Tuesday, October 14, 2014

manfaat lumpur lapindo buat tanaman jagung

LATAR BELAKANG

Pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi semburan Lumpur Lapindo yang masih  berlangsung sampai sekarang. Dampak dari semburan Lumpur panas menyebabkan pemukiman, sawah, jalan dan bangunan lainnya terendam, sehingga menyebabkan kerugian mencapai ratusan miliar rupiah. Untuk menanggulangi tidak bertambahnya luas genangan lumpur dan airnya diusulkan untuk dibuang ke laut melalui Muara Sungai Porong (Parawita, Insafitri dan Nugraha, 2009). Pengaruh dari buangan limbah lumpur ini juga menyebabkan menurunnya populasi ikan-ikan yang berada di dalam sungai yang terkontaminan oleh lumpur lapindo. Semburan lumpur ini tidak diketahui kapan akan berhenti. Lahan-lahan pertanian juga rusak akibat dialiri oleh lumpur lapindo.

Berhubungan dengan rusaknya semua lahan-lahan pertanian yang dialiri oleh lumpur lapindo, dicari solusi untuk mengatasi masalah ini. Memanfaatkan limbah lumpur lapindo sebagai media tanam merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah tersebut. Menurut (Setiawan, 2013) berdasarkan uji kandungan makro esensial seperti nitrogen, fosfor dan kalium khususnya pada endapan lumpur lapindo dapat diketahui bahwa terdapat nitrogen mencapai 0,1155%, fosfor 20,706 Mg/100 dan kalium 14,991 Mg/100. Kandungan N, P, dan K pada endapan lumpur lapindo dikatakan cukup tinggi karena ketiga unsur tersebut dapat berasal dari lumpur lapindo, air sungai porong, air hujan, siklus N, P, dan K serta dapat berasal dari aktifitas alam lainnya. Keberadaan N, P, dan K yang berlebihan dapat membentuk dan menumbuhkan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Mampu melakukan perkembangan jaringan meristem, pertumbuhan jaringan muda seperti akar serta mempercepat proses fotosintesis.
Kandungan N, P, dan K pada lumpur lapindo menjadikan sebuah alasan untuk menggunakan lumpur lapindo sebagai media tanam jagung, tetapi hanya dengan kandungan N, P, dan K rasanya kurang efektif untuk lumpur lapindo menjadi media tanam jagung. Penambahan pupuk kandang, arang sekam, dan serbuk kelapa menjadi pertimbangan untuk melengkapi unsur-unsur kimia yang berperan untuk pertumbuhan tanaman yang tidak ada dalam lumpur lapindo. Ketiga media tersebut dipilih yang sekiranya cocok untuk menambahi unsur-unsur yang tidak ada dalam lumpur lapindo untuk menumbuhkan tanaman jagung.
Pemilihan tanaman jagung (Zea mays L.) dimaksudkan untuk meningkatkan pangan yang ada di Sidoarjo karena banyak lahan yang rusak akibat limbah lumpur lapindo. Tanaman jagung diupayakan untuk memberi kecukupan pangan bagi warga Sidoarjo. Menurut Setiawan (2013) tanaman jagung dapat menyesuaikan pada suhu tropis (21-34oC), jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering, proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30oC dan media tanam jagung dapat berstruktur berat (grumosol) dan liat (latosol) merupakan media tanam terbaik jagung. Penelitian ini melihat bahwa jagung tidak tidak memilih-memilih dalam media tanam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa sebagai tambahan media tanam lumpur lapindo terhadap pertumbuhan jagung fase vegetatif.
1.2         RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
1.      Bagaimana efektifitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa sebagai tambahan media tanam lumpur lapindo terhadap pertumbuhan jagung fase vegetatif ?
1.3         TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.      Mengetahui efektifitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa sebagai tambahan media tanam lumpur lapindo terhadap pertumbuhan jagung fase vegetatif.
1.4  Manfaat dari MANFAAT
penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi tentang efektivitas pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa sebagai media tambahan lumpur lapindo sebagai media tanam jagung. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengurangi lumpur lapindo yang menumpuk di tanggul agar tidak ambrol.
1.5  BATASAN MASALAH ATAU PENELITIAN
Batasan masalah dari penelitian ini adalah
1.      Tambahan media tanam lumpur lapindo adalah pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa yang dibeli di Pasar Bunga Malang (Splindit).
2.      Media yang digunakan percobaan pertama adalah campuran lumpur lapindo : tanah : pasir : media tambahan (pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa) dengan perbandingan 120 gram : 30 gram : 30 gram : 120 gram. Dan percobaan kedua adalah campuran tanah : pasir : media tambahan (pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa) dengan perbandingan 90 gram : 90 gram : 120 gram.
3.      Biji jagung yanag digunakan adalah biji jagung unggul yang dibeli di Pasar Bunga Malang (Splindit).
4.      Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah 8 hari.
5.      Parameter penelitian ini adalah jumlah daun dan tinggi batang yang diukur setiap hari mulai daun dan batang tumbuh.













BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1    Lumpur Lapindo
Lumpur panas lapindo merupakan limbah setengah padat yang berasal dari dalam tanah yang menyembur ke atas dengan suhu yang sangat tinggi dan bercampur dengan materi-materi minyak mentah. Lumpur ini mulai keluar pada tanggal 29 Mei 2006 (Setiawan, 2013). Lumpur lapindo setiap harinya dapat mengeluarkan 50.000-120.000 m3 / hari dari lubang kurang lebihnya 50 meter (Herawati, 2007) dalam jurnal (Setiawan, 2013). Terdapat 116 lubang ventilasi lainnya yang muncul kurang lebih 4 tahun terakhir, sehingga air yang berpisah dari endapan lumpur berkisar 35.000-84.000 m3 / hari. Lumpur panas bersifat korosif dan banyak mencemari lingkungan sekitar hingga terjadi peristiwa Suksesi Primer yakni perubahan keadaan secara total dari sebelum dan sesudah peristiwa ini terjadi. Tempat-tempat yang dialiri oleh lumpur ini menjadi rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi sebagai lahan untuk bercocok tanam. Seluruh tanaman dan hewan mati akibat lumpur panas ini (Setiawan, 2013).
Berdasarkan uji kandungan makro esensial seperti nitrogen, fosfor dan kalium khususnya pada endapan lumpur lapindo dapat diketahui bahwa terdapat nitrogen mencapai 0, 1155 %, fosfor 20,706 Mg/100 dan kalium 14,991 Mg/100. Kandungan N, P, dan K pada endapan lumpur lapindo dikatakan cukup tinggi karena ketiga unsur tersebut dapat berasal dari lumpur lapindo, air sungai porong, air hujan, siklus N, P, dan K serta dapat berasal dari aktifitas alam lainnya. Keberadaan N, P, dan K yang berlebihan dapat membentuk dan menumbuhkan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Mampu melakukan perkembangan jaringan meristem, pertumbuhan jaringan muda seperti akar serta mempercepat proses fotosintesis (Setiawan, 2013).
2.2    Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan (Budiman, 2013).
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molybdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat (Budiman, 2013).
Fungsi unsur nitrogen adalah mempercepat pertumbuhan suatu tanaman, nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (Nitrat) dan NH4+ (Amonium), akan tetapi nitrat ini segera teredusi menjadi ammonium melalui enzim yang mengandung molibdinum. Apabila unsur N tersedia lebih banyak daripada unsur lainnya, akan dapat menghasilkan protein lebih banyak. Unsur hara N sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses immobilisasi N menunjukkan bahwa unsur hara N belum tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam tanah sehingga menghambat pertumbuhan vegetative tanaman dan selanjutnya berpengaruh pada produksi tanaman jagung (Marvelia, 2006) dalam jurnal (Budiman, 2013).
Fungsi fosfor adalah untuk pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem, pertumbuhan jaringan muda dan akar, dan penyusun protein dan lemak. Fungsi kalium membantu dalam mekanisme fotosintesis, dan fungsi besi adalah sebagai pembentukan zat warna hijau daun (Salisbury, 1995) dalam jurnal (Budiman, 2013).
Pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman  bisa optimal. Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan (Budiman, 2013).
Penggunaan pupuk kandang yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi (Budiman, 2013).
2.3    Arang sekam padi
Arang sekam merupakan sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran yang tidak sempurna. Arang sekam memiliki drainase dan aerasi yang baik, bertekstur kasar, ringan, dan sirkulasi udara tinggi karena banyak memiliki pori-pori sehingga kurang dapat menahan air. Media ini sangat baik untuk tanaman yang tidak suka media yang terlalu basah atau tergenang air. Arang sekam mengandung unsur mangan (Mn) dan silicon (Si). Media ini tidak terdapat nutrisi atau hara untuk pertumbuhan tanaman. Kelebihan arang sekam adalah kebersihan dan sterilitas media lebih terjamin, bebas dari kotoran, maupun organisme yang dapat mengganggu, seperti kutu yang biasa hidup dalam tanah (Supriati dan Herliana, 2010).
Arang sekam juga mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), F (0.08%), da kalsium (0,14). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O 3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organic. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium dalam tanah (Septiani, 2012)
Arang sekam padi dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara tanah. Penggunaan arang sekam padi juga akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan mengurangi kepadatan tanah. Adanya arang sekam padi memperluas ketersediaan lengas tanah. Pembenaman sekam secara tidak langsung juga memperbaiki sifat fisik tanah (Budiman, 2013).
2.4    Serbuk Kelapa
Media serbuk kelapa merupakan media dengan kemampuan menyerap/ menanam air yang relatif tinggi dengan porositas rendah. Hal ini mengakibatkan kondisi media relatif lembab akibat penyiraman yang dilakukan setiap hari. Briket sabut kelapa mampu lebih banyak menyimpan air dengan kemampuan menyimpan air hingga 3,8 mililiter per gram dalam jangka waktu 48 jam (Tunggal, 2012) dalam jurnal (Sudomo, 2012). Ketersediaan air memamng merangsang perkecambahan benih tetapi disisi lain jika berlebihan sehingga terlalu lembab menyebabkan benih sengon busuk sehingga persentase perkecambahan rendah. Meskipun mempunyai kemampuan menyimpan air, sabut kelapa secara tunggal sebagai media pada kondisi lembab akan bersifat lengket dan kurang memberikan aerasi pada benih. Briket sabut kelapa memiliki pori-pori yang memungkinkan kondisi tanah disekitarnya tetap gembur, hal ini memudahkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Pada dasarnya setiap jenis tanaman relatif mempunyai kondisi optimal media yang berbeda untuk proses perkecambahan benihnya. Pada jenis manglid media serbuk gergaji atau abu sekam padi menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih baik dibandingkan penggunaan media tanah, cocopeat dan pasir (Sudomo, 2012).                                                                                                                                                  
2.5    Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (sari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industry (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentose, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetic juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Budiman, 2013).
Klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut (Budiman, 2013):
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio             : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Devisio     : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis             : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo                : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus              : Zea
Spesies : Zea mays L.
Ciri-ciri tanaman jagung yang dapat diamati dari luar adalah (Rochani, 2007):
1.      Merupakan jenis tumbuhan yang berbunga sehingga termasuk antophyta.
2.      Jagung berkembangbiak dengan biji sehingga disebut spermatophyta.
3.      Biji tanaman jagung berkeping satu, sehingga termasuk dalam kelas tumbuhan berkeping satu atau monokotiledone.
4.      Akar tanaman jagung berbentuk serabut, yang kecil-kecil seperti rambut.
5.      Batangnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder karena tidak berkambium sehingga tidak dapat tumbuh membesar, hanya tumbuh memanjang.
6.      Daunnya berbentuk pita tipis dan panjang.
7.      Sistem penulangan pada daunnya adalah lurus atau sejajar seperti halnya tebu, alang-alang.
8.      Bunga tanaman jagung kecil dan ringan dengan serbuk sari yang jumlahnya sangat banyak, sehingga penyerbukan yang terjadi sering karena bantuan angin.
9.      Jenis jagung ada bermacam-macam, demikian juga dengan manfaat dari jagung juga bermacam-macam.
10.  Tanaman jagung cocok tembuh di daerah beriklim sedang dan daerah panas/tropis.
11.  Tanah yang subur dengan banyak unsur organic adalah tempat hidup jagung yang baik.
12.  Jagung dapat tumbuh dengan maksimal pada tanah yang derajat keasamannya 5 sampai 8.
13.  Biasanya habitat jagung di lahan yang kering, kurang cocok untuk tanah yang terdapat air yang menggenang. Namun juga dapat ditanam di sawah yang ada irigasinya seta sawah tadah hujan.
14.  Jagung dapat dipanen 3 kali dalam setahun. Umur rata-ratanya untuk setiap kali panen adalah 120 hari.
Tanaman jagung adalah tanaman yang memiliki tingkat fotosintesis tinggi, jadi sangat memerlukan cahaya matahari. Maka lokasi tanaman jagung adalah areal yang terbuka berupa sawah atau lading yang tidak terlindung dari cahaya matahari (Rochani, 2007).
Lokasi untuk tanaman jagung sebaiknya tidak tergenang air, namun memiliki kadar air yang cukup. Selain itu, dalam pemilihan lokasi untuk tanaman jagung sebaiknya harus sesuai dengan syarat tumbuh tanaman jagung, atau yang dibutuhkan oleh tanaman. Syarat tumbuh dijelaskan sebagai berikut (Rochani, 2007).
1.    Susunan atau sifat tanah
Sebenarnya semua jenis tanah dapat ditumbuhi jagung, namun sifat tanah yang paling dikehendaki oleh tanaman jagung adalah yang drainasenya lancer, subur dengan humus dan pupuk yang mencukupi persediaan untuk tumbuh (Rochani, 2007).
2.    Iklim
Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan berpengaruh pada pertumbuhan, termasuk pada tanaman jagung (Rochani, 2007).
Walaupun tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin, namun jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung (Rochani, 2007).
Tanaman jagung dapat berproduksi dengan baik dan berkualitas pada daerah yang beriklim sejuk yaitu 50 derajat LU sampai 40 derajat LS dengan ketinggian sampai 3000 meter dari permukaan laut. Namun, untuk jenis-jenis jagung tertentu, dapat juga pada tempat yang berbeda dari kondisi tersebut dan dapat berproduksi dengan baik (Rochani, 2007).
3.      Derajat keasaman tanah (pH)      
Derajat keasaman tanah dipengaruhi oleh banyaknya kandungan unsur kimia dalam tanah serta kadar air dalam tanah tersebut. Daerah yang cenderung basah dan banyak humus akan menyebabkan tanahnya cenderung bersifat asam. Sebaliknya tanah yang kering berkapur dengan kadar air yang sedikit akan lebih bersifat basa. Untuk tanaman jagung sebenarnya toleransi atau kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan cukup baik, yaitu dengan kemampuan hidup maksimal pada derajat keasaman antara 5,5 sampai 7 (Rochani, 2007).
Derajat keasaman ada 14 skala, untuk skala 1 sampai 7 bersifat asam, sedangkan antara 8 sampai 14 bersifat basa (Rochani, 2007).
4.      Kadar air
Jumlah air yang ada dalam tanah akan menetukan kadar air tanah. Tanaman jagung memerlukan air terutama untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Jadi penanaman jagung pun banyak diawali pada saat musim jagung mulai tiba. Selain menghemat tenaga untuk menyiram juga menambah sejuk/ menambah kelembaban udara. Sehingga tanaman tidak kekurangan air, karena dapat mengganggu proses fotosintesis atau penyusunan makanan yang dilakukan untuk beraktifitas dan berproduksi dari tanaman jagung tersebut (Rochani, 2007).
5.      Intensitas cahaya matahari
Intensitas cahaya adalah jumlah pancaran cahaya matahari yang intensif dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. untuk tanaman jagung, intensitas cahaya yang banyak dan cukup sangat dibutuhkan selain untuk berfotosintesis, juga untuk berproduksi, karena tanpa intensitas cahaya yang cukup, bunga tidak dapat berhasil menjadi buah (Rochani, 2007).
6.      Suhu lingkungan
Suhu adalah tingkat derajat panas suatu benda yang ada dalam lingkungan. Lingkungan tempat hidup jagung sangat perlu untuk diperhatikan, karena suhu yang tinggi dan kering akan mengganggu kelangsungan proses penyusunan makanan atau fotosintesis pada tanaman jagung (Rochani, 2007).
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 21 sampai 30 oC. Sedangkan untuk proses perkecambahan jagung, yang paling tepat adalah antara suhu 21 sampai 27 oC. Jadi, sedikit lebih membutuhkan suhu yang lebih sejuk untuk pertumbuhan kecambahnya (Rochani, 2007).
Pada umumnya tanaman jagung ditanam pada lahan yang kering dengan cara multikultur, artinya ditanam bersama dengan beberapa jenis tanaman yang lain. Namun, penanaman jagung pada lahan kering ini tidaklah mutlak, sebab ternyata tanaman jagung juga dapat tumbuh pada lahan basah yang terdapat pengairan serta sawah tadah hujan, secara monokultur yaitu menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman (Rochani, 2007).
Cara penanaman jagung ada 2 cara, yaitu (Rochani, 2007):
1.        Multikultur
Multikultur adalah penanaman lahan dengan banyak jenis tanaman yang berbeda-beda secara bersama-sama dalam waktu yang sama. Misalnya dalam satu waktu pada suatu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang tanah (Rochani, 2007).
Cara ini sering juga disebut dengan istilah tumpang sari, yang mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan menjaga keseimbangan persediaan unsur-unsur yang ada dalam tanah (Rochani, 2007).
2.      Monokultur
Monokultur adalah menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman secara berselang seling, atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya (Rochani, 2007).
2.6    Media tanam
2.6.1        Tanah
Tanah yang dijadikan media tumbuh harus terbebas dari soil-born (penyakit yang dibawa oleh tanah) serta mengandung unsur-unsur mineral, bahan organik, dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah yang baik untuk media tanam yaitu tanah yang berada di lapisan teratas, kira-kira 20 cm dari permukaan tanah. Secara fisik, tanah tersebut harus subur, gembur, pH sesuai kebutuhan tanaman, porositasnya baik, serta kandungan bahan organiknya tinggi. Untuk meningkatkan pH tanah dapat dilakukan dengan cara menaburkan kapur dolomit banyak dijual di took saprotan (Supriati dan Herliana, 2010).
2.6.2        Pasir
Pasir banyak digunakan untuk media tanam karena memiliki porositas yang cukup baik untuk tanaman. Selain itu, penggunaan pasir dalam media tanam juga dimaksudkan untuk mencegah media yang terlalu basah dan air yang menggenang (Supriati dan Herliana, 2010).
Jenis pasir yang sering digunakan untuk media tanam adalah pasir halus karena mudah diperoleh dan harganya murah. Media ini kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi di dalamnya. Sebelum digunakan untuk media tanam, sebaiknya pasir diayak terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan kerikil, kemudian disangrai untuk mematikan hama dan penyakit yang terdapat di dalamnya (Supriati dan Herliana, 2010).








BAB III
METODE PENELITIAN
3.1    Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Green House, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan memerlukan waktu 15 hari. Penelitian menggunakan Pendekatan Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena melihat lingkungannya yang homogen. Penelitian dilakukan 2 ulangan yang terdiri atas 8 perlakuan yakni 4 perlakuan pertama adalah pemberian lumpur lapindo, tanah, pasir dengan tambahan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa pada tiap polybag dan 4 perlakuan kedua adalah pemberian pasir dan tanah dengan tambahan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa pada tiap polybag sebagai berikut:
·         4 pelakuan pertama:
Perlakuan 1 (40% pupuk kandang, 40% lumpur lapindo, 10% tanah dan 10%pasir)
Perlakuan 2 (40% arang sekam, 40% lumpur lapindo, 10% tanah dan 10% pasir)
Perlakuan 3 (40% serbuk kelapa, 40% lumpur lapindo, 10%tanah dan 10% pasir)
Perlakuan 4 (40% lumpur lapindo, 30% tanah dan 30% pasir)
·         4 perlakuan kedua:
Perlakuan 1 (40% pupuk kandang, 30% tanah dan 30%pasir)
Perlakuan 2 (40% arang sekam, 30% tanah dan 30% pasir)
Perlakuan 3 (40% serbuk kelapa, 30%tanah dan 30% pasir)
Perlakuan 4 (50% tanah dan 50% pasir)

3.2    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.      Cethok                                                                 1 buah
2.      Gelas plastik takar                                                1 buah
3.      Kamera                                                                 1 buah
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.      Biji jagung                                                            8 buah
2.      Lumpur lapindo                                                   360 gram
3.      Pupuk kandang                                                    240 gram
4.      Arang sekam                                                        240 gram
5.      Serbuk kelapa                                                       240 gram
6.      Air murni                                                              secukupnya
7.      Tanah                                                                   600 gram                                
8.      Pasir                                                                     600 gram
9.      Polybag                                                                8 buah

3.3         Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa
3.3.1        Persiapan
a.       Pengambilan sampel lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo
b.      Pembelian 8 biji jagung di Pasar Bunga Malang (Splindid)
c.       Pembelian 8 unit polybag di Pasar Bunga Malang (Splindid)
d.      Pembelian pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa dan pasir di Pasar Bunga Malang (Splindid)
3.3.2        Penjemuran lumpur lapindo selama 2 hari untuk mengurangi zat-zat kimia yang terkandung dalam lumpur lapindo
3.3.3        Penanaman
a.       Diisi 8 unit polybag dengan media tanam berdasar pada perlakuan
b.      Dimasukkan sedalam 2 cm biji jagung pada media tanam
c.       Disiram dengan sedikit air pada biji jagung dan sekitar media tanam
3.3.4        Perawatan
a.       Penyiraman dilakukan setiap hari pagi dan sore
b.      Penyiangan dilakukan apabila terdapat tanaman liar yang tumbuh di dalam polybag
3.3.5        Pengukuran dilakukan setiap hari apabila jagung tumbuh keluar dari permukaan tanah
3.3.6        Dokumentasi penelitian































BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1    Hasil penelitian
 3.3.1   Hasil Pengamatan percobaan 1

No
Perlakuan
Ulangan
(hari ke-4)
Ulangan
(hari ke-8)
Lumpur lapindo 40%
Pupuk kandang 40%
Arang sekam 40%
Serbuk kelapa 40%
Tanah
Pasir
A
B
C
A
B
C
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1


10%
10%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2


10%
10%
-
-
-
-
-
-
-
-
3


10%
10%
-
-
-
-
-
-
4



30%
30%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
 Ketengan :      A : akar
B : batang
C : daun
3.3.2   Tabel pengamatan percobaan 2

No
Perlakuan
Ulangan
(hari ke-4)
Ulangan
(hari ke-8)
Pupuk kandang 40%
Arang sekam 40%
Serbuk kelapa 40%
Tanah
Pasir
A
B
C
A
B
C
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1


30%
30%






2


30%
30%






3


30%
30%






4



50%
50%






 Ketengan :      A : akar
B : batang
C : daun
4.2    Pembahasan
Berdasarkan hasil dan pengamatan selama 8 hari menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa pada lumpur lapindo dapat menumbuhkan biji jagung tetapi hanya pada akar dan batang sedangkan pada daun belum tumbuh. Pada perlakuan pertama (A) dengan menggunakan pupuk kandang 40%, lumpur lapindo 40% dan 20% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa tumbuh akar pada biji jagung, sedangkan batang dan daun belum tumbuh.
Perlakuan kedua (B) dengan menggunakan arang sekam 40%, lumpur lapindo 40% dan 20% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa akar dan batang
Perlakuan ketiga (C) dengan menggunakan serbuk kelapa 40%, lumpur lapindo 40% dan 20% menggunakan tanah dan pasir, dan
Perlakuan keempat (D) dengan menggunakan lumpur lapindo 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa ada pertumbuhan dari biji jagung tetapi hanya pada akar, untuk batang dan daun belum tumbuh. Memerlukan waktu lebih dari 8 hari untuk dapat menumbuhkan batang dan daun pada jagung. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa dapat membantu media tanam lumpur lapindo.
Berbeda hasil dengan penambahan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa tanpa campuran lumpur lapindo yang menunjukkan bahwa dapat menumbuhkan biji jagung. Pada perlakuan pertama (A) dengan menggunakan pupuk kandang 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah pada ulangan ke
Pada perlakuan pertama (B) dengan menggunakan arang sekam 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah pada ulangan ke
Pada perlakuan pertama (C) dengan menggunakan serbuk kelapa 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah pada ulangan ke
Pada perlakuan pertama (D) dengan menggunakan tanah 50% dan pasir 50%, hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah pada ulangan ke
Pertumbuhan berdasarkan rata-rata pada perlakuan pertama adalah
Hasil analisis data secara statistik, diketahui bahwa pemberian pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa pada lumpur lapindo tidak efektif. Menurut bagus (2012) ketersediaan makro esensial di dalam media tanam cukup untuk pertumbuhan tanaman jagung. Jadi, endapan lumpur lapindo di sungai porong efektif apabila digunakan sebagai media tanam jagung tanpa menggunakan pupuk. Lumpur lapindo dapat menumbuhkan biji jagung tetapi memerlukan waktu lebih dari 2 minggu, itu dikarenakan dalam waktu 2 minggu zat-zat kimia yang terdapat pada lumpur lapindo mulai menyusut.














BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
       Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa efektif sebagai tambahan media tanam lumpur lapindo dalam pertumbuhan jagung (Zea mays L.) dalam 8 hari. Dari ketiga tambahan media tanam lumpur lapindo tersebut, yang paling cepat menumbuhkan jagung yaitu serbuk kelapa. Dalam waktu 8 hari, sudah terlihat akar dan batang yang tumbuh pada biji jagung. Sedangkan pada arang sekam dan pupuk kandang, yang terlihat hanya akar pada biji jagung. Dan media tanam lumpur lapindo yang tidak ditambah dengan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa belum tumbuh, baik pada akar maupun batang. Diduga karena kandungan pada serbuk kelapa













DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Parawita, Dewi., Insafitri dan Nugraha,Wahyu Andy. 2009. Analisis Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal KELAUTAN, Volume 2,  No.2 ISSN : 1907-9931
Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: Azka Press
Septiani, Dewi. 2012. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit. Jurnal ilmiah Volume 5, No. 3
Setiawan, Bagus. 2013. Efektivitas Pemanfaatan Endapan Lumpur Panas Lapindo di Sungai Porong Sebagai Media Tanam Jagung (Zea mays L.). Journal of Social Cultural Studies, Volume 2, No. 2
Sudomo, Aris. 2012. Perkecambahan Benih Sengon (Falcataria Molucana (MIQ.) Barneby dan J.W. Grimes) Pada 4 Jenis Media. Prosiding SNaPP2012: Sains, Teknologi dan Kesehatan ISSN 2089-3582
Suprianti, Yati dan Herliana, Ersi. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Jakarta : Penebar Swadaya








Lampiran
a.      Foto-foto langkah penelitian
                  
   Pengambilan lumpur lapindo                          Penjemuran lumpur lapindo             di Porong, Sidoarjo                                         di belakang ABA
                           
    Pembelian biji jagung, pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa, pasir
dan polybag di Pasar Bunga Malang (Splindit)
                           
Perendaman biji jagung selama                       Pembuatan tiap-tiap perlakuan
6 jam di Kamar 28 ABA
Memasukkan tiap-tiap perlakuan
   pada polybag

b.      Foto-foto hasil penelitian

Percobaan 1






Hari ke-5





                                                         Hari ke-10





Percobaan 2





Hari ke-5





Hari ke-10



No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?