Wednesday, November 12, 2014

Laporan KKL BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH DIKAWASAN CANGAR BATU MALANG

LAPORAN PRAKTIKUM
KULIAH KERJA LAPANGAN  
BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH
DI KAWASAN CANGAR BATU MALANG
Dosen Pengampu :
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Drs. Sulisetjono, M.Si
Disusun Oleh :
Moch Faizul Huda (13620010)
Leni Setiawati (13620015)
Titi Nur Kusmafuri (13620017)
Izzatu Septina Harin (13620019)
Moh Nukman (13620028)
uin.jpg
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014



KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke Hadirat Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pantai Kondang Merak  yang menjadi salah satu tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW.
Selanjutnya, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi khususnya kepada:
1.             Ibu Dr. Evika Sandi Savitri, MP. selaku Ketua Jurusan Biologi yang telah memotivasi, membantu dan memberikan penulis arahan yang baik dan benar dalam menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini.
2.             Ibu Ainun Nikmati laily, M.Si. dan Bapak Drs. Sulisetjono, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu luang, arahan dan kontribusi dalam penyelesaian laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pantai Kondang Merak.
3.             Semua pihak yang telah membantu penulis hingga terselesaikanya laporan penelitian ini, Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa dan bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi penyempurnaan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini. Semoga laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)  ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan.
                                                                                                            13 November 2014
                                                                                                                        Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Tumbuhan di dunia ini sangat beragam. Terdapat tumbuhan yang sudah memiliki akar batang dan daun yang sudah dapat dibedakan dengan jelas atau yang disebut Cormophyta , tetapi ada pula yang akar, batang , dan daunnya masih belum dapat dibedakan atau disebut thallophyta. Tumbuhan berkormus meliputi beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan tumbuhan berthallus meliputi alga, lumut dan lumut kerak. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang lumut, liken dan jamur. Tumbuhan Lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya hanya beberapa milimeter saja, lumut hidup pada tempat-tempat yang lembab, sedangkan lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah. Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler, selain itu jamur ada yang beracun tetapi ada pula yang memiliki nilai gizi tinggi (Saptasari, 2002).
Ketiga organisme tersebut secara umum dapat disebut sebagai organisme bertalus. Di Indonesia potensi akan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan tersebut dapat di temukan pada beberapa daerah yang memiliki kelembaban yang baik. Habitat dari ketiga jenis organisme tersebut dapat ditemukan dalam satu tempat yang memang memiliki potensi sebagai tempat hidup yang memberikannya nutrisi dan pemenuhan unsur-unsur yang dibutuhkan.
Salah satu tempat yang mempunyai memiliki spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman yang cukup adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut,  merupakan kawasan konservasi dibawah naungan Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terutama di wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Dengan begitu banyak spesies Fungi, Linchens dan lumut maka dirasa perlu untuk diadakanya studi lapangan guna menambah wawasan kepada Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap keaneakaragaman spesies Fungi, Lichens dan Lumut.
Firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 45:
Artinya: dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
1.2        Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kuliah kerja lapangan (KKL) di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur adalah:
1.             Bagaimana morfologi dan siklus hidup atau reproduksi Jamur, Lichenes dan Lumut di Cangar Batu, Malang?
1.3        Tujuan
Tujuan dalam kuliah kerja lapangan (KKL) di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur adalah:
1.             Untuk mengetahui morfologi dan siklus hidup atau reproduksi Jamur, Lichenes dan Lumut di Cangar Batu, Malang


1.4        Manfaat
Manfaat dalam kuliah kerja lapangan (KKL)  di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur  adalah untuk :
1.             Mengetahui jenis dan manfaat dari lumut, liken, dan jamur yang diamati.
2.             Memanfaatkan pembudidayaan lumut, liken, dan jamur di habitat yang sesuai.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1        FUNGI (JAMUR)
Fungi atau Cendawan adalah organisme Heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain (Campbell, 2000).
2.1.1   Anatomi pada fungi (jamur)
Jamur tidak memiliki klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler, ada pula yang mutiseluler. Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang hifa. Hifa memiliki sekat-sekat yang melintang, tiap-tiap sekat memiliki satu sel, dengan satu atau beberapa inti sel. Namun adapula hifa yang tidak memiliki sekat melintang, yang mengandung banyak inti dan disebut senositik. Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam penggolongan jamur. Hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya, hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa sporangium.sporangium artinya kotak spora. Didalam sporangium terisi spora. Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan konidium (Syamsuri 2004).
Kumpulan hifa membentuk jaringan benang yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah yang tumbuh menyebar diatas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya (Syamsuri 2004).
2.1.2   Reproduksi pada fungi (jamur)
Jamur uniseluler berkembang biak dengan cara seksual dan dengan cara aseksual. Pada perkembangbiakannya yang secara seksual jamur membentuk tunas,sedangkan secara aseksual jamur membentuk spora askus (Pelczar, 1999).
Jamur multiseluler berkembangbiak dengan cara aseksual,yaitu dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi),membentuk spora aseksual yaitu zoospora, endospora dan konidia. Sedangkan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium (Coyne 1999).
Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak didalam air dengan menggunakan flagella. Jadi jamur penghasil zoospore biasanya hidup dilingkungan yang lembab atau berair (Pelczar 1999).
Endospora adalah spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam sel tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh (Coyne 1999).
Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur Ascomycota. Askospora terdapat didalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora dari perkawinan kelompok jamur Basidiomycota disebut basidiospora. Basidiospora terdapat didalam basidium,dan biasanya bejumlah empat spora (Coyne 1999).
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia paling ujung dapat melepskan diri (Coyne 1999).
2.1.3   Klasifikasi Jamur
Berdasarkan Cara reproduksi secara genratif, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deutromycotina (Schlegel, 1994):
a.             Zygomycotina
Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora. Jmaur Zygomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi vegetative dengan membentuk spora, reproduksi generative dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.
Perkembangan secara seksual terjadi karena ada 2 macam hifa, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Keduanya bias terdapat pada satu talus atau talus yang berbeda. Anggota kelas Zygomycotina antara lain : Rhizopusoryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo, Mucor javanicans, dan Clamydomucor oryzae.
b.             Ascomycotina
Jamur kelompok ini di sebut Ascomycotania, karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askospora. Jamur ini yang termasuk kelas Ascomycotania mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut askokrap, memiliki inti haploid, memiliki keturunan dipoloid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan askospora. Spesies-spesies anggota kelas Ascomycotina ialah sebagai berikut:
1)            Sacchormyces cerviciae, jamur unisel yang dapat membelah diri, dapt memfermentasikan gula menjadi alcohol sehingga sering digunakan untuk membuat tape maupun roti.
2)            Sacharomyces ellipsoids, Saccharomyces tuac, Penicillium notatum, Penecillium chrysogenum, Penecillium camemberti, Penecillium requeforti, Aspergillus.
3)            Wentii, Aspergellus flavus, dan Aspergillus, digunakan untuk membuat roti.
c.              Basidiomycotina
Jamur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiofora. Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atus zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetative dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan menghasilkan basidopora.
Spesies-spesies anggota dari kelas Basidiomycotina antara lain sebagai berikut : Volvoriella volvace (jamur merang), Auricularia polytricha (jamur kuping), Pleurotus (jamur tiram), Amanita phalloides, Amanita Verna, Amanita muscarnia, Amanita caesarnia, Puccinia graminus (jamur api).
d.             Deuteromycotina
Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena belum diketahui cara perkembang biakan seksualnya. Namun demikian, untuk memudahkan dan karena tingkat konidiumnya begitu jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies yang masih dianggapkipun tingkat seksualnya sekarang telah diketahui dengan baik.
Sebagian besar cendawan yang patogen pada manusia adalah Deuteromycetes. Mereka sering kali membentuk spora aseksual beberapa macam di dalam spesies yang sama, sehingga dapat membantu dalam mengidentifikasikannya di laboratorium.
Jamur yang termasuk kelas Deuteromycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative dengan membentuk konidiospora. Contoh spesies dari kelas Deuteromycotina antara lain sebagai berikut (Schlegel, 1994) :
1)            Microsporium audoini, Trichophyton, dan Epidermophyton penyebab penyakit kurap dan panu.
2)            Epidermophyton floocosum penyebab penyakit kaki atlet.
3)            Scelothium rolfsii penyebab penyakit busuk pada tanaman.
4)            Helmintorosporium oryzae perusak kecambah dan buah.
2.2         LICHENES
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut kerak ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu (Misra, 1978).
Algae dan jamur bersimbiosis membentuk lichens baru jika bertemu jenis yang tepat. Dimana sedikit banyak berpengaruh, seperti jamur tidak bisa melakukan fotosintesis, kemampuan ini secara alami dilakukan secara bebas oleh algae. Lichens biasanya ditemukan disekitar lingkungan dimana organisme lain tidak dapat tumbuh dan mereka berhasil membuat suatu koloni pada lingkungan tersebut yang dikarenakan oleh hubungan mutualisme antara algae dengan jamur (Duta, 1968).
Sebagian besar lichens tumbuh secara ekstrim lambat – untuk tumbuh 2 cm saja, lichens yang tumbuh pada batu bisa menempuh waktu bertahun-tahun. Pengukuran pertumbuhan lichens, berkisar antara 1 mm per tahun tetapi tidak lebih 3 cm/tahun tergantung dari organisme yang bersimbiosis, banyaknya hujan yang turun dan sinar matahari yang didapat, dan cuaca pada umumnya. Walaupun lichens hidup tumbuh dialam pada kondisi yang tidak menguntungkan, lichens sangat sensitif terhadap pencemaran udara dan cepat menghilang pada daerah yang mempunyai kadar polusi udara yang berat. Salah satu yang menyebabkan ini terjadi lichens dapat menyerap dan mengendapkan mineral dari air hujan dan udara dan tidak dapat mengeluarkannya sehingga konsentrasi senyawa yang mematikan seperti SO2 sangat mudah masuk (Misra, 1978).
2.2.1   Morfologi Thallus
a.             Morfologi Luar
Tubuh lichens dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan algae dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi (Misra, 1978).
Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichens. Algae selalu berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichens dibedakan atas empat bentuk (Misra, 1978) :
1)            Crustose
Lichens yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
2)            Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichens ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria elegans, Physcia aipolia, Peltigera malacea, Parmelia sulcata dan lainnya.
3)            Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.
4)            Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh: Psora pseudorusselli dan Cladonia carneola.
b.             Morfologi dalam (Anatomi)
Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu (Misra, 1978) :
1)            Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
2)            Daerah algae, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
3)            Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
4)            Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichens tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
c.              Klasifikasi Lichenes
Lichens memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut Smith (2004)  :
1)            Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
a.             Ascolichens
Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichens membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam kelas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen algae dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dan lainnya.
b.             Basidiolichens
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan algae Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
c.              Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dan lainnya.
Berdasarkan algae yang menyusun thalus adalah sebagai berikut.
o      Homoimerus
Sel algae dan hifa jamur tersebar merata pada thallus. Komponen algae mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema.
o      Heteromerous
Sel algae terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, algae tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
o      Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
o      Fruticose atau filamentous.
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina. Bentuk panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.
d.             Perkembangbiakan Lichenes
Perkembangbiakan lichens melalui tiga cara, yaitu (Bold,1987) :
1)            Secara Vegetatif
Fragmentasi. Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichens, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichens yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
Isidia. Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
·      Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
2)            Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut pycnidiospores (Tjitrosoepomo, 1989).
Pycnidiospores berukuran kecil, sporanya yang tidak motil, dan diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan algae yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichens yang baru (Tjitrosoepomo, 1989).
3)            Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichens hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichens (Tjitrosoepomo, 1989).
2.3         LUMUT
Tumbuhan  lumut  merupakan  tumbuhan  tingkat  rendah  yang  termasuk kedalam divisi  bryophyta, termasuk tumbuhan darat sejati. Pada umumnya  lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di dataran rendah sampai dataran tinggi.  Tumbuhan  ini  sering  disebut  sebagai  tumbuhan  perintis,  karena  lumut dapat tumbuh  dengan  berbagai  kondisi  pertumbuhan  di  tempat tumbuhan  tingkat tinggi  tidak  bisa  tumbuh.  Secara  ekologi  lumut  memiliki  peranan  yang  sangat penting dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya kerusakan lingkungan. Tumbuhan  lumut merupakan tumbuhan pertama  yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan yang rusak, atau daerah dengan hara yang miskin. Setelah area  ditumbuhi  lumut,  area  tersebut  akan  menjadi  media  yang  cocok  untuk perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan lainnya (Birsyam, 1992).
Dibandingkan dengan alga, jamur dan tumbuhan tingkat tinggi maka lumut merupakan golongan yang kecil. Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh ditempat-tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gemetofit tetapi sporofit tidak pernah merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan (Birsyam,1992).
Bryophyta juga tergolong dalam epifit karena tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atas tanaman lain, tetapi tiada yang menjadi parasit, sebagian besar tanaman ini termasuk tanaman yang tingkat hidupnya rendah. Bryophyta merupakan kelompok tumbuhan yang berhasil, dibuktikan oleh jumlahnya yang besar (sekurang-kurangnya 20.000 jenis) yang dikenal. Meskipun demikian, karena sistem pembuluhnya tidak pernah berkembang secara efisien, lumut ini tak mampu mencapai ukuran besar atau merupakan tumbuhan dominan daratan (Aslan,1998).
Tumbuhan  lumut  memiliki  bentuk-bentuk  unik  yang  bisa  menjadi pembeda  satu  dengan  lainnya.  Beberapa  struktur  yang  ada  pada  lumut  tidak dimiliki  oleh  tumbuhan  lain,  begitu  pula  sebaliknya.  Lumut  termasuk  kelompok tumbuhan  dengan  ketidakadaan  jaringan  vaskular.  Meskipun  beberapa  jenis memiliki  batang,  tetapi  tumbuhan  ini  tidak  memiliki  susunan  jaringan  pembuluh seperti  pada  tumbuhan  tingkat  tinggi.  Beberapa  lumut  ada  yang  memiliki  daun dan  sebagian  tidak,  tetapi  hanya  berupa  hamparan  tubuh  yang  disebut  talus. Struktur talus yang seperti ini tidak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi (Smith, 2004).
Ciri  khas  yang  dimiliki  lumut  adalah sistem  reproduksinya.  Pada  tumbuhan  lumut  terdapat  gametangia  (alat-alat kelamin)  yaitu  alat  kelamin  jantan  disebut  anteridium  yang  menghasilkan spermatozoid  dan  alat  kelamin  betina  disebut  arkegonium  yang  menghasilkan ovum. Tumbuhan ini memiliki generasi gametofit yang dominan, sedangkan pada tumbuhan  tingkat  tinggi  generasi  gametofitnya  tereduksi.  Generasi  ini  memiliki organ seks (antheridia dan arkegonia) dan gamet (sperma dan sel telur). Generasi sporofit  yang  menghasilkan  spora  tidak  dapat  hidup  sendiri  sehingga  tetap melekat  pada  gametofit.  Suplai  air  dan  nutrisi  bagi  sporofit  sangat  bergantung pada  gametofit,  sehingga  tumbuhan  ini  memiliki  siklus  hidup  yang  berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi (Smith, 2004).
Akar  pada  lumut  sebenarnya  tidak  ada,  tumbuhan  ini  melekat  dengan perantaraan  rhizoid  (akar  semu),  oleh  karena  itu  tumbuhan  lumut  merupakan bentuk  peralihan  antara  tumbuhan  ber-talus  (talofita)  dengan  tumbuhan  ber-kormus  (kormofita).  Daun,  batang  atau  talusnya  memiliki  pori  yang  bisa mengalirkan  air,  gas  dan  nutrisi  ke  sel-sel  untuk  langsung  dipergunakan.  Pada beberapa  jenis  terdapat  modifikasi  struktur  daun  yang  berfungsi  untuk memperluas  area  penyerapan  air  atau  nutrisi.  Lumut  merupakan  rumah  bagi invertebrata yang memiliki peran yang penting dalam menjaga porositas tanah dan mengatur  kelembaban  ekosistem,  karena  kemampuannya  dalam  menahan  dan menyerap  air.  Para  ahli  sudah  mulai  banyak  meneliti  komposisi  zat  yang dikandung lumut, beberapa di antaranya mengandung senyawa antibiotik, dan zat lain yang memiliki khasiat obat (Birsyam, 1992).
Seperti  kelompok  tumbuhan  lainnya,  lumut  memiliki  klorofil  sehingga umumnya  memiliki  warna  hijau  dan  sifatnya  autotrof.  Tulang  daun  biasanya  ada pada  kelompok  lumut  sejati  (musci),  satu  sampai  dua  tulang  daun.  Struktur stomata  seperti  pada  tumbuhan  tingkat  tinggi  umumnya  tidak  ada,  tetapi  lumut memiliki  pori  yang  fungsinya  hampir  sama  seperti  stomata.  Perbedaannya  pori selalu  berada  dalam  keadaan  terbuka  dan  tidak  bisa  menutup  atau  membuka seperti pada stomata (Aslan, 1998).
Menurut Tjitrosoepomo, (1989), berdasarkan habitat lumut ada dua yaitu:
a.              Lumut daun (musci); bentuk thallusnya seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Baik batang maupun daun belum memiliki jaringan pengangkut. Pada bagian dasar batang semu terdapat rhizoid yang berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar. Pada bagian pucuk terdapat alat pembiakan seksual berupa anteredium dan arkegonium. Contohnya :  Spaghnum yang hidup di rawa dan merupakan komponen pembentuk tanah gambut.
b.             Lumut hati (Hepaticae); bentuk thallusnya pipih seperti lembaran daun. Pada permukaan ventral terdapat rhizoid dan pada permukaan dorsal terdapat kuncup. Anteredium memiliki tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor. Lumut hati dapat dipakai sebagai indikator daerah lembab dan basah.
Berdasarkan letak alat kelaminnya, lumut dibagi menjadi dua lumut berumah satu (jika pada satu individu terdapat anteredium dan arkegonium) dan lumut beruma dua (jika satu individu hanya terdapat anteredium saja atau arkegonium saja, sehingga ada lumut jantan dan lumut betina) (Campbell, 2004).
Lumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa (Pratiwi, 2008).


BAB III
METODOLOGI
 
3.1         Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh (BTTB) khususnya tentang tumbuhan tingkat rendah meliputi lumut, jamur dan lichen dilaksanakan pada hari minggu tanggal 9 November 2014 yang dimulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang
3.2         Alat dan Bahan
3.2.1   Alat
Alat-alat yang digunakan dalam kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1.             Alat dokumentasi (kamera digital)                                              1 Buah
2.             Alat Tulis                                                                                     1 Buah
3.             Penggaris                                                                                      1 Buah
3.2.2   Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1.             Fungi (Ganoderma aplanatum)                                                   1 Buah
2.             Lichen (Graphis sp)                                                                     1 Buah
3.             Lumut (Marchantia)                                                                    1 Buah
3.3         Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam kuliah kerja lapangan, meliputi:
1.             Dicari jamur (fungi), lichen, dan lumut (bryophyta) di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.             Didokumentasikan setiap spesies dari Jamur, lichen, dan lumut (bryophyta) yang telah ditemukan.
3.             Diamati ciri morfologi dari masing-masing spesies.
4.             Diidentifikasikan masing-masing dari spesies tersebut.
5.             Diklasifikasikan masing-masing spesies yang telah diidentifikasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         Jamur (Fungi)
4.1.1   Jamur Kayu (Ganoderma applanatum)
a.             Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Keterangan
(Agromedia, 2009)
1.          Menepel pada kayu
2.          pinggiran berwarna coklat muda
3.          berbentuk setengah lingkaran
4.          dll
b.             Pembahasan
Klasifikasi jamur kayu menurut Agromedia (2009) adalah sebagai berikut
Kingdom :Fungi
Divisi : Basidiomycota
            Class :  Basidiomycetes
                        Ordo :  Polypolares
                                    Family :Ganodermataceae
                                                Genus :Ganoderma
Spesies :Ganoderma applanatum
            Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan cangar, didapatkan spesies jamur yaitu Ganoderma applanatum, dengan ciri-ciri pinggiran berwarna coklat muda dan semakin ketengah semakin coklat tua, berbentuk setengah lingkaran dan agak cekung seperti kipas, talusnya bertumpuk-tumpuk antara satu sama lain, tekstur talus bersifat keras seperti kayu, menempel pada kayu-kayu yang sudah mati dan lapuk. Jamur ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
            Ganoderma applanatum memiliki habitat di pohon atau di kayu yang sudah lapuk. Dapat hidup bertahan lebih lama sampai bertahun-tahun. Merupakan organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang dan daun sehingga disebut dengan tumbuhan talus. Tubuh terdiri dari satu sel (Uniselluler) dan bersel banyak (Multiselluler). Sel berbentuk benang (hifa). Hifa akan bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut misellium (Wardani, 2010).
            Menurut Haryono (2000), Ganoderma applanatum (jamur kayu) banyak tumbuh pada pohon atau sebagai saprofit dan bisa merusak kayu bangunan. Ganoderma applanatum tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada kayu lapuk. Jamur kayu tidak mempunyai batang, dan bertumbuh diatas batang. Cendawan yang baru bertumbuh berwarna kuning muda kecoklatan, setelah itu Ganoderma applanatum akan berubah warna menjadi coklat. Cara reproduksi Ganoderma applanatum adalah reproduksi secara aseksual yaitu dengan cara fragmentasi, sedangkan reproduksi secara seksual adalah dengan membentuk spora pada basidium.
Manfaat dari Ganoderma applanatum diantaranya adalah kemampuannya memperlancar sirkulasi darah dengan meningkatkan kadar oksigen dalam darah, dengan banyaknya kadar oksigen dalam darah dapat membunuh sel-sel kanker dalam tubuh. Begitu pula dengan racun, jamur ini dapat membunuh sel-sel racun. Dengan demikian akan kehilangan sarana untuk hidup. Oleh sebab itu jamur ini juga terkenal sebagai anti kanker (Ganesa, 2009).
4.2         Lichens
4.2.1  Graphis sp.
a.             Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Keterangan
(Agromedia, 2009)
1.         Thallus yang berukuran kecil, datar, tipis.
2.         melekat ke permukaan kulit pohon
b.             Pembahasan
Klasifikasi Graphis scipta menurut Setyawan (2001) adalah sebagai berikut.
Kingdom:        Fungi
Divisi:              Lichenes
Kelas:              Ascolichenes
Ordo:               Graphidales
Family:            Graphidaceae
Genus:             Graphis
Spesies:           Graphis scipta
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan dalam kuliah kerja lapangan yang dilaksanakan di cangar, Batu, Malang. Praktikan menemukan lichen yang bulat, berwarna putih keabu-abuan dengan thallus yang menempel seluruhnya pada substratnya. Lichen ini memiliki rhizoid yang menempel seluruhnya pada substrat yang di tempatinya.  Oleh karena itu lichen berjenis ini  di golongkan dalam lichen crustose. Dimana lichen ini susah dilepas dari substratnya, jika memaksa untuk di pisahkan dengan substratnya itu kemungkinan sedikit untuk tidak merusak substratnya.
Menurut Subandi (2010), bahwa crustose memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon, atau pada permukaan tanah. Jenis lichens crustose ini susah di cabut tanpa merusak substratnya.
Menurut Tjitrosoepomo (2001), bahwa lumut kerak jenis Graphis sp berwarna abu-abu. Habitatnya melekat pada pohon atau batang kayu yang sudah mati. Pada bagian anatomi tampak 2 lapisan yaitu lapisan alga dan jamur. Graphis sp memiliki thallus tipe crustose yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoplodal.  Graphis sp memiliki distribusi yang luar biasa luas dan banyak ditemukan diseluruh amerika serikat dan eropa. Meskipun kurang umum dari pada 50 tahun lalu karena seperti banyak lumut, sangat sensitive terhadap polusi udara.
Menurut Campbell (2004), bahwa secara anatomi lichenes juga memiliki bagian-bagian yang menarik karena adanya lapisan fungi atau lapisan luar korteks yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat untuk menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh dan lapisan alga yang mengandung ganggang serta terdapat rhizome yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat pada substrat yang dikenal sebagai rhizoid atau lapisan lichens yang paling kuat melekat atau menempel pada substrat ini yang paling terkenal adalah pyrenolichenes.
4.3         Lumut Hati (Hepaticopsida)
4.3.1   Hepaticopsida sp
a.             Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Keterangan
(Agromedia, 2009)
1.          Berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan
2.          Menempel pada tanah
b.             Pembahasan
Klasifikasi lumut hati (Hepaticopsida sp) menurut Agromedia (2009) adalah sebagai berikut.
Kingdom:        Plantae
Divisi:              Hepaticophyta
Class:               Hepaticosida
Ordo:               Hepaticoceales
Family:            Hepaticoceae
Genus:             Hepaticopsida
Spesies:           Hepaticopsida sp
           
Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta. Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut hati ke dalam divisio baru. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan porella (Suhono, 2012).
Menurut Campbell (2012), Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yg berbentuk seperti payung. Sporofit perumbuhannnya terbatas karena tidak mempunyai jaringan meristematik berkembangbiak secara generatif dgn oogami, dan secara vegetatif dgn fragmentasi, tunas, dan kuncup eram habitatnya ditempat lembab. 13 tempat hidup pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering, untuk struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika.
Susunan tubuhnya berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2 kelompok yaitu lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. menyerupai talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral. Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret pada batang sumbu. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada jenis terletak pada bagian terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak teratur. seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau mangkok. Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air hujan protonema lumut hati umumnya hanya berkembang menjadi suatu bulu yang pendek. Sebagian besr lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak, minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik kumpulan tetes-tetes minyak aksiri dalam bentuk demikian. Minyak tadi tidak pernah ditemukan pada tumbuhan lain (Wardani, 2010).
Perkembangbiakannya dengan cara (Tjitrosoepomo, 2009):
a.              secara aseksual menggunakan spora dan tunas.
b.             secara seksual contohnya marchantia
c.              anteredium terpancang pada permukaan atas, bentuknya seperti cakram.
Dasar bunga betina agak melebar dan berbentuk paying, dengan cuping berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk kebawah. Anteredium merekah, mengeluarkan sperma menuju ke arkegonium, generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk kaki masuk ke jaringan reseptakel. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipsahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok yaitu benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin. Setelah meiosis terbentuklah tetraspora, tangkainya memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah dan kapsul jadi terdorong kebawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu oleh elater yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul, elater menggulung menjadi kering dan menggandakan gerakan sentakan yang melebar spora keudara (Tjitrosoepomo, 2009).
Peranan dari lumut hati ini adalah (Tjitrosoepomo, 2009):
a.              Fungsi
Sebagai penyedia tanah bagi tumbuhan yang lebih besar yang tumbuh dipohon Karena akar-akar lumut dapat menyimpan tanah. Sebagai penyedia makanan bagi hewan-hewan kecil dan tanaman lain yang semuanya tersimpan diakar lumut. Sebagai sarang hewan-hewan kecil Karen biasanya terdapat celah-celah pada tumbuhan tersebut segingga hewan bias masuk kedalamnya. Sebagai penyimpanan air dalam jumlah yang cukup besar. lumut menjaga kelembaban udara dan porositas tanah
b.             Manfaat
Lumut dari marga Polythrichum adalah salah satu contoh yang dapat digunakan sebagai penutup media tanam tanaman hias atau taman dan bahan kasur Manfaat lainnya, ada lumut yang dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Marchantia (lumut hati) yang bentuknya mirip hati, digunakan untuk mengobati penyakit hepatitis. Sementara, lumut spagnum dikenal sebagai obat penyakit kulit dan mata.


BAB V
PENUTUP
5.1         Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta) di hutan  Cangar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.             Jenis-jenis Jamur (Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta) yang diamati adalah Ganoderma aplanatum, Graphis sp, Hepaticopsida sp
2.             Ciri-ciri Jamur (Fungi)
a.      Memiliki hifa
b.      Habitat di darat, tempat lembab
c.       Reproduksi aseksual dan seksual
d.      Tidak berklorofil
3.             Ciri-ciri Lumut Kerak (Lichen)
a.       Reproduksi aseksual dan seksual
b.      Saprofit pada tumbuhan lain
c.       Simbiosis dari alga dan jamur
d.      Terdiri dari 3 bentuk : foliosa, kruktosa dan fruktikosa
4.             Ciri-ciri Lumut (Bryophyta)
a.       Memiliki klorofil
b.      Habitat di zona peralihan
c.       Reproduksi seksual dan aseksual
d.      Tubuhnya berbentuk talus
5.2         Saran
Saran dalam KKL Cangar ini adalah sebaiknya sistematika pelaksanaan bisa lebih baik lagi. Selain itu sangatlah bijak, jika mahasiswa bisa turut aktif dalam teknis pelaksaan acara KKL dan juga aktif dalam mengidentifikasi spesies-spesies yang ditemukan Terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, Redaksi. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka
Aslan. Hidaat, 1998. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Surabaya: PT. Penebar Swadaya.
Birsyam,Inge. 1992. Botani tumbuhan Rendah. Bandung : Biologi FMIP ITB
Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas, 1987. Morphology of Plants and Fungi. Fifth edition. Harper and Row Publishers. New York.
Campbell, Neil A.2000. Biologi Edisi 5. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
Campbell. 2004. Biologi Jilid 2 . Jakarta: Erlangga.
Campbell, N.A. at all. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Coyne, M. 1999. Taksonomi Tumbuhan. Bogor: IPB
Duta, A.C. 1968. Botany for Degree Stuudens. Bombay-Calcuta-Madras: Oxford University Press
Ganesa, Mardina. 2009. Jamur. Yogyakarta: UGM Press
Haryono. 2000. Penyakit Tanaman Holtikutura di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press
Misra, A. ,R.P. Agrawal. 1978. Lichens (A Preliminary Text). New York-Bombay-Calcuta: Oxford and IBH Publishing Co
Pelczar, J Michael. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Pratiwi, B. 2008. Dasar –Dasar Biologi. Jakarta : Erlangga.
Saptasari, Murni. 2002. Botani Tumbuhan Rendah: Jamur. Malang: UM Press.
Schlegel dan Schmidt, 1994. Mikrobiologi Umum Edisi ke Enam. Yogyakarta: UGM Press.
Setywan, Wahyu. 2001. Ilmu Mikologi Umum dan Peranan bagi Manusia. Yogyakarta: PT. Citra Abadi.
Smith, Richard. 2004. Botany Plant’s. Jakarta : Univ. Indonesia
Subandi, R. 2010. Mikologi Ilmu Jamur. Malang: UB Press
Suhono, B. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi
Syamsuri, P. 2004. Tumbuhan Tingkat Rendah. Malang: UM Press
Tjitrosoepomo, gembong.1989.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Tjitrosoepomo, gembong.2001.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press
Wardani, Isnaen.2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publishing


No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?