LATAR
BELAKANG
Pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi semburan Lumpur Lapindo yang masih berlangsung sampai sekarang. Dampak dari semburan Lumpur panas menyebabkan pemukiman, sawah, jalan dan bangunan lainnya terendam, sehingga menyebabkan kerugian mencapai ratusan miliar rupiah. Untuk menanggulangi tidak bertambahnya luas genangan lumpur dan airnya diusulkan untuk dibuang ke laut melalui Muara Sungai Porong (Parawita, Insafitri dan Nugraha, 2009). Pengaruh dari buangan limbah lumpur ini juga menyebabkan menurunnya populasi ikan-ikan yang berada di dalam sungai yang terkontaminan oleh lumpur lapindo. Semburan lumpur ini tidak diketahui kapan akan berhenti. Lahan-lahan pertanian juga rusak akibat dialiri oleh lumpur lapindo.
Berhubungan
dengan rusaknya semua lahan-lahan pertanian yang dialiri oleh lumpur lapindo,
dicari solusi untuk mengatasi masalah ini. Memanfaatkan limbah lumpur lapindo sebagai
media tanam merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah tersebut. Menurut
(Setiawan, 2013) berdasarkan uji kandungan makro esensial seperti nitrogen,
fosfor dan kalium khususnya pada endapan lumpur lapindo dapat diketahui bahwa
terdapat nitrogen mencapai 0,1155%, fosfor 20,706
Mg/100 dan kalium 14,991 Mg/100. Kandungan N, P, dan K pada endapan lumpur
lapindo dikatakan cukup tinggi karena ketiga unsur tersebut dapat berasal dari
lumpur lapindo, air sungai porong, air hujan, siklus N, P, dan K serta dapat
berasal dari aktifitas alam lainnya. Keberadaan N, P, dan K yang berlebihan
dapat membentuk dan menumbuhkan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun,
batang dan akar. Mampu melakukan perkembangan jaringan meristem, pertumbuhan
jaringan muda seperti akar serta mempercepat proses fotosintesis.
Kandungan
N, P, dan K pada lumpur lapindo menjadikan sebuah alasan untuk menggunakan
lumpur lapindo sebagai media tanam jagung, tetapi hanya dengan kandungan N, P,
dan K rasanya kurang efektif untuk lumpur lapindo menjadi media tanam jagung. Penambahan pupuk kandang, arang sekam, dan serbuk
kelapa menjadi pertimbangan untuk melengkapi unsur-unsur kimia yang berperan untuk pertumbuhan tanaman yang tidak ada dalam lumpur
lapindo. Ketiga media tersebut dipilih yang sekiranya cocok untuk menambahi
unsur-unsur yang tidak ada dalam lumpur lapindo untuk menumbuhkan tanaman
jagung.
Pemilihan tanaman jagung
(Zea mays L.) dimaksudkan untuk meningkatkan pangan yang ada di Sidoarjo
karena banyak lahan yang rusak akibat limbah lumpur lapindo. Tanaman jagung
diupayakan untuk memberi kecukupan pangan bagi warga Sidoarjo. Menurut Setiawan
(2013) tanaman jagung dapat menyesuaikan pada suhu tropis (21-34oC),
jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh
pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering, proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30oC
dan media tanam jagung dapat berstruktur berat (grumosol) dan liat (latosol)
merupakan media tanam terbaik jagung. Penelitian ini melihat bahwa jagung tidak
tidak memilih-memilih dalam media tanam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa sebagai
tambahan media tanam lumpur lapindo terhadap pertumbuhan jagung fase vegetatif.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah dari penelitian ini adalah
1.
Bagaimana
efektifitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa sebagai tambahan media
tanam lumpur lapindo terhadap pertumbuhan jagung fase vegetatif ?
1.3
TUJUAN
Tujuan
dari penelitian ini adalah
1.
Mengetahui
efektifitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa sebagai tambahan media
tanam lumpur lapindo terhadap pertumbuhan jagung fase vegetatif.
1.4
Manfaat
dari MANFAAT
penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi tentang
efektivitas pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa sebagai media tambahan
lumpur lapindo sebagai media tanam jagung. Penelitian ini dapat bermanfaat
untuk mengurangi lumpur lapindo yang menumpuk di tanggul agar tidak ambrol.
1.5
BATASAN
MASALAH ATAU PENELITIAN
Batasan
masalah dari penelitian ini adalah
1.
Tambahan
media tanam lumpur lapindo adalah pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa
yang dibeli di Pasar Bunga Malang (Splindit).
2.
Media
yang digunakan percobaan pertama adalah campuran lumpur lapindo : tanah : pasir
: media tambahan (pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa) dengan
perbandingan 120 gram : 30 gram : 30 gram : 120 gram. Dan percobaan kedua
adalah campuran tanah : pasir : media tambahan (pupuk kandang, arang sekam dan
serbuk kelapa) dengan perbandingan 90 gram : 90 gram : 120 gram.
3.
Biji
jagung yanag digunakan adalah biji jagung unggul yang dibeli di Pasar Bunga
Malang (Splindit).
4.
Waktu
yang digunakan untuk penelitian ini adalah 8 hari.
5.
Parameter
penelitian ini adalah jumlah daun dan tinggi batang yang diukur setiap hari
mulai daun dan batang tumbuh.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Lumpur
Lapindo
Lumpur
panas lapindo merupakan limbah setengah padat yang berasal dari dalam tanah
yang menyembur ke atas dengan suhu yang sangat tinggi dan bercampur dengan
materi-materi minyak mentah. Lumpur ini mulai keluar pada tanggal 29 Mei 2006 (Setiawan,
2013). Lumpur lapindo setiap harinya dapat mengeluarkan 50.000-120.000 m3
/ hari dari lubang kurang lebihnya 50 meter (Herawati, 2007) dalam jurnal
(Setiawan, 2013). Terdapat 116 lubang ventilasi lainnya yang muncul kurang
lebih 4 tahun terakhir, sehingga air yang berpisah dari endapan lumpur berkisar
35.000-84.000 m3 / hari. Lumpur panas bersifat korosif dan banyak
mencemari lingkungan sekitar hingga terjadi peristiwa Suksesi Primer yakni
perubahan keadaan secara total dari sebelum dan sesudah peristiwa ini terjadi.
Tempat-tempat yang dialiri oleh lumpur ini menjadi rusak berat dan tidak dapat
digunakan lagi sebagai lahan untuk bercocok tanam. Seluruh tanaman dan hewan
mati akibat lumpur panas ini (Setiawan, 2013).
Berdasarkan
uji kandungan makro esensial seperti nitrogen, fosfor dan kalium khususnya pada
endapan lumpur lapindo dapat diketahui bahwa terdapat nitrogen mencapai 0, 1155
%, fosfor 20,706 Mg/100 dan kalium 14,991 Mg/100. Kandungan N, P, dan K pada
endapan lumpur lapindo dikatakan cukup tinggi karena ketiga unsur tersebut
dapat berasal dari lumpur lapindo, air sungai porong, air hujan, siklus N, P,
dan K serta dapat berasal dari aktifitas alam lainnya. Keberadaan N, P, dan K
yang berlebihan dapat membentuk dan menumbuhkan bagian-bagian vegetatif tanaman
seperti daun, batang dan akar. Mampu melakukan perkembangan jaringan meristem,
pertumbuhan jaringan muda seperti akar serta mempercepat proses fotosintesis
(Setiawan, 2013).
2.2
Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah
pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan
untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti
kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga
bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan (Budiman, 2013).
Pupuk kandang mengandung
unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur
fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk
kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan
molybdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat (Budiman, 2013).
Fungsi unsur nitrogen
adalah mempercepat pertumbuhan suatu tanaman, nitrogen diserap oleh akar
tanaman dalam bentuk NO3- (Nitrat) dan NH4+
(Amonium), akan tetapi nitrat ini segera teredusi menjadi ammonium melalui
enzim yang mengandung molibdinum. Apabila unsur N tersedia lebih banyak
daripada unsur lainnya, akan dapat menghasilkan protein lebih banyak. Unsur
hara N sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses
immobilisasi N menunjukkan bahwa unsur hara N belum tersedia dalam jumlah yang
cukup di dalam tanah sehingga menghambat pertumbuhan vegetative tanaman dan
selanjutnya berpengaruh pada produksi tanaman jagung (Marvelia, 2006) dalam
jurnal (Budiman, 2013).
Fungsi fosfor adalah
untuk pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem,
pertumbuhan jaringan muda dan akar, dan penyusun protein dan lemak. Fungsi
kalium membantu dalam mekanisme fotosintesis, dan fungsi besi adalah sebagai
pembentukan zat warna hijau daun (Salisbury, 1995) dalam jurnal (Budiman, 2013).
Pupuk yang berasal dari
kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan
panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam. Pupuk
kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai
daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-bahan anorganik di
dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa
memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal. Pupuk kandang yang telah siap
diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan
baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang
belum siap digunakan (Budiman, 2013).
Penggunaan pupuk kandang
yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan
tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan,
sehingga penguapan unsur hara akibat proses kimia dalam tanah dapat dikurangi
(Budiman, 2013).
2.3 Arang sekam padi
Arang sekam merupakan
sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran yang tidak sempurna. Arang
sekam memiliki drainase dan aerasi yang baik, bertekstur kasar, ringan, dan
sirkulasi udara tinggi karena banyak memiliki pori-pori sehingga kurang dapat
menahan air. Media ini sangat baik untuk tanaman yang tidak suka media yang
terlalu basah atau tergenang air. Arang sekam mengandung unsur mangan (Mn) dan
silicon (Si). Media ini tidak terdapat nutrisi atau hara untuk pertumbuhan
tanaman. Kelebihan arang sekam adalah kebersihan dan sterilitas media lebih
terjamin, bebas dari kotoran, maupun organisme yang dapat mengganggu, seperti
kutu yang biasa hidup dalam tanah (Supriati dan Herliana, 2010).
Arang sekam juga
mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), F (0.08%), da
kalsium (0,14). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O
3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta
beberapa jenis bahan organic. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan
bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat
adanya pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar
Kalium dalam tanah (Septiani, 2012)
Arang sekam padi dapat
digunakan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara tanah.
Penggunaan arang sekam padi juga akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan
mengurangi kepadatan tanah. Adanya arang sekam padi memperluas ketersediaan
lengas tanah. Pembenaman sekam secara tidak langsung juga memperbaiki sifat
fisik tanah (Budiman, 2013).
2.4 Serbuk Kelapa
Media serbuk kelapa
merupakan media dengan kemampuan menyerap/ menanam air yang relatif tinggi
dengan porositas rendah. Hal ini mengakibatkan kondisi media relatif lembab
akibat penyiraman yang dilakukan setiap hari. Briket sabut kelapa mampu lebih
banyak menyimpan air dengan kemampuan menyimpan air hingga 3,8 mililiter per
gram dalam jangka waktu 48 jam (Tunggal, 2012) dalam jurnal (Sudomo, 2012).
Ketersediaan air memamng merangsang perkecambahan benih tetapi disisi lain jika
berlebihan sehingga terlalu lembab menyebabkan benih sengon busuk sehingga
persentase perkecambahan rendah. Meskipun mempunyai kemampuan menyimpan air,
sabut kelapa secara tunggal sebagai media pada kondisi lembab akan bersifat
lengket dan kurang memberikan aerasi pada benih. Briket sabut kelapa memiliki
pori-pori yang memungkinkan kondisi tanah disekitarnya tetap gembur, hal ini
memudahkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Pada dasarnya setiap
jenis tanaman relatif mempunyai kondisi optimal media yang berbeda untuk proses
perkecambahan benihnya. Pada jenis manglid media serbuk gergaji atau abu sekam
padi menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih baik dibandingkan
penggunaan media tanah, cocopeat dan pasir (Sudomo, 2012).
2.5
Jagung
Jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan
padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa
daerah di indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan
jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (sari
bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), dan bahan baku industry (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentose, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Jagung yang telah direkayasa genetic juga sekarang ditanam sebagai penghasil
bahan farmasi (Budiman, 2013).
Klasifikasi tanaman
jagung adalah sebagai berikut (Budiman, 2013):
Kingdom :
Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio :
Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Devisio :
Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis :
Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo :
Graminae (rumput-rumputan)
Familia :
Graminaceae
Genus :
Zea
Spesies : Zea mays
L.
Ciri-ciri tanaman jagung
yang dapat diamati dari luar adalah (Rochani, 2007):
1.
Merupakan jenis tumbuhan yang berbunga sehingga termasuk antophyta.
2.
Jagung berkembangbiak dengan biji sehingga disebut spermatophyta.
3.
Biji tanaman jagung berkeping satu, sehingga termasuk dalam kelas
tumbuhan berkeping satu atau monokotiledone.
4.
Akar tanaman jagung berbentuk serabut, yang kecil-kecil seperti
rambut.
5.
Batangnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder karena tidak
berkambium sehingga tidak dapat tumbuh membesar, hanya tumbuh memanjang.
6.
Daunnya berbentuk pita tipis dan panjang.
7.
Sistem penulangan pada daunnya adalah lurus atau sejajar seperti
halnya tebu, alang-alang.
8.
Bunga tanaman jagung kecil dan ringan dengan serbuk sari yang
jumlahnya sangat banyak, sehingga penyerbukan yang terjadi sering karena
bantuan angin.
9.
Jenis jagung ada bermacam-macam, demikian juga dengan manfaat dari
jagung juga bermacam-macam.
10. Tanaman jagung cocok tembuh di daerah beriklim sedang
dan daerah panas/tropis.
11. Tanah yang subur dengan banyak unsur organic adalah
tempat hidup jagung yang baik.
12. Jagung dapat tumbuh dengan maksimal pada tanah yang
derajat keasamannya 5 sampai 8.
13. Biasanya habitat jagung di lahan yang kering, kurang
cocok untuk tanah yang terdapat air yang menggenang. Namun juga dapat ditanam di
sawah yang ada irigasinya seta sawah tadah hujan.
14. Jagung dapat dipanen 3 kali dalam setahun. Umur
rata-ratanya untuk setiap kali panen adalah 120 hari.
Tanaman jagung adalah
tanaman yang memiliki tingkat fotosintesis tinggi, jadi sangat memerlukan
cahaya matahari. Maka lokasi tanaman jagung adalah areal yang terbuka berupa
sawah atau lading yang tidak terlindung dari cahaya matahari (Rochani, 2007).
Lokasi untuk tanaman
jagung sebaiknya tidak tergenang air, namun memiliki kadar air yang cukup.
Selain itu, dalam pemilihan lokasi untuk tanaman jagung sebaiknya harus sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman jagung, atau yang dibutuhkan oleh tanaman. Syarat tumbuh
dijelaskan sebagai berikut (Rochani, 2007).
1.
Susunan atau sifat tanah
Sebenarnya semua jenis tanah dapat ditumbuhi jagung,
namun sifat tanah yang paling dikehendaki oleh tanaman jagung adalah yang
drainasenya lancer, subur dengan humus dan pupuk yang mencukupi persediaan
untuk tumbuh (Rochani, 2007).
2.
Iklim
Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan
serta dalam menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak
mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan
berpengaruh pada pertumbuhan, termasuk pada tanaman jagung (Rochani, 2007).
Walaupun tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang
beriklim sejuk dan dingin, namun jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi
kualitas jagung (Rochani, 2007).
Tanaman jagung dapat berproduksi dengan baik dan
berkualitas pada daerah yang beriklim sejuk yaitu 50 derajat LU sampai 40
derajat LS dengan ketinggian sampai 3000 meter dari permukaan laut. Namun,
untuk jenis-jenis jagung tertentu, dapat juga pada tempat yang berbeda dari
kondisi tersebut dan dapat berproduksi dengan baik (Rochani, 2007).
3.
Derajat keasaman tanah (pH)
Derajat keasaman tanah dipengaruhi oleh banyaknya
kandungan unsur kimia dalam tanah serta kadar air dalam tanah tersebut. Daerah
yang cenderung basah dan banyak humus akan menyebabkan tanahnya cenderung
bersifat asam. Sebaliknya tanah yang kering berkapur dengan kadar air yang
sedikit akan lebih bersifat basa. Untuk tanaman jagung sebenarnya toleransi
atau kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan cukup baik, yaitu dengan
kemampuan hidup maksimal pada derajat keasaman antara 5,5 sampai 7 (Rochani,
2007).
Derajat keasaman ada 14 skala, untuk skala 1 sampai 7
bersifat asam, sedangkan antara 8 sampai 14 bersifat basa (Rochani, 2007).
4.
Kadar air
Jumlah air yang ada dalam tanah akan menetukan kadar
air tanah. Tanaman jagung memerlukan air terutama untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan. Jadi penanaman jagung pun banyak diawali pada saat musim
jagung mulai tiba. Selain menghemat tenaga untuk menyiram juga menambah sejuk/
menambah kelembaban udara. Sehingga tanaman tidak kekurangan air, karena dapat
mengganggu proses fotosintesis atau penyusunan makanan yang dilakukan untuk beraktifitas
dan berproduksi dari tanaman jagung tersebut (Rochani, 2007).
5.
Intensitas cahaya matahari
Intensitas cahaya adalah jumlah pancaran cahaya
matahari yang intensif dan dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. untuk tanaman
jagung, intensitas cahaya yang banyak dan cukup sangat dibutuhkan selain untuk
berfotosintesis, juga untuk berproduksi, karena tanpa intensitas cahaya yang
cukup, bunga tidak dapat berhasil menjadi buah (Rochani, 2007).
6.
Suhu lingkungan
Suhu adalah tingkat derajat panas suatu benda yang ada
dalam lingkungan. Lingkungan tempat hidup jagung sangat perlu untuk
diperhatikan, karena suhu yang tinggi dan kering akan mengganggu kelangsungan
proses penyusunan makanan atau fotosintesis pada tanaman jagung (Rochani,
2007).
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah
antara 21 sampai 30 oC. Sedangkan untuk proses perkecambahan jagung,
yang paling tepat adalah antara suhu 21 sampai 27 oC. Jadi, sedikit
lebih membutuhkan suhu yang lebih sejuk untuk pertumbuhan kecambahnya (Rochani,
2007).
Pada umumnya tanaman jagung ditanam pada lahan yang
kering dengan cara multikultur, artinya ditanam bersama dengan beberapa jenis
tanaman yang lain. Namun, penanaman jagung pada lahan kering ini tidaklah
mutlak, sebab ternyata tanaman jagung juga dapat tumbuh pada lahan basah yang
terdapat pengairan serta sawah tadah hujan, secara monokultur yaitu menanami
lahan hanya dengan satu jenis tanaman (Rochani, 2007).
Cara penanaman jagung
ada 2 cara, yaitu (Rochani, 2007):
1.
Multikultur
Multikultur adalah penanaman lahan dengan banyak jenis
tanaman yang berbeda-beda secara bersama-sama dalam waktu yang sama. Misalnya
dalam satu waktu pada suatu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang
tanah (Rochani, 2007).
Cara ini sering juga disebut dengan istilah tumpang
sari, yang mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan
menjaga keseimbangan persediaan unsur-unsur yang ada dalam tanah (Rochani,
2007).
2.
Monokultur
Monokultur adalah menanami lahan hanya dengan satu
jenis tanaman secara berselang seling, atau bergantian. Misalnya sekarang
jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya (Rochani, 2007).
2.6 Media tanam
2.6.1
Tanah
Tanah
yang dijadikan media tumbuh harus terbebas dari soil-born (penyakit yang
dibawa oleh tanah) serta mengandung unsur-unsur mineral, bahan organik, dan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah yang baik untuk media tanam yaitu
tanah yang berada di lapisan teratas, kira-kira 20 cm dari permukaan tanah.
Secara fisik, tanah tersebut harus subur, gembur, pH sesuai kebutuhan tanaman,
porositasnya baik, serta kandungan bahan organiknya tinggi. Untuk meningkatkan
pH tanah dapat dilakukan dengan cara menaburkan kapur dolomit banyak dijual di
took saprotan (Supriati dan Herliana, 2010).
2.6.2
Pasir
Pasir
banyak digunakan untuk media tanam karena memiliki porositas yang cukup baik
untuk tanaman. Selain itu, penggunaan pasir dalam media tanam juga dimaksudkan
untuk mencegah media yang terlalu basah dan air yang menggenang (Supriati dan
Herliana, 2010).
Jenis
pasir yang sering digunakan untuk media tanam adalah pasir halus karena mudah
diperoleh dan harganya murah. Media ini kurang dapat menahan air dan tidak
terdapat nutrisi di dalamnya. Sebelum digunakan untuk media tanam, sebaiknya
pasir diayak terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan kerikil, kemudian
disangrai untuk mematikan hama dan penyakit yang terdapat di dalamnya (Supriati
dan Herliana, 2010).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian
dilaksanakan di Green House, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang dan memerlukan waktu 15 hari. Penelitian menggunakan Pendekatan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena melihat lingkungannya yang homogen.
Penelitian dilakukan 2 ulangan yang terdiri atas 8 perlakuan yakni 4 perlakuan
pertama adalah pemberian lumpur lapindo, tanah, pasir dengan tambahan pupuk
kandang, arang sekam dan serbuk kelapa pada tiap polybag dan 4 perlakuan kedua
adalah pemberian pasir dan tanah dengan tambahan pupuk kandang, arang sekam dan
serbuk kelapa pada tiap polybag sebagai berikut:
·
4 pelakuan pertama:
Perlakuan 1 (40% pupuk kandang, 40% lumpur lapindo, 10% tanah dan
10%pasir)
Perlakuan 2 (40% arang sekam, 40% lumpur lapindo, 10% tanah dan
10% pasir)
Perlakuan 3 (40% serbuk kelapa, 40% lumpur lapindo, 10%tanah dan
10% pasir)
Perlakuan 4 (40% lumpur lapindo, 30% tanah dan 30% pasir)
·
4 perlakuan kedua:
Perlakuan 1 (40% pupuk kandang, 30% tanah dan 30%pasir)
Perlakuan 2 (40% arang sekam, 30% tanah dan 30% pasir)
Perlakuan 3 (40% serbuk kelapa, 30%tanah dan 30% pasir)
Perlakuan 4 (50% tanah dan 50% pasir)
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
1.
Cethok 1
buah
2.
Gelas plastik takar 1
buah
3.
Kamera 1
buah
Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1.
Biji jagung 8
buah
2.
Lumpur lapindo 360
gram
3.
Pupuk kandang 240
gram
4.
Arang sekam 240
gram
5.
Serbuk kelapa 240
gram
6.
Air murni secukupnya
7.
Tanah 600
gram
8.
Pasir 600 gram
9.
Polybag 8
buah
3.3
Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa
3.3.1
Persiapan
a.
Pengambilan sampel lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo
b.
Pembelian 8 biji jagung di Pasar Bunga Malang (Splindid)
c.
Pembelian 8 unit polybag di Pasar Bunga Malang (Splindid)
d.
Pembelian pupuk kandang, arang sekam, serbuk kelapa dan pasir di
Pasar Bunga Malang (Splindid)
3.3.2
Penjemuran lumpur lapindo selama 2 hari untuk mengurangi zat-zat
kimia yang terkandung dalam lumpur lapindo
3.3.3
Penanaman
a.
Diisi 8 unit polybag dengan media tanam berdasar pada perlakuan
b.
Dimasukkan sedalam 2 cm biji jagung pada media tanam
c.
Disiram dengan sedikit air pada biji jagung dan sekitar media
tanam
3.3.4
Perawatan
a.
Penyiraman dilakukan setiap hari pagi dan sore
b.
Penyiangan dilakukan apabila terdapat tanaman liar yang tumbuh di
dalam polybag
3.3.5
Pengukuran dilakukan setiap hari apabila jagung tumbuh keluar dari
permukaan tanah
3.3.6
Dokumentasi penelitian
BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1
Hasil penelitian
3.3.1 Hasil Pengamatan percobaan 1
No
|
Perlakuan
|
Ulangan
(hari ke-4)
|
Ulangan
(hari ke-8)
|
|||||||||||||||
Lumpur lapindo 40%
|
Pupuk kandang 40%
|
Arang sekam 40%
|
Serbuk kelapa 40%
|
Tanah
|
Pasir
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
|||||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
|||||||
1
|
√
|
√
|
10%
|
10%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
2
|
√
|
√
|
10%
|
10%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
||
3
|
√
|
√
|
10%
|
10%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||
4
|
√
|
30%
|
30%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ketengan : A : akar
B : batang
C : daun
3.3.2 Tabel pengamatan percobaan 2
No
|
Perlakuan
|
Ulangan
(hari ke-4)
|
Ulangan
(hari ke-8)
|
||||||||||||||
Pupuk kandang 40%
|
Arang sekam 40%
|
Serbuk kelapa 40%
|
Tanah
|
Pasir
|
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
|||||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||||||
1
|
√
|
30%
|
30%
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||||
2
|
√
|
30%
|
30%
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||||
3
|
√
|
30%
|
30%
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||||
4
|
50%
|
50%
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Ketengan : A : akar
B : batang
C : daun
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil dan pengamatan
selama 8 hari menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang, arang sekam dan
serbuk kelapa pada lumpur lapindo dapat menumbuhkan biji jagung tetapi hanya
pada akar dan batang sedangkan pada daun belum tumbuh. Pada perlakuan pertama (A) dengan menggunakan pupuk kandang
40%, lumpur lapindo 40% dan 20% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya menunjukkan bahwa tumbuh
akar pada biji jagung, sedangkan batang dan daun belum tumbuh.
Perlakuan kedua (B) dengan
menggunakan arang sekam 40%, lumpur lapindo 40% dan 20% menggunakan tanah dan
pasir, hasilnya menunjukkan bahwa akar dan batang
Perlakuan ketiga (C) dengan
menggunakan serbuk kelapa 40%, lumpur lapindo 40% dan 20% menggunakan tanah dan
pasir, dan
Perlakuan keempat (D) dengan
menggunakan lumpur lapindo 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir, hasilnya
menunjukkan bahwa ada pertumbuhan dari biji jagung tetapi hanya pada akar,
untuk batang dan daun belum tumbuh. Memerlukan waktu lebih dari 8 hari untuk dapat menumbuhkan batang
dan daun pada jagung. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang, arang
sekam dan serbuk kelapa dapat membantu media tanam lumpur lapindo.
Berbeda hasil dengan
penambahan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa tanpa campuran lumpur
lapindo yang menunjukkan bahwa dapat menumbuhkan biji jagung. Pada perlakuan
pertama (A) dengan menggunakan pupuk kandang 40% dan 60% menggunakan tanah dan
pasir, hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi
adalah pada ulangan ke
Pada perlakuan pertama
(B) dengan menggunakan arang sekam 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir,
hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah
pada ulangan ke
Pada perlakuan pertama
(C) dengan menggunakan serbuk kelapa 40% dan 60% menggunakan tanah dan pasir,
hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah
pada ulangan ke
Pada perlakuan pertama
(D) dengan menggunakan tanah 50% dan pasir 50%, hasilnya menunjukkan bahwa
pertumbuhan biji jagung yang paling tinggi adalah pada ulangan ke
Pertumbuhan berdasarkan
rata-rata pada perlakuan pertama adalah
Hasil analisis data
secara statistik, diketahui bahwa pemberian pupuk kandang, arang sekam dan
serbuk kelapa pada lumpur lapindo tidak efektif. Menurut bagus (2012)
ketersediaan makro esensial di dalam media tanam cukup untuk pertumbuhan
tanaman jagung. Jadi, endapan lumpur lapindo di sungai porong efektif apabila
digunakan sebagai media tanam jagung tanpa menggunakan pupuk. Lumpur lapindo
dapat menumbuhkan biji jagung tetapi memerlukan waktu lebih dari 2 minggu, itu
dikarenakan dalam waktu 2 minggu zat-zat kimia yang terdapat pada lumpur
lapindo mulai menyusut.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Pupuk kandang, arang sekam dan
serbuk kelapa efektif sebagai tambahan media tanam lumpur lapindo dalam
pertumbuhan jagung (Zea mays L.) dalam 8 hari. Dari ketiga tambahan
media tanam lumpur lapindo tersebut, yang paling cepat menumbuhkan jagung yaitu
serbuk kelapa. Dalam waktu 8 hari, sudah terlihat akar dan batang yang tumbuh
pada biji jagung. Sedangkan pada arang sekam dan pupuk kandang, yang terlihat
hanya akar pada biji jagung. Dan media tanam lumpur lapindo yang tidak ditambah
dengan pupuk kandang, arang sekam dan serbuk kelapa belum tumbuh, baik pada
akar maupun batang. Diduga karena kandungan pada serbuk kelapa
DAFTAR PUSTAKA
Budiman,
Haryanto. 2013. Budidaya Jagung organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Parawita, Dewi., Insafitri dan Nugraha,Wahyu Andy. 2009. Analisis
Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal KELAUTAN,
Volume 2, No.2 ISSN : 1907-9931
Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: Azka
Press
Septiani, Dewi.
2012. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Cabai Rawit. Jurnal ilmiah Volume 5, No. 3
Setiawan,
Bagus. 2013. Efektivitas Pemanfaatan Endapan Lumpur Panas Lapindo di Sungai
Porong Sebagai Media Tanam Jagung (Zea mays L.). Journal of Social
Cultural Studies, Volume 2, No. 2
Sudomo, Aris. 2012. Perkecambahan Benih Sengon (Falcataria
Molucana (MIQ.) Barneby dan J.W. Grimes) Pada 4 Jenis Media. Prosiding
SNaPP2012: Sains, Teknologi dan Kesehatan ISSN 2089-3582
Suprianti, Yati
dan Herliana, Ersi. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Jakarta
: Penebar Swadaya
Lampiran
a.
Foto-foto langkah penelitian
Pengambilan lumpur lapindo Penjemuran lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo di
belakang ABA
Pembelian biji jagung, pupuk kandang, arang
sekam, serbuk kelapa, pasir
dan polybag di Pasar Bunga Malang (Splindit)
Perendaman biji jagung selama Pembuatan tiap-tiap perlakuan
6 jam di Kamar
28 ABA
Memasukkan tiap-tiap perlakuan
pada polybag
b.
Foto-foto hasil penelitian
Percobaan 1
Hari ke-5
Hari
ke-10
Percobaan 2
Hari ke-5
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?