LAPORAN PRAKTIKUM
KULIAH KERJA LAPANGAN
BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH
DI KAWASAN CANGAR BATU MALANG
Dosen Pengampu :
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Drs. Sulisetjono, M.Si
Disusun Oleh :
Moch Faizul Huda (13620010)
Leni Setiawati (13620015)
Titi Nur Kusmafuri (13620017)
Izzatu Septina Harin (13620019)
Moh Nukman (13620028)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ke Hadirat
Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pantai Kondang
Merak yang menjadi salah satu tugas mata
kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW.
Selanjutnya, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan
motivasi khususnya kepada:
1.
Ibu Dr. Evika Sandi
Savitri, MP. selaku Ketua Jurusan Biologi yang telah memotivasi, membantu dan
memberikan penulis arahan yang baik dan benar dalam menyelesaikan penulisan
laporan penelitian ini.
2.
Ibu Ainun Nikmati laily,
M.Si. dan Bapak Drs. Sulisetjono, M.Si selaku
dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu luang, arahan dan kontribusi
dalam penyelesaian laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Pantai Kondang Merak.
3.
Semua pihak yang telah
membantu penulis hingga terselesaikanya laporan penelitian ini, Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa dan bantuan yang telah
diberikan.
Penulis menyadari bahwa
karya ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
penyempurnaan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini. Semoga laporan Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) ini dapat
bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan.
13
November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tumbuhan di dunia ini
sangat beragam. Terdapat tumbuhan yang sudah memiliki akar batang dan daun yang
sudah dapat dibedakan dengan jelas atau yang disebut Cormophyta , tetapi ada
pula yang akar, batang , dan daunnya masih belum dapat dibedakan atau disebut
thallophyta. Tumbuhan berkormus meliputi beberapa jenis tumbuhan tingkat
tinggi, sedangkan tumbuhan berthallus meliputi alga, lumut dan lumut kerak.
Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang lumut, liken dan jamur. Tumbuhan
Lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya hanya
beberapa milimeter saja, lumut hidup pada tempat-tempat yang lembab, sedangkan
lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes
hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah. Jamur
merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof.
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler, selain itu jamur ada yang beracun
tetapi ada pula yang memiliki nilai gizi tinggi (Saptasari, 2002).
Ketiga organisme
tersebut secara umum dapat disebut sebagai organisme bertalus. Di Indonesia
potensi akan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan tersebut dapat di temukan pada
beberapa daerah yang memiliki kelembaban yang baik. Habitat dari ketiga jenis
organisme tersebut dapat ditemukan dalam satu tempat yang memang memiliki
potensi sebagai tempat hidup yang memberikannya nutrisi dan pemenuhan
unsur-unsur yang dibutuhkan.
Salah satu tempat yang
mempunyai memiliki spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman yang cukup
adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R.
Soerjo Cangar adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada
ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut, merupakan kawasan
konservasi dibawah naungan Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Timur terutama di wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Dengan begitu banyak
spesies Fungi, Linchens dan lumut maka dirasa perlu untuk diadakanya studi
lapangan guna menambah wawasan kepada Mahasiswa Biologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap keaneakaragaman spesies Fungi,
Lichens dan Lumut.
Firman Allah dalam
surat Al-Kahfi ayat 45:
Artinya:
dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka
menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan
itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin
dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
kuliah kerja lapangan (KKL) di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur adalah:
1.
Bagaimana
morfologi dan siklus hidup atau reproduksi Jamur, Lichenes dan Lumut di Cangar
Batu, Malang?
1.3
Tujuan
Tujuan dalam kuliah
kerja lapangan (KKL) di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur adalah:
1.
Untuk mengetahui
morfologi dan siklus hidup atau reproduksi Jamur, Lichenes dan Lumut di Cangar
Batu, Malang
1.4
Manfaat
Manfaat dalam kuliah
kerja lapangan (KKL) di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur adalah untuk :
1.
Mengetahui jenis
dan manfaat dari lumut, liken, dan jamur yang diamati.
2.
Memanfaatkan
pembudidayaan lumut, liken, dan jamur di habitat yang sesuai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
FUNGI
(JAMUR)
Fungi atau Cendawan adalah
organisme Heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya.
Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut mereka disebut
saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian
dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi
mereka dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat
merugikan kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan
bahan-bahan lain (Campbell, 2000).
2.1.1
Anatomi
pada fungi (jamur)
Jamur tidak memiliki klorofil, sel
pada jamur ada yang uniseluler, ada pula yang mutiseluler. Dinding sel pada
jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel
membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang hifa. Hifa memiliki
sekat-sekat yang melintang, tiap-tiap sekat memiliki satu sel, dengan satu atau
beberapa inti sel. Namun adapula hifa yang tidak memiliki sekat melintang, yang
mengandung banyak inti dan disebut senositik. Ada tidaknya sekat pada hifa ini
dijadikan dasar dalam penggolongan jamur. Hifa ada yang berfungsi sebagai
pembentuk alat reproduksi. Misalnya, hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi
sporangiofor yang artinya pembawa sporangium.sporangium artinya kotak spora.
Didalam sporangium terisi spora. Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor
yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan konidium (Syamsuri 2004).
Kumpulan hifa membentuk jaringan
benang yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah yang tumbuh menyebar
diatas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya
(Syamsuri 2004).
2.1.2
Reproduksi
pada fungi (jamur)
Jamur uniseluler berkembang biak
dengan cara seksual dan dengan cara aseksual. Pada perkembangbiakannya yang
secara seksual jamur membentuk tunas,sedangkan secara aseksual jamur membentuk
spora askus (Pelczar, 1999).
Jamur multiseluler berkembangbiak
dengan cara aseksual,yaitu dengan cara memutuskan benang hifa
(fragmentasi),membentuk spora aseksual yaitu zoospora, endospora dan konidia.
Sedangkan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan
dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium (Coyne
1999).
Zoospora atau spora kembara adalah
spora yang dapat bergerak didalam air dengan menggunakan flagella. Jadi jamur
penghasil zoospore biasanya hidup dilingkungan yang lembab atau berair (Pelczar
1999).
Endospora adalah spora yang
dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam sel tersebut, hingga
kondisi memungkinkan untuk tumbuh (Coyne 1999).
Spora askus atau askospora adalah
spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur Ascomycota. Askospora terdapat
didalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora dari perkawinan kelompok jamur
Basidiomycota disebut basidiospora. Basidiospora terdapat didalam basidium,dan
biasanya bejumlah empat spora (Coyne 1999).
Konidia adalah spora yang
dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan
diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia paling
ujung dapat melepskan diri (Coyne 1999).
2.1.3 Klasifikasi Jamur
Berdasarkan Cara reproduksi secara
genratif, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina, dan Deutromycotina (Schlegel, 1994):
a.
Zygomycotina
Jamur kelompok ini namanya
Zygomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam
zigospora. Jmaur Zygomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya
tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti
haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi vegetative dengan
membentuk spora, reproduksi generative dengan konjugasi yang menghasilkan
zigospora.
Perkembangan secara seksual terjadi
karena ada 2 macam hifa, yaitu hifa (+) dan hifa (-). Keduanya bias terdapat
pada satu talus atau talus yang berbeda. Anggota kelas Zygomycotina antara lain
: Rhizopusoryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus nigricans, Mucor mucedo,
Mucor javanicans, dan Clamydomucor oryzae.
b.
Ascomycotina
Jamur kelompok ini di sebut
Ascomycotania, karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askospora.
Jamur ini yang termasuk kelas Ascomycotania mempunyai cirri-ciri yaitu dinding
selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat,
membentuk badan buah yang disebut askokrap, memiliki inti haploid, memiliki
keturunan dipoloid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk
konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan
askospora. Spesies-spesies anggota kelas Ascomycotina ialah sebagai berikut:
1)
Sacchormyces
cerviciae, jamur unisel yang dapat membelah diri, dapt
memfermentasikan gula menjadi alcohol sehingga sering digunakan untuk membuat
tape maupun roti.
2)
Sacharomyces
ellipsoids, Saccharomyces tuac, Penicillium notatum, Penecillium chrysogenum,
Penecillium camemberti, Penecillium requeforti, Aspergillus.
3)
Wentii,
Aspergellus flavus, dan Aspergillus, digunakan untuk
membuat roti.
c.
Basidiomycotina
Jamur kelompok ini disebut
Basidiomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiofora.
Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya
tersusun atus zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan hifa primer
(berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, memiliki
keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop,
reproduksi vegetative dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan
menghasilkan basidopora.
Spesies-spesies anggota dari kelas
Basidiomycotina antara lain sebagai berikut : Volvoriella volvace (jamur
merang), Auricularia polytricha (jamur kuping), Pleurotus (jamur
tiram), Amanita phalloides, Amanita Verna, Amanita muscarnia, Amanita
caesarnia, Puccinia graminus (jamur api).
d.
Deuteromycotina
Jamur kelompok ini disebut jamur
imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena belum diketahui
cara perkembang biakan seksualnya. Namun demikian, untuk memudahkan dan karena
tingkat konidiumnya begitu jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies yang
masih dianggapkipun tingkat seksualnya sekarang telah diketahui dengan baik.
Sebagian besar cendawan yang
patogen pada manusia adalah Deuteromycetes. Mereka sering kali membentuk spora
aseksual beberapa macam di dalam spesies yang sama, sehingga dapat membantu
dalam mengidentifikasikannya di laboratorium.
Jamur yang termasuk kelas Deuteromycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative dengan membentuk konidiospora. Contoh spesies dari kelas Deuteromycotina antara lain sebagai berikut (Schlegel, 1994) :
Jamur yang termasuk kelas Deuteromycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative dengan membentuk konidiospora. Contoh spesies dari kelas Deuteromycotina antara lain sebagai berikut (Schlegel, 1994) :
1)
Microsporium
audoini, Trichophyton, dan Epidermophyton penyebab
penyakit kurap dan panu.
2)
Epidermophyton
floocosum penyebab penyakit kaki atlet.
3)
Scelothium
rolfsii penyebab penyakit busuk pada tanaman.
4)
Helmintorosporium
oryzae perusak kecambah dan buah.
2.2
LICHENES
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi
dan algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.
Lumut kerak ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama
di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau
gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat
masuk pada bagian pinggir batu (Misra, 1978).
Algae dan jamur bersimbiosis membentuk lichens baru
jika bertemu jenis yang tepat. Dimana sedikit banyak berpengaruh, seperti jamur
tidak bisa melakukan fotosintesis, kemampuan ini secara alami dilakukan secara
bebas oleh algae. Lichens biasanya ditemukan disekitar lingkungan dimana
organisme lain tidak dapat tumbuh dan mereka berhasil membuat suatu koloni pada
lingkungan tersebut yang dikarenakan oleh hubungan mutualisme antara algae
dengan jamur (Duta, 1968).
Sebagian besar lichens tumbuh secara ekstrim lambat –
untuk tumbuh 2 cm saja, lichens yang tumbuh pada batu bisa menempuh waktu
bertahun-tahun. Pengukuran pertumbuhan lichens, berkisar antara 1 mm per tahun
tetapi tidak lebih 3 cm/tahun tergantung dari organisme yang bersimbiosis,
banyaknya hujan yang turun dan sinar matahari yang didapat, dan cuaca pada
umumnya. Walaupun lichens hidup tumbuh dialam pada kondisi yang tidak
menguntungkan, lichens sangat sensitif terhadap pencemaran udara dan cepat
menghilang pada daerah yang mempunyai kadar polusi udara yang berat. Salah satu
yang menyebabkan ini terjadi lichens dapat menyerap dan mengendapkan mineral
dari air hujan dan udara dan tidak dapat mengeluarkannya sehingga konsentrasi
senyawa yang mematikan seperti SO2 sangat mudah masuk (Misra, 1978).
2.2.1 Morfologi Thallus
a.
Morfologi
Luar
Tubuh lichens dinamakan thallus
yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan algae dan jamur. Thallus ini
berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna
kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi (Misra, 1978).
Bagian tubuh yang memanjang secara
selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau
miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichens. Algae
selalu berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichens
dibedakan atas empat bentuk (Misra, 1978) :
1)
Crustose
Lichens yang memiliki thallus yang
berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon
atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya.
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau
Pleopsidium.
Lichen Crustose yang tumbuh
terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan
disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut
endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak
memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
2)
Foliose
Lichen foliose memiliki struktur
seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar
melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun
yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichens ini
melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai
alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria elegans, Physcia aipolia,
Peltigera malacea, Parmelia sulcata dan lainnya.
3)
Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki
banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung
pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara
permukaan atas dan bawah. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.
4)
Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus
seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan
saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Contoh: Psora pseudorusselli dan Cladonia carneola.
b.
Morfologi
dalam (Anatomi)
Struktur morfologi dalam diwakili
oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat
diamati secara jelas yaitu (Misra, 1978) :
1)
Korteks atas,
berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini
saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
2)
Daerah algae,
merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas.
Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu
terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan
Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan
gonidial sebagai organ reproduksi.
3)
Medulla, terdiri
dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan
longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya
mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar
di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya.
Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
4)
Korteks bawah,
lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar.
Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis
lichens tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran
tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
c.
Klasifikasi
Lichenes
Lichens memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar
dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut Smith (2004) :
1)
Berdasarkan
komponen cendawan yang menyusunnya
a.
Ascolichens
Cendawan penyusunnya tergolong
Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh :
Dermatocarpon dan Verrucaria.
Cendawan penyusunnya tergolong
Discomycetes. Lichens membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur
panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam kelas Ascolichens ini
dibangun juga oleh komponen algae dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae
yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema,
Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus,
Trentopohlia, Cladophora dan lainnya.
b.
Basidiolichens
Berasal dari jamur Basidiomycetes
dan algae Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae,
dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament
yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
c.
Lichen
Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh
: Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dan lainnya.
Berdasarkan algae yang menyusun thalus adalah
sebagai berikut.
o
Homoimerus
Sel algae dan hifa jamur tersebar merata pada
thallus. Komponen algae mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk
dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema.
o
Heteromerous
Sel algae terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, algae tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
Sel algae terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, algae tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
o
Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di
atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan
Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian
permukaan atas dan bawah.
o
Fruticose atau
filamentous.
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti
pita dengan beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus
bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut
atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga
tipis yaitu Ramalina. Bentuk panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria.
Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.
d.
Perkembangbiakan
Lichenes
Perkembangbiakan lichens melalui
tiga cara, yaitu (Bold,1987) :
1)
Secara
Vegetatif
Fragmentasi. Fragmentasi adalah
perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya
dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang
dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichens, bagian
tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan
lichens yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang
paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
Isidia. Kadang-kadang isidia lepas
dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh
menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
· Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
· Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
2)
Secara
Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi
dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya.
Spora yang aseksual disebut pycnidiospores (Tjitrosoepomo, 1989).
Pycnidiospores berukuran kecil,
sporanya yang tidak motil, dan diproduksi dalam jumlah yang besar disebut
pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai
suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium
terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya.
Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan algae yang
sesuai terjadi perkembangan menjadi lichens yang baru (Tjitrosoepomo, 1989).
3)
Secara
Seksual
Perkembangan seksual pada lichens
hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan
secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichens
(Tjitrosoepomo, 1989).
2.3
LUMUT
Tumbuhan lumut
merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk
kedalam divisi bryophyta, termasuk tumbuhan darat sejati. Pada
umumnya lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan ini sering
disebut sebagai tumbuhan perintis, karena lumut
dapat tumbuh dengan berbagai kondisi pertumbuhan
di tempat tumbuhan tingkat tinggi tidak bisa
tumbuh. Secara ekologi lumut memiliki
peranan yang sangat penting dalam menciptakan habitat primer dan
sekunder setelah adanya kerusakan lingkungan. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pertama yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan yang rusak,
atau daerah dengan hara yang miskin. Setelah area ditumbuhi
lumut, area tersebut akan menjadi media
yang cocok untuk perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan lainnya
(Birsyam, 1992).
Dibandingkan dengan alga, jamur dan
tumbuhan tingkat tinggi maka lumut merupakan golongan yang kecil. Bryophyta
adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh ditempat-tempat lembab. Tumbuhan
lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang
haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gemetofit
tetapi sporofit tidak pernah merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas.
Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa tumbuhan
mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan
(Birsyam,1992).
Bryophyta juga tergolong dalam
epifit karena tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atas tanaman lain, tetapi tiada
yang menjadi parasit, sebagian besar tanaman ini termasuk tanaman yang tingkat
hidupnya rendah. Bryophyta merupakan kelompok tumbuhan yang berhasil,
dibuktikan oleh jumlahnya yang besar (sekurang-kurangnya 20.000 jenis) yang
dikenal. Meskipun demikian, karena sistem pembuluhnya tidak pernah berkembang
secara efisien, lumut ini tak mampu mencapai ukuran besar atau merupakan
tumbuhan dominan daratan (Aslan,1998).
Tumbuhan lumut
memiliki bentuk-bentuk unik yang bisa menjadi
pembeda satu dengan lainnya. Beberapa
struktur yang ada pada lumut tidak dimiliki
oleh tumbuhan lain, begitu pula sebaliknya.
Lumut termasuk kelompok tumbuhan dengan
ketidakadaan jaringan vaskular. Meskipun beberapa
jenis memiliki batang, tetapi tumbuhan ini
tidak memiliki susunan jaringan pembuluh seperti
pada tumbuhan tingkat tinggi. Beberapa
lumut ada yang memiliki daun dan sebagian
tidak, tetapi hanya berupa hamparan tubuh
yang disebut talus. Struktur talus yang seperti ini tidak dijumpai
pada tumbuhan tingkat tinggi (Smith, 2004).
Ciri khas yang
dimiliki lumut adalah sistem reproduksinya. Pada
tumbuhan lumut terdapat gametangia (alat-alat
kelamin) yaitu alat kelamin jantan disebut
anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan
alat kelamin betina disebut arkegonium yang
menghasilkan ovum. Tumbuhan ini memiliki generasi gametofit yang dominan,
sedangkan pada tumbuhan tingkat tinggi generasi
gametofitnya tereduksi. Generasi ini memiliki organ
seks (antheridia dan arkegonia) dan gamet (sperma dan sel telur). Generasi
sporofit yang menghasilkan spora tidak
dapat hidup sendiri sehingga tetap melekat
pada gametofit. Suplai air dan nutrisi
bagi sporofit sangat bergantung pada gametofit,
sehingga tumbuhan ini memiliki siklus hidup
yang berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi (Smith, 2004).
Akar pada lumut
sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat
dengan perantaraan rhizoid (akar semu), oleh
karena itu tumbuhan lumut merupakan bentuk
peralihan antara tumbuhan ber-talus (talofita)
dengan tumbuhan ber-kormus (kormofita). Daun,
batang atau talusnya memiliki pori yang
bisa mengalirkan air, gas dan nutrisi ke
sel-sel untuk langsung dipergunakan. Pada
beberapa jenis terdapat modifikasi struktur
daun yang berfungsi untuk memperluas area
penyerapan air atau nutrisi. Lumut
merupakan rumah bagi invertebrata yang memiliki peran yang penting
dalam menjaga porositas tanah dan mengatur kelembaban ekosistem,
karena kemampuannya dalam menahan dan menyerap
air. Para ahli sudah mulai banyak
meneliti komposisi zat yang dikandung lumut, beberapa di
antaranya mengandung senyawa antibiotik, dan zat lain yang memiliki khasiat
obat (Birsyam, 1992).
Seperti kelompok
tumbuhan lainnya, lumut memiliki klorofil
sehingga umumnya memiliki warna hijau dan
sifatnya autotrof. Tulang daun biasanya ada
pada kelompok lumut sejati (musci), satu
sampai dua tulang daun. Struktur stomata
seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
umumnya tidak ada, tetapi lumut memiliki
pori yang fungsinya hampir sama seperti
stomata. Perbedaannya pori selalu berada dalam
keadaan terbuka dan tidak bisa menutup
atau membuka seperti pada stomata (Aslan, 1998).
Menurut Tjitrosoepomo, (1989),
berdasarkan habitat lumut ada dua yaitu:
a.
Lumut daun
(musci); bentuk thallusnya seperti tumbuhan kecil yang mempunyai batang semu
tegak dan lembaran daun yang tersusun spiral. Baik batang maupun daun belum
memiliki jaringan pengangkut. Pada bagian dasar batang semu terdapat rhizoid
yang berupa benang halus dan berfungsi sebagai akar. Pada bagian pucuk terdapat
alat pembiakan seksual berupa anteredium dan arkegonium. Contohnya : Spaghnum
yang hidup di rawa dan merupakan komponen pembentuk tanah gambut.
b.
Lumut hati (Hepaticae);
bentuk thallusnya pipih seperti lembaran daun. Pada permukaan ventral terdapat
rhizoid dan pada permukaan dorsal terdapat kuncup. Anteredium memiliki tangkai
yang disebut anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor. Lumut
hati dapat dipakai sebagai indikator daerah lembab dan basah.
Berdasarkan letak alat kelaminnya,
lumut dibagi menjadi dua lumut berumah satu (jika pada satu individu terdapat
anteredium dan arkegonium) dan lumut beruma dua (jika satu individu hanya
terdapat anteredium saja atau arkegonium saja, sehingga ada lumut jantan dan
lumut betina) (Campbell, 2004).
Lumut ditemukan terutama di area
sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di
tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk
mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis
dengan air, seperti Fontinalis antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni
rawa (Pratiwi, 2008).
BAB
III
METODOLOGI
METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mata
kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh (BTTB) khususnya tentang tumbuhan
tingkat rendah meliputi lumut, jamur dan lichen dilaksanakan pada hari minggu
tanggal 9 November 2014 yang dimulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB di kawasan
Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1.
Alat dokumentasi
(kamera digital) 1
Buah
2.
Alat Tulis 1
Buah
3.
Penggaris 1 Buah
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
kuliah kerja lapangan (KKL), meliputi:
1.
Fungi (Ganoderma
aplanatum) 1 Buah
2.
Lichen (Graphis
sp) 1 Buah
3.
Lumut (Marchantia) 1
Buah
3.3
Cara
Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam
kuliah kerja lapangan, meliputi:
1.
Dicari jamur
(fungi), lichen, dan lumut (bryophyta) di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo
Cangar Batu Malang.
2.
Didokumentasikan
setiap spesies dari Jamur, lichen, dan lumut (bryophyta) yang telah ditemukan.
3.
Diamati ciri
morfologi dari masing-masing spesies.
4.
Diidentifikasikan
masing-masing dari spesies tersebut.
5.
Diklasifikasikan
masing-masing spesies yang telah diidentifikasikan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Jamur (Fungi)
4.1.1
Jamur Kayu (Ganoderma applanatum)
a.
Hasil Pengamatan
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
Keterangan
|
(Agromedia, 2009)
|
1.
Menepel pada kayu
2.
pinggiran berwarna coklat muda
3.
berbentuk setengah lingkaran
4.
dll
|
b.
Pembahasan
Klasifikasi jamur kayu menurut Agromedia (2009) adalah
sebagai berikut
Kingdom :Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Polypolares
Family :Ganodermataceae
Genus :Ganoderma
Spesies :Ganoderma
applanatum
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di hutan cangar, didapatkan spesies jamur yaitu
Ganoderma applanatum, dengan ciri-ciri pinggiran berwarna coklat muda
dan semakin ketengah semakin coklat tua, berbentuk setengah lingkaran dan agak
cekung seperti kipas, talusnya bertumpuk-tumpuk antara satu sama lain, tekstur
talus bersifat keras seperti kayu, menempel pada kayu-kayu yang sudah mati dan
lapuk. Jamur ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
Ganoderma
applanatum memiliki habitat di pohon atau di kayu yang sudah lapuk. Dapat
hidup bertahan lebih lama sampai bertahun-tahun. Merupakan organisme tingkat
rendah yang belum mempunyai akar, batang dan daun sehingga disebut dengan
tumbuhan talus. Tubuh terdiri dari satu sel (Uniselluler) dan bersel banyak
(Multiselluler). Sel berbentuk benang (hifa). Hifa akan bercabang-cabang
membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut misellium (Wardani, 2010).
Menurut
Haryono (2000), Ganoderma applanatum (jamur kayu) banyak tumbuh pada
pohon atau sebagai saprofit dan bisa merusak kayu bangunan. Ganoderma
applanatum tubuh buahnya berbentuk setengah lingkaran, banyak terdapat pada
kayu lapuk. Jamur kayu tidak mempunyai batang, dan bertumbuh diatas batang.
Cendawan yang baru bertumbuh berwarna kuning muda kecoklatan, setelah itu Ganoderma
applanatum akan berubah warna menjadi coklat. Cara reproduksi Ganoderma
applanatum adalah reproduksi secara aseksual yaitu dengan cara fragmentasi,
sedangkan reproduksi secara seksual adalah dengan membentuk spora pada
basidium.
Manfaat dari Ganoderma
applanatum diantaranya adalah kemampuannya memperlancar sirkulasi darah
dengan meningkatkan kadar oksigen dalam darah, dengan banyaknya kadar oksigen
dalam darah dapat membunuh sel-sel kanker dalam tubuh. Begitu pula dengan
racun, jamur ini dapat membunuh sel-sel racun. Dengan demikian akan kehilangan
sarana untuk hidup. Oleh sebab itu jamur ini juga terkenal sebagai anti kanker
(Ganesa, 2009).
4.2
Lichens
4.2.1 Graphis sp.
a.
Hasil Pengamatan
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
Keterangan
|
(Agromedia, 2009)
|
1.
Thallus
yang berukuran kecil, datar, tipis.
2.
melekat
ke permukaan kulit pohon
|
b.
Pembahasan
Klasifikasi Graphis
scipta menurut Setyawan (2001) adalah sebagai berikut.
Kingdom: Fungi
Divisi: Lichenes
Kelas: Ascolichenes
Ordo: Graphidales
Family: Graphidaceae
Genus: Graphis
Spesies: Graphis
scipta
Berdasarkan
pengamatan yang telah di lakukan dalam kuliah kerja lapangan yang dilaksanakan
di cangar, Batu, Malang. Praktikan menemukan lichen yang bulat, berwarna
putih keabu-abuan dengan thallus yang menempel seluruhnya pada substratnya.
Lichen ini memiliki rhizoid yang menempel seluruhnya pada substrat yang di
tempatinya. Oleh karena itu lichen berjenis ini di golongkan dalam
lichen crustose. Dimana lichen ini susah dilepas dari substratnya, jika memaksa
untuk di pisahkan dengan substratnya itu kemungkinan sedikit untuk tidak
merusak substratnya.
Menurut
Subandi (2010), bahwa crustose memiliki thallus yang berukuran kecil, datar,
tipis, dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon, atau pada permukaan
tanah. Jenis lichens crustose ini susah di cabut tanpa merusak substratnya.
Menurut
Tjitrosoepomo (2001), bahwa lumut kerak jenis Graphis sp berwarna
abu-abu. Habitatnya melekat pada pohon atau batang kayu yang sudah mati. Pada
bagian anatomi tampak 2 lapisan yaitu lapisan alga dan jamur. Graphis sp
memiliki thallus tipe crustose yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan
disebut endoploidik atau endoplodal. Graphis sp memiliki
distribusi yang luar biasa luas dan banyak ditemukan diseluruh amerika serikat
dan eropa. Meskipun kurang umum dari pada 50 tahun lalu karena seperti banyak
lumut, sangat sensitive terhadap polusi udara.
Menurut
Campbell (2004), bahwa secara anatomi lichenes juga memiliki bagian-bagian yang
menarik karena adanya lapisan fungi atau lapisan luar korteks yang tersusun
atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat untuk menjaga agar lumut
kerak tetap tumbuh dan lapisan alga yang mengandung ganggang serta terdapat
rhizome yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat
pada substrat yang dikenal sebagai rhizoid atau lapisan lichens yang paling
kuat melekat atau menempel pada substrat ini yang paling terkenal adalah pyrenolichenes.
4.3
Lumut Hati (Hepaticopsida)
4.3.1
Hepaticopsida sp
a.
Hasil Pengamatan
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
Keterangan
|
(Agromedia, 2009)
|
1.
Berupa
lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan
2.
Menempel
pada tanah
|
b.
Pembahasan
Klasifikasi lumut hati (Hepaticopsida sp)
menurut Agromedia (2009)
adalah sebagai berikut.
Kingdom: Plantae
Divisi: Hepaticophyta
Class: Hepaticosida
Ordo: Hepaticoceales
Family: Hepaticoceae
Genus: Hepaticopsida
Spesies: Hepaticopsida
sp
Klasifikasi
tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta. Namun,
perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini
parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut hati ke dalam divisio
baru. Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua
yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak
lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal
ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok
peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota
lebih dari 6000 spesies. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap
zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif
dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan
dan betina. Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus
pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria
terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas
saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat
melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang
merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati
adalah Marchantia polymorpha dan porella (Suhono, 2012).
Menurut Campbell (2012), Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid
gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yg berbentuk seperti payung. Sporofit
perumbuhannnya terbatas karena tidak mempunyai jaringan meristematik berkembangbiak
secara generatif dgn oogami, dan secara vegetatif dgn fragmentasi, tunas, dan
kuncup eram habitatnya ditempat lembab. 13 tempat hidup pada tempat-tempat yang
basah, untuk struktur tubuh yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering,
untuk struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). sebagai epifit umumnya
menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika.
Susunan tubuhnya berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. menyerupai
talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah ventral.
Daun bila ada tampak rusak dan tersusun pada tiga deret pada batang sumbu. Alat
kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada jenis terletak pada bagian
terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian kaki dan kapsul atau kaki
tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya kapsul tidak menentu dan tidak
teratur. seperti pita bercabang menggarpu dan menyerupai rusuk ditengah
mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah, terdapat badan seperti piala dengan tepi
yang bergigi, yang disebut piala eram atau keranjang eram kepala atau mangkok.
Kemudian puncup-puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh
air hujan protonema lumut hati umumnya hanya berkembang menjadi suatu bulu yang
pendek. Sebagian besr lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak,
minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik kumpulan tetes-tetes minyak
aksiri dalam bentuk demikian. Minyak tadi tidak pernah ditemukan pada tumbuhan
lain (Wardani, 2010).
Perkembangbiakannya dengan cara (Tjitrosoepomo, 2009):
a.
secara aseksual menggunakan spora dan tunas.
b.
secara seksual contohnya marchantia
c.
anteredium terpancang pada permukaan atas,
bentuknya seperti cakram.
Dasar
bunga betina agak melebar dan berbentuk paying, dengan cuping berbentuk jari,
umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping
dengan leher menekuk kebawah. Anteredium merekah, mengeluarkan sperma menuju ke
arkegonium, generasi sporofit dari telur yang sudah dibuahi (zigot). Zigot
membelah membentuk embrio (bentuk bola), bagian pangkal dari embrio membentuk
kaki masuk ke jaringan reseptakel. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul
yang dipsahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang
disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok yaitu
benang-benang memanjang dengan dinding bagian dalam terpilin. Setelah meiosis
terbentuklah tetraspora, tangkainya memanjang, arkegonium yang melebar jadi
pecah dan kapsul jadi terdorong kebawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka
memancarkan spora, lepasnya spora dari kapsul dibantu oleh elater yang sifatnya
higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul, elater menggulung menjadi kering dan
menggandakan gerakan sentakan yang melebar spora keudara (Tjitrosoepomo, 2009).
Peranan dari lumut hati ini adalah (Tjitrosoepomo,
2009):
a.
Fungsi
Sebagai
penyedia tanah bagi tumbuhan yang lebih besar yang tumbuh dipohon Karena
akar-akar lumut dapat menyimpan tanah. Sebagai penyedia makanan bagi hewan-hewan
kecil dan tanaman lain yang semuanya tersimpan diakar lumut. Sebagai sarang
hewan-hewan kecil Karen biasanya terdapat celah-celah pada tumbuhan tersebut
segingga hewan bias masuk kedalamnya. Sebagai penyimpanan air dalam jumlah yang
cukup besar. lumut menjaga kelembaban udara dan porositas tanah
b.
Manfaat
Lumut
dari marga Polythrichum adalah salah satu contoh yang dapat digunakan sebagai
penutup media tanam tanaman hias atau taman dan bahan kasur Manfaat lainnya,
ada lumut yang dipercaya bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih
diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional
lumut dari marga Marchantia (lumut hati) yang bentuknya mirip hati,
digunakan untuk mengobati penyakit hepatitis. Sementara, lumut spagnum dikenal
sebagai obat penyakit kulit dan mata.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada Jamur
(Fungi), Lumut Kerak (Lichen), dan Lumut (Bryophyta) di hutan Cangar
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Jenis-jenis Jamur (Fungi), Lumut Kerak
(Lichen), dan Lumut (Bryophyta) yang diamati adalah Ganoderma aplanatum, Graphis
sp, Hepaticopsida sp
2.
Ciri-ciri Jamur (Fungi)
a.
Memiliki hifa
b.
Habitat di darat, tempat lembab
c.
Reproduksi aseksual dan seksual
d.
Tidak berklorofil
3.
Ciri-ciri Lumut Kerak (Lichen)
a.
Reproduksi aseksual dan seksual
b.
Saprofit pada tumbuhan lain
c.
Simbiosis dari alga dan jamur
d.
Terdiri dari 3 bentuk : foliosa, kruktosa dan
fruktikosa
4.
Ciri-ciri Lumut (Bryophyta)
a.
Memiliki klorofil
b.
Habitat di zona peralihan
c.
Reproduksi seksual dan aseksual
d.
Tubuhnya berbentuk talus
5.2
Saran
Saran
dalam KKL Cangar ini adalah sebaiknya sistematika
pelaksanaan bisa lebih baik lagi. Selain itu sangatlah
bijak, jika
mahasiswa bisa turut aktif dalam teknis pelaksaan acara KKL dan juga aktif
dalam mengidentifikasi spesies-spesies
yang
ditemukan Terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Agromedia,
Redaksi. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka
Aslan. Hidaat, 1998. Taksonomi Tumbuhan Rendah.
Surabaya: PT. Penebar Swadaya.
Birsyam,Inge. 1992. Botani tumbuhan Rendah. Bandung
: Biologi FMIP ITB
Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas, 1987. Morphology
of Plants and Fungi. Fifth edition. Harper and Row Publishers. New York.
Campbell, Neil A.2000. Biologi Edisi 5. Jakarta
: PT Gelora Aksara Pratama.
Campbell. 2004. Biologi Jilid 2 . Jakarta:
Erlangga.
Campbell,
N.A. at all. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid
2. Jakarta: Erlangga
Coyne, M. 1999. Taksonomi Tumbuhan. Bogor: IPB
Duta, A.C. 1968. Botany for Degree Stuudens.
Bombay-Calcuta-Madras: Oxford University Press
Ganesa,
Mardina. 2009. Jamur. Yogyakarta: UGM
Press
Haryono.
2000. Penyakit Tanaman Holtikutura di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press
Misra, A. ,R.P. Agrawal. 1978. Lichens (A
Preliminary Text). New York-Bombay-Calcuta: Oxford and IBH Publishing Co
Pelczar, J Michael. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Pratiwi, B. 2008. Dasar –Dasar Biologi. Jakarta
: Erlangga.
Saptasari, Murni. 2002. Botani Tumbuhan Rendah:
Jamur. Malang: UM Press.
Schlegel dan Schmidt, 1994. Mikrobiologi Umum Edisi
ke Enam. Yogyakarta: UGM Press.
Setywan, Wahyu. 2001. Ilmu Mikologi Umum dan
Peranan bagi Manusia. Yogyakarta: PT. Citra Abadi.
Smith, Richard. 2004. Botany Plant’s. Jakarta :
Univ. Indonesia
Subandi, R.
2010. Mikologi Ilmu Jamur. Malang: UB
Press
Suhono, B.
2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan
Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi
Syamsuri, P. 2004. Tumbuhan Tingkat Rendah. Malang:
UM Press
Tjitrosoepomo, gembong.1989.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Tjitrosoepomo, gembong.2001.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Tjitrosoepomo,
G. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?