BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ekosistem
adalah hubungan interaksi yang terjadi antara makhluk hidup dengan makhluk
hidup maupun makhluk hidup dengan makhluk tidak hidup. Tingkat organisasi
ekosistem lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terjadi hubungan timbal
balik antara organisme yang hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk
suatu sistem yang dapat diketahui aliran energi dan siklus materinya.
Keberadaan makhluk hidup di dunia
ini tergantung pada aliran energi dan siklus materi melalui ekosistem.
Kedua proses tadi mempengaruhi jumlah dari organisme-organisme, kecepatan
proses metabolisme, dan kompleksitas dari komunitas. Energi dari materi
mengalir melalui ekosistem bersama-sama sebagai materi organik, satu sama
lainnya tidak bisa dipisah-pisahkan. Tetapi aliran energi adalah satu arah,
sekali dimanfaatkan oleh ekosistem akan hilang keluar dari sistem. Sedangkan
materi, dalam hal ini berupa materi, melakukan suatu siklus. Atom dari kalsium
atau karbon berkemampuan untuk mengalir melalui makhluk hidup dan bagian
non-hidup berkali-kali, atau dapat pula dipindah dari suatu ekosistem ke
ekosistem lainnya. Berdasarkan ke dua proses itulah ekosistem berkemampuan
untuk menjada fungsinya, dan merupakan karakteristika seluruh biosfer.
Energi
dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan kerja atau usaha. Energi diperoleh
organisme dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas
hidupnya. Untuk melakukan suatu pekerjaan fisik atau pekerjaan mental selalu
membutuhkan energi. Mengangkat suatu beban, mendaki gunung, menekan gas dalam
silinder merupakan suatu aktivitas gerak yang membutuhkan energi. Energi tidak
dapat dilihat, yang terlihat hanyalah akibat adanya energi tersebut. Misalnya
tumbuhan berfotosintesis, energi yang digunakan untuk berfotosintesis tidak
terlihat tetapi hasil dari fotosintesis bisa dilihat dengan mata.
Sebagai
contoh Pada ekosistem perairan organisme utama yang mampu memanfaatkan energi
cahaya adalah tumbuhan hijau terutama fitoplankton. Pada tahapan awal aliran
energi, cahaya matahari “ditangkap” oleh tumbuhan hijau yang merupakan produser
primer bagi ekosistem perairan. Energi
yang ditangkap digunakan untuk melakukan proses fotosintesis dengan
memanfaatkan nutrien yang ada di lingkungannya.
Melalui pigmen-pigmen yang ada fitoplankton melakukan proses
fotosintesis. Pigmen-pigmen ini
memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukan penyerapan energi cahaya
matahari. Proses fotosintesis hanya
dapat berlangsung bila pigmen fotosintesis menerima intensitas cahaya tertentu
yang memenuhi syarat untuk terjadinya proses tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada
makalah ini adalah:
1.
Bagaimana aliran energi
dalam ekosistem?
2.
Bagaimana daur nutrisi
dalam ekosistem?
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui aliran
energi dalam ekosistem
2.
Untuk mengetahui daur
nutrisi dalam ekosistem
BAB
II
ISI
2.1
Aliran
Energi dalam Ekosistem
Energi adalah faktor utama
yang mengndalikan ekosistem. Sedangkan interaksi antara berbagai spesies dalam
ekosistem itu hanya merupakan faktor ikutan. Pada hakekatnya hampir semua sistem di bumi dibatasi oleh jumlah
energi matahari yang tersedia. Tetapi batas toleransi berbagai spesies terhadap
faktor abiotik, misalnya suhu, cahaya, unsur hara, juga membatasi besarnya
populasi dalam sebuah ekosistem. Tetapi peranan faktor toleransi terhadap
faktor fisik lebih kecil peranannya jika dibandingkan dengan faktor energi.
Semua organisme hidup membutuhkan energi karena banyak reaksi biokimia yang
berlangsung di dalam tubuh organisme membutuhkan energi. Di dalam ekosistem,
semua organisme saling berinteraksi melalui proses pencarian makanan, dimana
dalam proses ini juga membutuhkan energi. Energi yang tersimpan dalam makanan
inilah yang digunakan oleh konsumen untuk aktivitas hidupnya. Aliran energi
merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke energi yang lain. Aliran energi bersifat searah
(tidak siklis). Perilaku energi di alam ini mengikuti hukum termodinamika 1 dan hukum termodinamika 2.
Hukum termodinamika pertama berbunyi
: energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Sebagai contoh energi cahaya matahari
adalah sumber energi utama dalam kehidupan, tumbuhan berklorofil memanfaatkan
cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hasil dari fotosintesis adalah oksigen
dan karbohidrat yang tersimpan sebagai cadangan makanan, selain digunakan untuk
proses fotosintesis enegi matahari juga digunakan untuk proses respirasi,
transpiransi, translokasi unsur hara dan asimilat serta yang lainnya. Energi
yang diubah itu nantinya akan digunakan untuk antara lain :
·
Mengabsorbsi
unsur hara, mineral dan air
·
Mensintesa
bahan-bahan organis
·
Mengkatalisa
bahan-bahan organis yang terbentuk melalui proses respirasi dan transpirasi
·
Melaksanakan
pertumbuhan dan melengkapi siklus perkembangan
Hukum
termodinamika pertama sering juga
disebut dengan hukum konservasi energi (conservation
of energy). Organisme berfungsi sebagai pengalir energi dari satu organisme
ke organisme lainnya tanpa mengurangi kuantitasnya selagi jumlah zat yang
mengandung energi itu tetap.
Hukum termodinamika kedua
berbunyi : energi dapat terjadi spontan selama ada penurunan derajat
(degradasi) dari suatu sumber konsentrasi tinggi secara menyebar untuk mencapai
perataan. Hukum termodinamika dapat diterangkan dengan panas yang semaki lama
panasnya menurun karena terjadi aliran (konveksi) untuk perataan. Contoh yang
lain adalah radiasi matahari yang dipancarkan kebumi, energi radiasi matahari
itu tidak pernah kembali ke matahari, namun energi itu tidak akan pernah habis
selag bahan dasar dan proses penciptaan energi itu belum habis.
Energi dari sinar
matahari merupakan tenaga penegndali dari semua ekosistem. Tumbuhan dengan
memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar matahari mempunyai kemampuan untuk
menyerap dan mengumpulkan nutrisi dari tanah dan gas dari udara untuk
menghasilkan makanannya. Energi beredar dalam ekosistem dalam “Bentuk Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan” dari suatu
tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya. Dengan cara demikianlah energi
mengalir dalam sistem alam ini. Para ahli ekologi mempunyai pandangan, secara
tradisional terhadap aliran energi dalam ekosistem ini sama dengan para ahli
ilmu lainnya, yaitu mengamati aliran energi dalam sistem fisika. Mereka secara
formal memahami bahwa energi dalam sistem dalam berbagai bentuk.
1.
Rantai makanan
Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui memakan dan
dimakan antarorganisme yang berlangsung secara teratur dan membentuk suatu
garis tertentu. Misal: Rumput-Ulat-Burung Kecil-Kucing. Dalam
rantai makanan (food chain)
bermacam-macam organisme yang mendapatkan makanan dari tumbuhan dengan jumlah
transfer yang sama dan menempati tingkat trofik yang sama (trofic level). Jadi dalam suatu ekosistem tanaman menempati trofik
pertama, hewan herbivora menempati trofik keduadan demikian seterusnya.
Gambar Rantai Makanan
2.
Jaring-Jaring Makanan
Jaring-jaring makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling
berhubungan dan membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme
membutuhkan energi dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang
mengandung energi dan unsur-unsur kimia transfer dari satu organisme ke
organisme lain berlangsung melalui interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan
dan dimakan antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik
yang bertingkat-tingkat.
Gambar
Jaring-jaring Makanan
Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan
berbagai organisme dengan sumber makanan tertentu. Tingkat trofik pertama adalah
kelompok organisme autotrop yang disebut produsen. Organisme
autotrof adalah organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dari
bahan anorganik dengan bantuan sumber energi. Bila dapat menggunakan
energi cahaya seperti cahaya, matahari disebut fotoautotrof, contohnya tumbuhan
hijau dan fitoplankton. Apabila menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi
kimia disebut kemoautotrof, misalnya, bakteri sulfur, bakteri nitrit, dan
bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh berbagai organisme yang
tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang disebut organisme heterotrof.
Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat organik dari organisme lain
sehingga disebut juga konsumen.
2.1.1
Proses Aliran Energi dalam Ekosistem
Aliran energi dalam ekosistem mengalami tahapan proses sebagai berikut:
1) Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi
matahari, tetapi tidak semuanya dapat digunakan oleh tumbuhan dalam proses
fotosintesis. Hanya sekitar setengahnya dari rata-rata sinar matahari yang
sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme fotosintesis, dan juga hanya
sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi makanan (energi kimia).
Sisanya keluar dari sistem berupa panas, dan energi yang diubah menjadi makanan
oleh tumbuhan dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga sebagai keluaran
dari sistem.
2) Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin
dilakukan melalui rantai makanan dan jaring-jaring makanan melalui herbivora
dan detrivora. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan
sejumlah energi diantara tingkatan trofik, maka aliran energi berkurang atau
menurun ke arah tahapan berikutnya dari rantai makanan. Biasanya herbivora
menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung tumbuhan, demikian pula karnivora
menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung mangsanya.
3) Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka
akan disimpan dalam sistem, diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari sistem
sebagai materi organik.
4) Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen
dan juga pada setiap tingkat pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk
pernafasannya, sehingga terlepaskan sejumlah panas keluar dari sistem
5) Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem
terbuka, maka beberapa materi organik mungkin dikeluarkan menyeberang batas
dari sistem. Misalnya akibat pergerakan sejumlah hewan ke wilayah, ekosistem
lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari sistem terbawa
arus.
2.2.2 Aliran Energi dan “Standing
Crop”
Penyimpanan energi dalam ekosistem dapat berupa materi-materi dalam
tumbuhan atau hewan. Jumlah nyata dari materi hidup yang terkandung dalam
ekosistem difahami sebagai “standing crop”. Para ahli ekologi biasanya mengkaji
standing crop ini untuk setiap tingkat trofik yang nantinya akan memberikan
gambaran pola aliran energi melalui sistem. Hasil kajian dari standing crop
untuk setiap tingkatan trofik ini bila diekspresikan dalam bentuk histogram
akan menggambarkan suatu piramida tingkat trofik atau lebih dikenal dengan
piramida ekologi.
Piramida ekologi
Struktur trofik dapat disusun secara urut
sesuai hubungan makan dan dimakan antar trofik yang secara umum memperlihatkan
bentuk kerucut atau piramid. Gambaran susunan antar trofik dapat disusun
berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi
pada tiap trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi
untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada
tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari piramida ekologi,
selanjutnya konsumen primer, sekunder, tersier sampai konsumen puncak.
Dikenal ada tiga macam piramida ekologi antara lain piramida jumlah,
piramida biomassa dan piramida energi.
1.
Piramida Energi
Piramida energi adalah piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada
saat perpindahan energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu
ekosistem. Pada piramida energi tidak hanya jumlah total energi yang
digunakan organisme pada setiap taraf trofik rantai makanan tetapi juga
menyangkut peranan berbagai organisme di dalam transfer energi . Dalam
penggunaan energi, makin tinggi tingkat trofiknya maka makin efisien
penggunaannya. Namun panas yang dilepaskan pada proses tranfer energi menjadi
lebih besar. Hilangnya panas pada proses respirasi juga makin meningkat dari organisme
yang taraf trofiknya rendah ke organisme yang taraf trofiknya lebih
tinggi. Sedangkan untuk produktivitasnya, makin ke puncak tingkat trofik
makin sedikit, sehingga energi yang tersimpan semakin sedikit juga. Energi
dalam piramida energi dinyatakan dalam kalori per satuan luas per satuan
waktu.
2.
Piramida Biomassa
Piramida biomassa yaitu suatu piramida
yang menggambarkan berkurangnya transfer energi pada setiap tingkat trofik
dalam suatu ekosistem. Pada piramida biomassa setiap tingkat trofik
menunjukkan berat kering dari seluruh organisme di tingkat trofik yang
dinyatakan dalam gram/m2. Umumnya bentuk piramida biomassa akan
mengecil ke arah puncak, karena perpindahan energi antara tingkat trofik tidak
efisien. Tetapi piramida biomassa dapat berbentuk terbalik.
Misalnya di lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik,
sedangkan konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar seperti
paus biru dimana biomassa paus biru melebihi produsennya. Puncak piramida
biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya sedikit,
dan umumnya individu karnivora pada puncak piramida bertubuh besar.
3.
Piramida Jumlah
Yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap tingkat
trofik dalam suatu ekosistem. Piramida jumlah umumnya berbentuk menyempit ke
atas. Organisme piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai puncak
adalah sama seperti piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan
konsumen sekunder, dan konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam taraf
trofik pertama lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di taraf trofik
kedua, jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer,
serta jumlah organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen
sekunder.
2.2
Daur
Nutrisi dalam Ekosistem
Nutrisi yang diperlukan untuk menghasilkan
materi organik disirkulasikan ke seluruh ekosistem dan dapat dimanfaatkan
berkali-kali. Apabila tumbuhan dan juga hewan mati akan didekomposisikan oleh
kegiatan bakteria dan jamur, nutrisi kemudian dikembalikan ke lingkungan
abiotik membentuk kumpulan nutrisi sebagai gudang atau reservoir. Dalam
ekosistem daratan nutrisi biasanya dilepaskan dan berkumpul dalam tanah, yang
kemudian nutrisi-nutrisi ini akan diambil kembali oleh tumbuhan dari gudangnya
ini.
Dengan proses siklus materi ini
komponen-komponen organik dan anorganik dipautkan satu sama lain sedemikian
rupa sehingga sulit dipisahkan satu sama lainnya. Tumbuhan merupakan komponen
yang sangat penting, dalam proses aliran energi dan siklus materi, sehingga
terjadinya keterpautan antara komponen biotik dengan komponen abiotik dalam
ekosistem. Ada dua hal yang termasuk ke dalam siklus materi, yaitu :
1.
Kepentingan Nutrisi dalam Ekosistem
Makhluk hidup memerlukan minimal 30 sampai 40 unsur kimia, dari sekitar 92
unsur-unsur kimia yang diketahui, untuk keperluan hidup dan pertumbuhannya.
Nutrisi juga dikenal sebagai garam-garam biogenik yang dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok utama, yaitu nutrisi makro dan nutrisi mikro.
a.
Nutrisi makro, nutrisi ini diperlukan relatif dalam jumlah yang banyak, dan
mempunyai peranan kunci dalam pembentukan protoplasma makhluk hidup.
Nutrisi-nutrisi penting yang termasuk kelompok ini adalah hidrogen, karbon,
oksigen dan nitrogen. Mereka bersama-sama membentuk sekitar 95 % dari berat
kering materi hidup. Keempat nutrisi ini didapatkan dari bentuk gas di
atmosfir. Nutrisi lainnya yang termasuk nutrisi makro ini, yang diperlukan
dalam jumlah yang relatif lebih sedikit diantaranya adalah kalium, posfor dan
sulfur.
b.
Nutrisi mikro, nutrisi ini diperlukan dalam jumlah yang jauh lebih sedikit,
tetapi sangat penting untuk kehidupan. Minimal ada sepuluh nutrisi mikro yang
diperlukan oleh tumbuhan. Beberapa nutrisi mikro seperti besi, tembaga, seng,
karbon, dan boron, berasal dari batuan yang terlepas akibat proses penghawaan.
2.
Siklus Biogeokimia
Berbeda dengan energi, materi kimia yang berupa unsur-unsur penyusun bahan
organik/nutrisi dalam ekosistem, berpindah ke trofik-trofik rantai makanan
tanpa mengalami pengurangan, melainkan berpindah kembali ke tempat semula.
Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah atau
air. Perpindahan unsur kimia dalam ekosistem melalui daur ulang yang
melibatkan komponen biotik dan abiotik ini dikenal dengan sebutan daur
biogeokimia. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara komponen biotik dengan
abiotik dalam suatu ekosistem. Siklus biogeokimia meliputi : siklus air,
siklus sulfur, siklus pospor, siklus nitrogen, siklus karbon
dan oksigen.
a. Siklus air
Semua organisme hidup memerlukan air untuk
melakukan aktivitas hidupnya. Oleh karena itu, ketersediaan air di lingkungan
sangat mutlak bagi organisme hidup. Hewan mengambil air, langsung dari air
permukaan, tumbuhan dan hewan yang dimakan, sedangkan tumbuhan mengambil air
dari air tanah dengan menggunakan akarnya. Manusia menggunakan sekitar
seperempat air tanah yang ada di daratan. Air keluar dari hewan dan manusia
berupa urin dan keringat, sedangkan pada tumbuhan melalui proses transpirasi.
b. Siklus Sulfur (Belerang)
Sulfur merupakan bahan penting untuk pembuatan semua protein dan banyak
terdapat di kerak bumi. Tumbuhan mengambil sulfur dalam bentuk dari tanah,
sedangkan hewan dan manusia mendapatkannya dari tumbuhan yang mereka makan.
c. Siklus fosfor
Fosfor merupakan unsur kimia yang jarang
terdapat di alam dan merupakan faktor pembatas produktivitas ekosistem, serta
merupakan unsur yang penting untuk pembentukan asam nukleat, protein, ATP dan
senyawa organik vital lainnya. Fosfor satu-satunya daur zat yang tidak berupa
gas, sehingga daurnya tidak melalui udara. Sebagian besar fosfor mengalir ke
laut dan terikat pada endapan di perairan atau dasar laut. Begitu sampai di
laut hanya ada dua mekanisme untuk daur ulangnya ke ekosistem darat, salah
satunya melalui burung-burung laut yang mengambil fosfor melalui rantai makanan
laut dan mengembalikan ke darat melalui kotorannya kemudian masuk ke rantai
makanan. Perhatikan skema daur fosfor di samping ini.
d. Siklus Nitrogen
Semua organisme memerlukan unsur nitrogen
untuk pembentukan protein dan berbagai molekul organik esensial lainnya. Unsur
nitrogen sebagian besar terdapat di atmosfer dalam bentuk gas nitrogen (N2)
dan kadarnya 78% dari semua gas di atmosfer. Gas nitrogen ini di atmosfer
masuk ke dalam tanah melalui fiksasi nitrogen oleh bakteri (Rhizobium,
Azotobacter, Clostridium), alga biru (Anabaena, Nostoc) dan jamur (Mycorhiza)
nitrogen yang masuk ke tanah melalui fiksasi diubah menjadi amonia (NH3)
oleh bakteri amonia. Proses penguraian nitrogen menjadi amonia disebut
amonifikasi. Nitrogen yang masuk ke tanah bersama kilat dan air hujan
berupa ion nitrat (NO3−), sedangkan nitrogen yang ada di dalam tubuh
tumbuhan dan hewan melalui proses mineralisasi oleh bakteri pengurai menjadi
amonia. Amonia yang dihasilkan melalui proses amonifikasi dan mineralisasi oleh
bakteri nitrit (nitrosomonas dan nitrosococcus) dirombak menjadi ion nitrit (NO2−),
selanjutnya ion nitrit dirombak bakteri nitrat (nitrobacter) menjadi ion nitrat
(NO3−). Perombakan amonia menjadi ion nitrit, ion nitrit menjadi ion
nitrat disebut nitrifikasi. Tumbuhan umumnya menyerap nitrogen dalam
bentuk ion nitrat, sedangkan hewan mengambil nitrogen dalam bentuk senyawa
organik (protein) yang terkandung pada tumbuhan dan hewan yang
dimakan. Sebagian ion nitrat dirombak oleh bakteri denitrifikasi (Thiobacillus denitrificans, Pseudomonas
denitrificans) menjadi nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke
atmosfer. Proses penguraian ion nitrat menjadi nitrogen disebut denitrifikasi.
e. Siklus Karbon dan Oksigen
Unsur karbon di atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2),
sedangkan unsur oksigen dalam bentuk gas oksigen (O2). Konsentrasi
(CO2) di atmosfer diperkirakan 0,03%. Karbon dioksida masuk ke dalam
komponen biotik melalui organisme fotoautotrop (tumbuhan hijau) dan
kemoautotrop (bakteri kemoautotrop) dalam proses fotosintesis dan kemosintesis.
Karbon kemudian tersimpan sebagai zat organik dan berpindah melalui rantai
makanan, respirasi dan ekskresi ke lingkungan. Sedangkan, oksigen (O2)
masuk ke komponen biotik melalui proses respirasi untuk membakar bahan makanan,
lalu dihasilkan karbon dioksida (CO2).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Energi adalah faktor utama yang mengndalikan ekosistem. Sedangkan interaksi
antara berbagai spesies dalam ekosistem itu hanya merupakan faktor ikutan. Energi
beredar dalam ekosistem dalam “Bentuk Rantai
Makanan dan Jaring-Jaring
Makanan” dari suatu tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya.
Aliran energi bila diekspresikan dalam bentuk histogram
akan menggambarkan suatu piramida tingkat trofik atau lebih dikenal dengan
piramida ekologi terdiri dari tiga piramida antara lain piramida jumlah,
piramida biomassa dan piramida energi.
2.
Nutrisi yang diperlukan untuk menghasilkan materi organik disirkulasikan ke
seluruh ekosistem dan dapat dimanfaatkan berkali-kali. Ada dua hal yang
termasuk ke dalam siklus materi, yaitu kepentingan nutrisi dalam ekosistem dan
siklus biogeokimia.
3.2
Saran
Saran yang perlu
disampaikan kepada pembaca adalah kami mengharapkan para
pembaca bisa mengambil pelajaran dari makalah kami ini, dan memberi kritikan
dari setiap kesalahan yang ada karena kami manusia biasa yang dhaif, dan jika
ada benarnya itu semata-mata dari Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
David, T. K. 2001.
General Ekology. USA :Brookscole
Hasan, J.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis.
Jakarta: Rajawali
Kristanto, p.
2013. Ekologi Industri. Yogyakarta:
Andi
Setyo, Amin. 2007.
Ekologi Pendekatan Deskriptif dan
Kuantitatif. Malang: Bayumedia
Sunarto, Sri
Astuty, fan Herman Hamdani. 2004. Efisiensi Pemanfaatan Energi Cahaya Matahari
Oleh Fitiplankton dalam Proses Fotosintesis. Jurnal Akuatika. Vol 2. No. 2
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?