pengolahan, pemeliharaannya saja karena saat itu isi buku itu juga menyangkut masalah sihir. Dan dalam islam sihir adalah hal yang terlarang dipelajari.[14]
14.  Ilmu Kimia
Dalam Ilmu ini di pelajari substansi emas, perak dan tentang cara kerja bahan, produksi emas, perak, mereka juga menyelidiki bahan-bahan buangan/limbah, usahausaha operasional melalui pengalihan substansi dari potensilitas ke aktualitas seperti, misalnya, oleh disolusi tubuh-tubuh (substansi-substansi) pada komponen-komponen naturalnya melalui sublimasi dan distilasi pleh solidifikasi substansi yang meltable (cair) melalui klasifikasi (proses mengeras menjadi kapur) oleh pulverisasi benda-benda keras dengan bantuan alat-alat penumbuk dan palu-palu dan lain-lain.
Apabila batu hitam, timah dan tembaga dipersiapkan menerima emas atau perak yang dipanaskan di api maka substansi ini akan berubah jadi emas murni. Ilmuwan kimia yang terkenal adalah Jabir Bin Hayyan, sehingga mereka menyebutnya ”ilmu Jabir” dan dia telah menulis 70 risalah tentang kimia. Namun masih seperti teka-teki silang. Filosof timur yang menerang kan ilmu kimia secara sistematis adalah Ath-Thaghra. Kemudian Maslamah al-Majrithi Ilmuwan dari Andalusia yang menulis buku tentang kimia rutbah al-hakim Ibnu al-mughayribi seorang ilmuwan terkemuka menulis pribahasa kedalam baitbait sajak. Seringkali karya-karya tentang kimia dianggap berasal dari al-Ghazali. Anggapan ini tidak benar karena persepsinya yang tinggi tidak mengizinkan untuk mempelajari atau bahkan menerima berbagai kesalahan teori kimia.[15]
2.1.2 Ilmuan Islam dan Karyanya
Sejak sekitar abad ke-8 M hingga abad ke-20 M, Islam telah melahirkan ribuan ilmuwan, baik dalam bidang ilmu filsafat, kalam, tasawuf maupun sains, tekhnologi, dan seni. Apa pun bidangnya, mereka adalah tokoh-tokoh langka yang telah memperkaya dunia ilmu pengetahuan bahkan secara khusus menjadi simbol kemajuan peradaban Islam. Berikut diantara sarjana-sarjana Muslim terkenal beserta karyanya yang penulis kutip dari berbagai sumber.
1.      Ibnu Musa Al-Khawarizmi (Astronom, Penemu Algoritma dan Aljabar).
Tak banyak anak didik yang tahu, siapa yang orang yang dikenal sebagai bapak dan penemu dua cabang ilmu matematika, yaitu Algoritma dan Aljabar. Dialah Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa Al-Khawirzmi, ilmuan Muslim penemu Algoritma dan Aljabar. Nama Algoritma sendiri diambil dari nama penemunya, yaitu Al-Khawarizmi. Di kalangan ilmuan Barat ia lebih dikenal dengan nama Algorizm. Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (770-840 M.) ilmuan yang berjasa besar dalam memajukan ilmu pengetahuan ini lahir di Khawarizm (Kheva), kota di selatan sungai Oxus (kini Uzbekistan) pada tahun 770 M. Kedua orang tuanya kemudian pindah ke sebuah tempat di selatan kota Baghdad (Irak), ketika ia masih kecil. Al-Khawarizmi hidup di masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, yakni Al-Makmun, yang memerintah pada 813-833 M.[16]
Nama Aljabar sendiri diambil dari bukunya yang terkenal, yakni Al-Jabr wa-al-Muqabilah. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus, tangen dan kotangen serta konsep diferensiasi. Tak hanya itu, di bidang ilmu ukur, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Sayangnya beberapa sarjana Barat seperti John Napier (1550-1620 M.) dan Simon Stevin (1548-1620 M.) mengklaim bahwa penemuan tersebut merupakan hasil pemikiran meraka. Masih berkaitan dengan masalah perhitungan, ternyata Al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Bukunya Kitab Surat Al-ard, menjadi dasar ilmu bumi Arab. Naskah itu hingga kini masih disimpan di Strassburg, Jerman oleh Abdul Fida, seorang ahli ilmu bumi terkenal.[17]
Petualangan dan pengabdian panjangnya itu baru berakhir pada tahun 840 M. ketika Sang Khaliq memanggilnya. Al-Khawarizmi meninggalkan warisan khazanah dalam ilmu pengetahuan dunia.
2.      Ibnu Khaldun (Bapak Ilmu Sosiologi Politik).
Sejatinya pemikir dan ulama peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum opus-nya, Al Muqaddimah. Ia lahir di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 dengan nama Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibnu Khaldun. Moyangnya berasal dari Hadramaut, Yaman yang bermigrasi ke Sevilla, Andlusia (Spanyol). Namun keluarganya harus pindah ketika Sevilla dikuasai Kristen.[18]
Pendidikannya dimulai di Tunisia dan di Fez (Maroko) dengan mempelajari berbagai bidang ilmu: menghafal Al-Qur’an, mempelajari tata bahasa, hukum Islam (syari’ah), hadis, retorika, filologi dan puisi. Selain itu ia mempelajari sastra Arab, filsafat, matematika dan astronomi. Khaldun sangat terlibat dengan politik. Kariernya di bidang politik membawanya keluar masuk istana, ia sebagai pemenang maupun pecundang. Usia mudanya dihabiskan sebagai pendamping, penasihat sultan serta menduduki beraneka jabatan.
Kariernya menanjak saat ia membantu Sultan Abu Salem dalam menjatuhkan Al-Mansyur, musuh politiknya. Ia diberi jabatan sekretaris selama lebih dari dua tahun, lalu ditugaskan sebagai qadi (hakim). Sultan Abu Salim tak lama kemudian dijatuhkan oleh Wazir Omar. Gagal mendapatkan kedudukan di pemerintahan yang baru, Ibnu Khaldun meninggalkan Fez dan pergi ke Andalusia. Salah satu di antara karya Ibnu Khaldun bahwa ia memetakan masyarakat dengan interaksi sosial, politik, ekonomi dan geografi yang melingkupinya. Pendekatan ini dianggap menjadi terobosan yang sangat signifikan. Menurutnya, organisme dapat tumbuh dan matang karena sebabsebab nyata yang mempengaruhinya. Formasi masyarakat, fikiran yang dituangkan dalam karya besarnya, Muqaddimah, misalnya, dikatakan sebagai hasrat manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu memperebutkan kepemimpinan. Mereka diikat dengan solidaritas ashabiyah (ungkapan pra-Islam) yang diarahkan oleh para pimpinannya. Ia memperkirakan bahwa solidaritas itu berlangsung empat generasi. Model ini menempatkan Ibnu Khaldun sebagai penganut teori siklus sejarah. Masyarakat lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati untuk diganti dengan yang lain, demikian seterusnya.[19]
Kontribusi Ibnu Khaldun dalam Ilmu pengetahuan memang tidak sedikit. Setidaknya berkatnyalah dasar-dasar ilmu sosiologi politik dan filsafat dibangun, tak heran jika warisannya itu banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Seorang sejarawan Barat, Dr Boer, menulis “Ibnu Khaldun tak pelak lagi, adalah orang pertama yang mencoba menerangkan dengan lengkap evolusi dan kemajuan suatu kemasyarakatan, dengan alasan adanya sebab-sebab dan faktor-faktor tertentu, iklim, alat, produksi, dan lain sebagainya, serta akibat-akibatnya pada pembentukan cara berfikir manusia, dan pembentukan masyarakatnya. Dalam derap majunya peradaban ia mendapatkan keharmonisan yang terorganisasikan dalam dirinya sendiri.”
3.      Jabir Ibnu Hayyan (Bapak Kimia).
Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa embrio persenjataan nuklir yang banyak digunakan oleh negara-negara maju, entah mereka gunakan untuk hal-hal positif maupun negatif, semua itu bermula dari ilmu kimia. Sebenarnya ilmu kimia sudah ada sejak puluhan abad silam. Memang belum pada bentuk modern seperti sekarang yang telah diadopsi sedemikian canggihnya. Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang mengetahui siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Ia adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H) ilmuan muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia tadi.
4.      Ibnu Sina
Nama lengkapnya Abu Ali Al-Husain Ibnu Abdullah Ibnu Sina. Lahir pada 980 di Ifsyia Karmitan, Asia Tengah, dan wafat pada 1037. Pada usia 10 tahun, ia sudah hafal Alquran. Ibnu Sina dikenal sebagai the faher of doctors (bapak kedokteran). Selain kedokteran, ia juga menguasai fisika, matematika, astronomi, sejarah, dan filsafat.[20]
Sebagai dokter, ia lebih suka tindakan preventif daripada kuratifan selalu menguatkan aspek spiritual dan fisik pasien secara simultan dalam pengobatannya. Bahwa temperatur, makanan, minuman, limbah, udara, keseimbangan gerak dan fikiran, tidur dan kerja mempengaruhi kesehatan, itu semua terbukti, dan sekarang menjadi masalah lingkungan yang utama. Katanya, udara yang terkontaminasi uap dari rawa, danau, saluran drainase, asap atau jelaga dapat membahayakan kesehatan. Kini diketahui, gas itu adalah hasil proses anaerobik air limbah yakni CH4 (metana), H2S dan NH3.
Dari sejumlah risalah kesehatannya, Ibnu Sina punya dua teori segitiga pengobatan. Pertama, Triangular Theory of Islamic Medicine yang menyatakan kaitan antara Allah, manusia, dan pengobatan. Teori kedua, adanya 'hubungan antara badan, fikiran, dan semangat' pada kesehatan manusia. Topik artikelnya yang lain adalah tentang penyakit jantung yang ada di dalam Kitab Adwiyat al-Qalbiyah (risalah obat untuk sakit jantung). Kitab ini diterjemahkan Arnold of Villanova dengan judul De Viribus Cordis di Spanyol. Karya lainnya, Urjuzah fit Tibb, sebuah manual medis, dibahasalatinkan oleh Armengaud Blasius (meninggal tahun 1312) menjadi Cantica di Montpellier, Perancis. Termasuk, risalah penyakit malaria yang diadopsi sembilan abad kemudian oleh Prof Wagner von Jauree dari Vienna sehingga menerima Nobel bidang fisiologi tahun 1927.
Karya medis pemilik magnum opus untuk buku al-Qanun fit Tibb atau Canon of Medicine ini, menurut MS Khan, ada sekitar 48 buah dalam bentuk buku dan risalah, sebagian menyatakan mencapai ratusan judul.
5.      Ibnu Majid
Ibnu Majid adalah seorang navigator Arab terbesar yang bergelar “singa laut”. Pada usianya yang ke-15, Ibnu Majid sudah memimpin sebuah pelayaran. Navigator yang lahir di Julfar, Mesir, tahun 1421 M ini memiliki nama lengkap Shihabud Din Ahmad bin Majid bin Muhammmad bin Amir bin Duwayk bin Yusuf bin Husain bin Abi Ma’lak as-Sa’di bin Abi ar-Raka’ib an-Najdi.
Sifat yang patut kita teladani dari Ibnu Majid adalah ketekunannnya dalam mempelajari ilmu navigator yang ia dapatkan dari ayah dan kakeknya dengan cara menjalankan kapal laut atau kapal teerbang. Selain itu, ia juga menguasai ilmu geografi dan astronomi sebagai syarat utama untuk menjadi navigator ulung. Diantara buku-buku karya Ibnu Majid berjudul al-Hijaziah (sejarah negei hijaz), Urjuza (melagukan syair dengan prosa raja-raja ) terdiri dari 3 jilid, Hawiyatul-Ikhtisar fi Ushul Ilmil-Bihar ( ringkasan ilmu navigator) yang ia tulis pada tahun 1490 M. Buku ini berisi tentang rute-rute laut sepanjang pantai India hingga Sumatera, Cina, Taiwan dan sepanjang pantai Samudra Hindia, serta tanda-tanda dekatnya daratan.[21]
6.      Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 - Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198) dalam bahasa Latin Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.[22]
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada. Di antara karyanya adalah : Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).[23]
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.[24]
7.      Ibnu Khaldun
Bernama lengkap Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibn Khaldun, pemikir (1332-1406) kelahiran Tunisia ini dikenal sebagai bapak sosiologi dan politik. Al Muqaddimah merupakan karya monumental pertama yang memuat prinsip-prinsip politik, strata suatu masyarakat, dan teori dissintegrasi.
Dalam karyanya itu, Khaldun memetakan masyarakat dengan interaksi sosial, politik, ekonomi, dan geografi yang melingkupinya. Pendekatan ini dianggap menjadi terobosan yang sangat signifikan. Menurutnya, organisme dapat tumbuh dan matang, karena sebabsebab nyata yang mempengaruhinya. Pengaruh itu universal dan pasti. Tak ada kebetulan dalam sejarah sosial kecuali sebab dan akibatnya semata, sebagian jelas dan diketahui, sebagian lagi tidak. Formasi masyarakat, tulisnya, sebagai hasrat manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu memperebutkan kepemimpinan. Mereka diikat dengan solidaritas ashabiyah (ungkapan pra-Islam) yang diarahkan oleh para pimpinannya. Ia memperkirakan bahwa solidaritas itu berlangsung empat generasi. Model ini menempatkan Ibn Khaldun sebagai penganut teori siklus sejarah. Masyarakat lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati untuk diganti dengan yang lain. Demikian seterusnya. Al Muqaddimah juga mengupas asal muasal suatu masyarakat, lahirnya kota dan desa, dan sebagainya. Karya emasnya itu hingga kini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia.
8.      Al Farabi
Nama sebenarnya Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlaq Al Farabi. Beliau lahir pada tahun 874M (260H) di Transoxia yang terletak dalam Wilayah Wasij di Turki. Bapanya merupakan seorang anggota tentera yang miskin tetapi semua itu tidak menghalanginya dari pada mendapat pendidikan di Baghdad. Beliau telah mempelajari bahasa Arab di bawah pimpinan Ali Abu Bakr Muhammad ibn al-Sariy.[25]
Selain itu, dia juga merupakan seorang pemusik yang handal. Lagu yang dihasilkan meninggalkan kesan secara langsung kepada pendengarnya. Selain mempunyai kemampuan untuk bermain musik, beliau juga telah mencipta satu jenis alat musik yang dikenali sebagai gambus. Sebagai seeorang ilmuwan yang tulen, Al-Farabi turut memperlihatkan kecenderungannya menghasilkan beberapa kajian dalam bidang perubatan. Walaupun kajiannya dalam bidang ini tidak menjadikannya masyhur tetapi pandangannya telah memberikan sumbangan yang cukup bermakna terhadap perkembangan ilmu perubatan di zamannya.
Karya-karya al-Farabi dapat dibagi menjadi dua, satu diantaranya mengenai logika dan yang lainnya mengenai bidang lain. Karya-karya tentang logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari Organon-nya Aristoteles, baik yang berbentuk komentar maupun ulasan panjang. Sedang karya-karya kelompok kedua menyangkut berbagai cabang pengetahuan filsafat, fisika, matematika, metafisika, etika dan politik.[26]
9.      Ibnu Bajjah
Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya al-Saigh atau lebih terkenal sebagai Ibnu Bajjah terlahir di Saragossa tahun 1082 M dan meninggal tahun 533 H/1138 M. Para ahli sejarah sama memandangnya sebagai orang yang berpengetahuan luas dan mahir dalam berbagai ilmu. Fath ibn Khaqan, yang menuduh ibn Bajjah sebagai ahli bid’ah dan mengecamnya dengan pedas dalam karyanya Qala’id al-’Iqyan, pun mengakui keluasan dan pengetahuannya dan tidak meragukan keamatpandaiannya. Karena menguasai sastra, tatabahasa dan filsafat kuno, oleh tokoh-tokoh sezamannya dia telah disejajarkan dengan al-Syaikh al-Rais ibn Sina.[27]
Selain itu, Ibnu Bajjah juga ahli di bidang musik dan pemain gambus yang handal. Ia juga seorang yang hafal Alquran. Dalam waktu yang sama, Ibnu Bajjah amat terkenal dalam bidang perobatan dan merupakan salah seorang dokter terkenal yang pernah dilahirkan di Andalusia. Ibnu Bajjah juga telah menulis sebuah buku yang berjudul Al-Nafs yang membicarakan persoalan yang berkaitan dengan jiwa. Pembicaraan itu banyak dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani. Oleh sebab itulah, Ibnu Bajjah banyak membuat ulasan terhadap karya dan hasil tulisan Aristoteles, Galenos, al-Farabi, dan al-Razi.
Ilmu sains dan fisika digunakan oleh Ibnu Bajjah untuk menguraikan persoalan benda dan rupa. Menurut Ibnu Bajjah, benda tidak mungkin terwujud tanpa rupa tetapi rupa tanpa benda mungkin wujud. Oleh sebab itu, kita boleh menggambarkan sesuatu dalam bentuk dan rupa yang berbeda-beda.
10.  Al-Razi
Al-Razi atau nama sebenarnya Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi, lahir pada tahun 236H bersamaan 850M. Sesetengah pendapat mengatakan yang beliau lahir pada 1 Sya'ban 251H bersamaan 865M. Beliau anak kelahiran bum! Iran iaitu di Ray dekat Tehran merupakan seorang tokoh falsafah yang masyhur pada kurun ke-3 Hijrah.
Beliau pada zaman mudanya menjadi pemain gambus (rebab, rebana) sambil menyanyi, kemudian dia meninggalkan pekerjaan itu dan mempelajari bidang perubatan dan falsafah. Beliau belajar ilmu kedoktoran dengan Ali ibn Rabban al-Thabari (192 - 240H bersamaan 808-855M) dan belajar ilmu falsafah dengan al-Balkhi. Dalam masa yang sama beliau juga belajar matematik, astronomi, sastera, dan kimia.[28]
Penemuan al-Razi berkenaan sakit campak cacar tulen (smallpox) dan campak biasa (measal) turut menjadi bahan rujukan perubatan di dunia Barat malah turut diulangi penerbitannya beberapa kali sehingga abad ke-18M. Kedua-dua karya ini juga merupakan sumber kurikulum tradisional di kalangan para pengamal perubatan Islam.
Kitab al-Mansur (Liber medicinalis ad al Mansorem) juga karya agung al-Razi dalam dunia perubatan. Al-Razi telah menghasilkan buku ini ketika beliau di Khurasan di bawah pemerintahan Gabenor al-Mansur Ibnu Ishaq. Dalam buku ini terkandung 10 penemuan berkaitan tentang amalan sent dan sains perubatan. Buku ini dianggap satu karya beliau yang tulen dan mencerminkan kematangan dan kepakaran beliau dalam amalan perubatan moden.
Al-Razi turut memberi sumbangan yang besar dalam bidang kimia dengan terhasilnya Kitab al-Asrar (The Book of Secrets). Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan merupakan sumber utama maklumat bahan kimia sehingga abad ke-14M. Antara lain kejayaan al-Razi dalam dunia perubatan ialah penemuan rawatan kepada penyakit cacar dan pengasingan alkohol dalam penghasilan antiseptik.

2.1.3  Kontribusi Ilmu Keislaman Bagi Sains Modern
Perlu diketahui bersama, sisi gelap dalam pola pendidikan yang dirumuskan oleh Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih mengedepankan logika materialisme serta memisahkan antara agama dengan kehidupan yang dalam hal ini sering disebut paham Sekulerisme. Implikasi yang bisa dirasakan namun jarang disadari adalah adanya degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa. Banyak kasus buruk dunia pendidikan yang mencuat di permukaan dimuat oleh beberapa media massa cukup meresahkan semua pihak yang peduli terhadap masa depan pendidikan bangsa yang lebih baik.[29]
Sebut saja tokoh Ibnu Sina sebagai sosok yang dikenal peletak dasar ilmu kedokteran dunia namun beliau juga faqih ad-diin terutama dalam hal ushul fiqh. Masih ada tokoh-tokoh dunia dengan perannya yang penting dan masih menjadi acuan perkembangan sains dan teknologi berasal dari kaum muslimin yaitu Ibnu Khaldun (bapak ekonomi), Ibnu Khawarizm (bapak matematika), Ibnu Batutah (bapak geografi), Al-Khazini dan Al-Biruni (Bapak Fisika), Al-Battani (Bapak  Astronomi), Jabir bin Hayyan (Bapak Kimia), Ibnu Al-Bairar al-Nabati (bapak Biologi) dan masih banyak lagi lainnya. Mereka dikenal tidak sekadar paham terhadap sains dan teknologi namun diakui kepakarannya pula di bidang ilmu diniyyah.
Dalam buku milik Mehdi Nakosteen disebutkan beberapa kontribusi Ilmu keislaman terhadap sains modern :
1.      Melalui abad keduabelas dan sebagian abad ke tiga belas, karya-karya Muslim tentang sains, filsafat, dan bidang-bidang lain telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin, terutama dari bahasa Spanyol dan memperkaya kurikulum barat, khususnya Eropa barat laut.
2.       Orang-orang Muslim, telah memberi kepada Barat metode eksperimental, sekalipun masih kurang sempurna.
3.      Sistem notasi dan desimal Arab telah diperkenalkan kepada Arab.
4.      Karya-karya terjemahan mereka, terutama dari orang-orang seperti Avicenna dalam ilmu kedokteran, sudah digunakan sebagai teks (kuliah) di dalam kelas-kelas sekolah tinggi, jauh ke dalam pertengahan abad ke tujuh belas.
5.      Mereka merangsang pemikiran orang-orang Eropa, dipelajari kembali hal itu dengan kebudayaan-kebudayaan klasik dan lainnya, sehingga membantu menghasilkan (abad) Renaisance.
6.      Mereka adalah perintis universitas-universitas Eropa, mereka telah mendirikan ratusan sekolah tinggi sebelum Eropa
7.      Mereka memelihara pemikiran Greco-Persian ketika Eropa bersikap tidak toleran terhadap kebudayaan-kebudayaan Pagan.
8.      Mahasiswa-mahasiswa Eropa di dalam Universitas Muslim membawa kembali (ke negaranya) metode-metode baru tentang pengajaran.
9.      Mereka telah memberi kontribusi tentang pengetahuan rumah sakit-rumah sakit, sanitasi dan makanan kepada Eropa.[30]













DAFTAR PUSTAKA


Asdi, Danuri, Endang dan Husnan Aksa. 1982. Filsuf-Filsuf Dunia dalam Gambar,, Yogyakarta: Karya Kencana.

Hamid, Abdul, Shiddiqi 1983. Islam dan Filsafat Sejarah, Jakarta: Media Dakwah.

http://frahasti.wordpress.com/wiki/ibnu_majid.


Khaldun, Ibn Penerjemah Ahmadie Thoha,. 2000. Al-Muqaddimah, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Masood, Ehsan, 2009. Ilmuan-Ilmuan Muslim Pelopoor Hebat di Bidang Sains Modern, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nakosteen, Mehdi. 2003. Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat, Surabaya: IAIN Sunan Risalah Gusti.

Nasution, Harun. 1973. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Setiawan, Conny, R., dkk., 2005. Panorama Filsafat Islam, Bandung: PT. Mizan Pubica.

Sucipto, Hery. 2008,. The Great Moslem Scientist,  Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Syarif, M.M, 1996. Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan.

Thoyibi, M,. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya, Surakarta: Muhammadiyah University Press.




[1] Ehsan Masood,  Ilmuan-Ilmuan Muslim Pelopoor Hebat di Bidang Sains Modern, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal. 45.

[2] Abdul Shiddiqi Hamid,  Islam dan Filsafat Sejarah, (Jakarta: Media Dakwah, 1983), hal 11.
[3] Conny Setiawan dkk. Panorama Filsafat Ilmu, ( Bandung: PT Mizan Publica, 2005), hal. 29.

[4] Ibn Khaldun, Penerjemah Ahmadie Thoha. Al-Muqaddimah, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), hal. 156.
[5] Ibid, hal. 659.
[6] Ibid, hal. 660.
[7] Ibid, hal. 661.
[8] Ibid, hal. 662.
[9] Ibid, hal. 665.
[10] Ibid, hal. 666-667.
[11] Ibid, hal. 667.
[12] Ibid, hal. 675.
[13] Ibid, hal. 667.
[14] Ibid, hal. 678.
[15] Ibid, hal. 679.
[16] Hery Sucipto. The Great Moslem Scientist, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2008), hal.16.
[17] Ibid, hal. 17-18.
[18] Ibid, hal. 47.

[19] Ibid, hal. 49.
[20] Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal 34
[21] http://frahasti.wordpress.com/2009/01/31/ibnu-majid, dikutip tanggal 9-05-2010.
[22] Harun Nasution,. Op. cit. hal 47
[23] Ibid. hal 47-48
[24] http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Rusyd, dikutip tanggal 9-05-2010.

[25] Harun Nasution,. Op. cit. hal 26
[26] M.M. Syarif. Para Filosof Muslim, ( Bandung: Mizan, 1996), hal. 58-59.
[27] Ibid. hal 144.

[28] Harun Nasution,. Op. cit. hal 21.
[29]  Mehdi Nakosteen,  Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat, (Surabaya: IAIN Sunan Risalah Gusti, 2003), hal. 86.

[30] Ibid. hal 86.