Manfaat Siwak Prespektif Bidang Ilmu
Fiqh dan Biologi Kesehatan
Ø Sejarah siwak
Penggunaan alat-alat
kebersihan mulut telah
dimulai semenjak berabad-abad
lalu. Manusia terdahulu menggunakan alat-alat kebersihan yang
bermacam-macam seiring dengan
perkembangan sosial, teknologi dan
budaya. Beraneka ragam peralatan
sederhana dipergunakan untuk
membersihkan mulut mereka dari
sisa-sisa makanan, mulai
dari tusuk gigi,
batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung,
tulang hewan hingga
duri landak. Diantara
peralatan tradisional yang mereka
gunakan dalam membersihkan
mulut dan gigi
adalah kayu siwak atau
chewing stick. Kayu
ini walaupun tradisional,
merupakan langkah pertama transisi/peralihan kepada sikat gigi
modern dan merupakan alat pembersih mulut terbaik hingga saat ini.
Ø Deskripsi
Siwak adalah nama untuk
dahan atau akar pohon yang digunakan untuk bersiwak. Oleh karena itu semua
dahan atau akar pohon apa saja boleh digunakan untuk bersiwak jika memenuhi
persyaratannya, yaitu lembut, sehingga batang atau akar kayu yang keras tidak
boleh digunakan untuk bersiwak karena bisa merusak gusi dan email
gigi; bisa membersihkan dan berserat serta bersifat basah, sehingga akar atau
batang yang tidak ada seratnya tidak bisa digunakan untuk bersiwak; seratnya
tersebut tidak berjatuhan ketika digunakan untuk bersiwak sehingga bisa
mengotori mulut (Alsirhan, 2002).
Siwak atau Miswak,
merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora
persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan
Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman
arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm.
Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang
bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas
berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna
cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan
rasanya agak pedas (Alsirhan, 2002).
Ø Kandungan
dan Manfaat Siwak
Berdasarkan ilmu bidang
ilmu biologi kesehatan Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap
kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang
dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque,
mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi
yang bermanfaat, meliputi (Al-Lafi dan Ababneh, 1995) :
·
Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang
berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan
pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak
pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan
serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial
acid tersebut .
·
Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida,
Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa
mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan
menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan
penyusun pasta gigi.
·
Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat
menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.
·
Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi
dan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
·
Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System,
yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan
mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi
saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan
mulut.
Dalam kitab Ath-Thubbun
Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnu Qoyyim dijelaskan manfaat siwak
antara lain (Qoyyim, Ibnu:1997) :
Ø Membersihkan mulut
Ø Membersihkan gusi
Ø Mencegah pendarahan
Ø Menguatkan penglihatan
Ø Mencegah gigi berlubang
Ø Menyehatkan pencernaan
Ø Menjernihkan suara
Ø Membantu pencernaan makanan
Ø Memperlancar saluran nafas (bicara)
Ø Menggiatkan bacaan
Ø Menahan tidur
Ø Meridhokan Allah Ta’ala
Ø Dikagumi malaikat
Meskipun siwak
sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh
dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk
membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada
kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai
misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan
kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain :
setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah
penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu
menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya (Alsirhan, 2002).
Siwak berfungsi mengikis
dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa
arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih
dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis
dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga
memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem
antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan
fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat
mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi (
Bustomi, 2005 ).
Siwak akan menghilangkan
energi negatif dari perkataan kita, dari mulut kita. Ada 32 buah gigi didalam
mulut kita, 16 memiliki energi positif dan 16 lainnya negatif, ketika kita
bersiwak maka enegri negatif dibuang, seperti halnya arde dalam stop kontak
atau alat elektronik, arde tersebut menyalurkan energi kedalam tanah, maka
disebut dengan pentanahan ( Bustomi, 2005 ).
Fungsi siwak, tongkat
untuk berjalan hampir sama dengan pentanahan yang menyalurkan energi negatif,
dimana akan membersihkan racun tubuh dengan pentanahan, maka disunahkan juga
untuk memakai tongkat. Para pembicara, ustad, penceramah sebaiknya menggunakan
siwak sebelum berbiacra, karena menghilangakn enerji negatif dan panasnya
kata-kata bagi yang mendengarkannya (Bustomi, 2005 ).
Dalam berbagai
penilitian bahkan sikat gigi merupakan salah satu benda yang berbahaya bagi
kesehatan karena dihuni begitu banyak bakteri. Apalagi bila diletakan dikamar
mandi dan berdekatan dengan toilet karena ketika kita menyiram dengan flush
maka bertebaran ribuan bakteri tersebut yang hinggap ditempat yang lenmbab
antara sikat gigi. Maka memakai sikat gigi harus sering diganti minimal setiap
3 bulan sekali sementara siwak memilki sifat anti bakteri (Rayhan, 2007).
Siwak bukan hanya
bermanfaat secara spiritual, tetapi juga berguna untuk menjaga kesehatan. Para
ilmuwan Amerika baru-baru ini menemukan efek menakjubkan siwak terhadap mulut:
dalam satu kali penggunaan, siwak membunuh 80% bakteri. Siwak mencegah caries
(gigi berlubang), menguatkan gusi, dan efeknya bertahan hingga hampir 48 jam.
Tunisia dan negara-negara lainnya sudah mulai memproduksi pasta gigi berbahan
dasar siwak ( Rayhan, 2007).
Penelitian ilmiah modern
mengukuhkan, bahwa siwak mengandung zat yang melawan pembusukan, zat pembersih
yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan,
bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan
melindungi mulut serta gigi dari berbagai penyakit. Sebagaimana telah terbukti
bahwa siwak memiliki manfaat mencegah kanker.” ( Rayhan, 2007).
Selain efek-efek
higienis, siwak juga menstimulasi BAS (Biologically Active Spots = Titik Aktif
Biologis) yang terletak di antara gigi dan gusi. Titik-titik ini mengatur enam
organ (telinga, mata, hidung, lidah, dan oesophagus (saluran makanan dari mulut
ke perut), tiga pasang cells (wedge shaped, rahang atas, ethmoid), sinus, sendi
temporal rahang bawah, dan 28 saraf tulang belakang yang mengatur fungsi-fungsi
secara praktis semua organ, otot, dans endi pada ekstremitas atas dan bawah (
Rayhan, 2007).
Titik-titik yang sama
mengatur fungsi sejumlah organ seperti empedu dan kantong empedu, liver,
ginjal, perut, pancreas, limpa, paru-paru, jantung, usus besar dan usus kecil
(Rayhan, 2007).
Terpijitnya BAS pada
mulut oleh siwak akan meredakan rasa sakit dan menurunkan ketegangan otot-otot
neurorefleks yang disebabkan oleh osteochondros (sejenis penyakit tulang).
Penggunaan siwak secara teratur, selain mencegah penyakit, ia juga mengatur
perkembangan 70 BAS dan membantu pikiran kita agar jernih. Dengan demikian,
sebatang siwak yang digunakan dengan penuh keimanan dapat menggantikan peran
dokter spesialis (Rayhan, 2007).
Berdasarkan bidang ilmu fiqh,Tumbuhan yang mempunyai nama latin Salvadora
persica ini, telah berabad- abad yang lalu di sebutkan namanya dalam hadist
mulia oleh Rasulullah Muhammad Sallallahu alaihi wassalam. Beliau sendiri pun,
juga terbiasa membersihkan giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur,
seperti di riwayatkan oleh Aisyah radiyahallohu ‘anha, ”Kami biasa
menyiapkan sebuah siwak dan air untuk wudhu bagi Rasulullah sallallahu alaihi
wassalam kapan pun Allah menghendaki beliau bangun dari tidur malam, beliau
akan membersihkan giginya dengan siwak, mengambil wudhu, dan lalu mendirikan
shalat”. (HR Muslim).
Anjuran untuk bersiwak
atau menggunakan miswak, siwak ataua kayu sugi juga termaktub dalam al Qur’an
Surat ke 34 ayat 16 yang berbunyi seperti dibawah ini:
Artinya: “Tetapi mereka
berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang
ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon
Sidr”.
TAFSIR
Namun, mereka berpaling,
sebab itu Kami Mengirimkan banjir besar kepada mereka, dan Kami Gantikan kedua
kebun mereka itu dengan dua kebun (yang ditumbuhi pepohonan) yang berbuah
pahit, pohon atsl, dan sedikit dari pohon sidr.
Fa a‘radlū
(namun, mereka
berpaling), yakni tidak beriman, tidak merespons para rasul, dan tidak
mensyukuri nikmat tersebut.
Fa arsalnā
(sebab itu Kami
Mengirimkan), yakni Kami Memerintahkan. ‘Alaihim sailal ‘arimi (banjir besar
kepada mereka), yakni banjir yang membinasakan, hingga rusaklah semua kebun,
rumah, dan harta benda yang mereka miliki. Al-‘arim adalah sebuah lembah yang
terdapat di Yaman, yang juga suka disebut wādisy syajar (lembah pepohonan). Di
lembah itu terdapat saringan yang menahan aliran air. Pada saringan itu
terdapat tiga pintu yang bersusun. Maka Allah Ta‘ala Menghancurkan saringan itu
serta membinasakan mereka dengan air tersebut.
Wa baddalnāhum bi
jannataihim (dan Kami Gantikan kedua kebun mereka itu), yakni kedua kebun yang
telah Kami Binasakan itu.
Jannataini dzawātai
ukulin khamthin
Dengan dua kebun [yang
ditumbuhi pepohonan] yang berbuah pahit), yakni buah-buahan yang rasanya pahit.
Wa atsliw wa syai-im miη
sidring qalīl
Pohon atsl dan sedikit
dari pohon sidr), yakni sejenis pohon yang berbuah sedikit tapi berduri banyak.
Daftar Pustaka
Al-Lafidan
Ababneh. 1995. Tumbuhan Obat. Jakarta : Penerbit Bhratara
Alsirhan . 2002. Obat Asli Indonesia . Jakarta : Dian Rakyat
Bustomi. 2005. Anatomi Tumbuhan. Bandung : Widya Kusuma
Katsir, Ibnu. 2000. Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i
Qoyyim, Ibnu. 1997. Kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis
Nabawi). Surabaya: Pustaka Media
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?