Artikel Haruskah Teori Evolusi Bertentangan dengan
Agama
Untuk Tugas
Matakuliah Evolusi
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016
Haruskah
Teori Evolusi Bertentangan dengan Agama
Sejak
Charles Darwin mencetuskan konsep seleksi alam yang menjadi dasar kuat bagi
teori evolusi muncul berbagai kontroversi. Timbul kelompok pro dan kontra
kelompok ini terdiri dari ilmuwan,filusuf dan agamawan.Hingga saat ini
kontroversi teori evolusi terus berlanjut,paling ramai dan disimak oleh kaum
non-akademisi adalah bantahan-bantahan yang dilontarkan oleh kalangan agamawan.
Beberapa umat islam banyak
yang menolak teori evolusi, itu didasari dari kesalah pahaman mereka tentang
teori evolusi, kita tidak tau darwin apakah sudah mengenal Islam masa itu atau
belum, darwin sendiri meragukan keberadaan tuhan, dia seorang agnostik, tapi
kita tau orang tuanya bukan beragama islam, kita tau dia tidak mengenal islam
pada jamannya. Salah satu kesalah pahaman tentang evolusi adalah dengan
dikatakannya oleh para creationis bahwa manusia itu dari kera. Itu adalah
kesalahan yang fatal, untuk mengetahuinya kita bahas dulu apa itu evolusi.
Menurut Darwin, agen tunggal penyebab terjadinya evolusi
adalah seleksi alam. Seleksi alam adalah “process of preserving in nature
favorable variations and ultimately eliminating those that are ‘injurious’”.
Namun dengan berbagai perkembangan dalam perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya
genetika maka kemudian Teori Evolusi Darwin diperkaya. Seleksi alam tidak lagi
menjadi satu-satunya agen penyebab terjadinya evolusi, melainkan ada tambahan
faktor-faktor penyebab lain yaitu: mutasi, aliran gen, dan genetic drift. Oleh
karenanya teori evolusi yang sekarang kita seirng disebut Neo-Darwinian atau
Modern Systhesis.
Seleksi alam adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan
non random dalam reproduksi terhadap genotype; atau allele gen dan kompleks gen
dari generasi ke generasi berikutnya.Dobzhansky (1970) menambahkan bahwa Anggota
populasi yang membawa genotype yang lebih adaptif (superior) berpeluang lebih
besar untuk bertahan daripada keturunan yang inferior. Jumlah individu
keturunan yang superior akan bertambah sementara jumlah individu inferior akan
berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya. Seleksi alam pun juga masih
bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat bertahan hidup dalam beberapa
generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang memiliki beberapa generasi
dalam satu tahun. Jika makanan dan sumberdaya yang lain tidak terbatas selama
suatu musim, populasi akan bertambah seperti deret ukur dengan tidak ada
kematian di antara keturunannya. Hal itu tidak berarti seleksi tidak terjadi,
karena anggota populasi dengan genotype yang berbeda memproduksi keturunan
dalam jumlah yang berbeda atau berkembang mencapai matang seksual pada
kecepatan yang berbeda. Musim yang lain kemungkinan mengurangi jumlah individu
secara drastis tanpa pilih-pilih. Jadi pertumbuhan eksponensial dan seleksi
kemungkinan akan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya. Pebedaan fekunditas,
sesungguhnya juga merupakan agent penyeleksi yang kuat karena menentukan
perbedaan jumlah individu yang dapat bertahan hidup atau dan jumlah individu
yang akan mati, yang ditunjukkan dalam angka kematian.
Darwin telah menerima, namun
dengan sedikit keraguan, slogan Herbert Spencer “survival of the fittest in the
struggle for life” sebagai altenatif untuk menerangkan proses seleksi alam,
namun saat ini slogan itu nampaknya dipandang tidak sepenuhnya tepat. Tidak
hanya individu atau jenis yang terkuat tetapi mereka yang lumayan pas dengan
lingkungan dapat bertahan hidup dan bereproduksi. Dalam kondisi seleksi yang
lunak atau halus semua individu atau jenis pembawa genotype yang bermacam-macam
dapat bertahan hidup ketika populasi berkurang. Individu yang fit (individu
yang sesuai dengan lingkungan dapat bertoleransi dengan lingkungan) tidak harus
mereka yang paling kuat, paling agresif atau paling bertenaga, melainkan mereka
yang mampu bereproduksi menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak yang
viable dan fertile.
Berdasarkan literature diatas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa Seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya material baru (bahan genetic
yang baru yang di masa mendatang akan datang diseleksi lagi),melainkan justru
menyebabkan hilangnya suatu varian genetic atau berkurang frekuensi gen
tertentu. Seleksi alam bekerja efektif hanya bila populasi berisi dua atau
lebih genotype, yang mana dari varian itu ada yang akan tetap bertahan atau ada
yang tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda.
Saat ini Indonesia kebanjiran buku-buku Islam yang diproduksi
Dr. Harun Yahya yang “menyerang” teori Darwin. Dari segi teologis ada
kekuatiran bahwa teori Darwin akan mengusir Tuhan dari kehidupan, namun Haidar
Bagir, pakar filsafat Islam, tidak sepenuhnya sependapat dengan Harun Yahya. Berdasarkan
persoalan diatas Bagir (2003) menanggapinya dengan mengatakan “Sikap kita
terhadap keyakinan Darwinian mengenai sifat kebetulan dan materialistic
asal-usul kehidupan yang terkandung dalam teori itu sudah jelas. Kita
menolaknya. Tidak demikian halnya dengan kesimpulan utama teori ini mengenai
sifat-sifat evolusioner kehidupan. Karena betapapun demikian, tetap saja Tuhan
bisa dipercayai sebagai Dzat di balik semua gerakan evolusi itu…”. Tentang
prinsip survival of the littest, Bagir justru membenarkannya dan kita harus
mengambil hikmahnya, karena hal itu sesuai dengan kenyataan sehari-hari dan
didukung oleh tidak bertentangan dengan kandungan Alqur’an. Dingin dari dari
dua sisi yaitu aspek teologis dan sisi eti.
Secara ilmiah teori evolusi Darwin utama belum dapat
dikatakan runtuh, karena sebelum ditemukan bukti-bukti empiris yang
bertentangan dengan kesimpulan teori tersebut, maka pernyataan dalam teori itu
masih dianggap benar. Akan tetapi sampai saat ini banyak kalangan masih
meragukan kebenaran teori itu terutama dari kalangan agama. Seharusnya kita
sebagai mahasiswa dari kalangan kaum akademisi harus lebih kritis dalam menghadapi
fenomena ini. Sedangkan untuk kalangan yang membantah teori Darwin memiliki
teori baru untuk meruntuhkan teori Darwin. Seharusnya Teori Darwin tidak
bertentangan dengan agama kita sebagai kalangan yang berpendidikan harus lebih
kritis dalam mengahadapi fenomena ini.
Sumber :
Bagir, Haidar. 2003.
Islam dan Teori Evolusi (Butir-butir tanggapan terhadap Harun Yahya). Harian
Republika 14 Maret 2003. Jakarta
Dobzhansky,
T. 1970. Genetics of The Evolutionary Process. Columbia University Press. New York.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?