Komoditas Kopi
1. Sifat
dari kopi yaitu Biji kopi panggang mengandung 1%-2% kafein dan 50-125 mg kafein
tiap gelas kopi. Kafein adalah senyawa alkahoida turunan xantine (basa purin)
yang berwujud kristal berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif, digunakan
sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolime (diuretic). Kafein
merupakan senyawa alkaloid santin 1,3,7-trimetilsantin yang terkandung dalam
kopi. Kafein merupakan senyawa yang bersifat basa yang larut dalam air. Kafein
terdapat sebagai serbuk putih atau sebagai jarum mengkilat putih. Perbandingan
kafein yang larut dalam air ialah (1:50), alkohol (1:75) dan kloroform (1:6),
namun kafein kurang larut dalam eter. Kelarutan kafein mengalami peningkatan
dalam air panas (1:6 pada 80oC) atau alkohol panas (1:25 pada 60oC)
2. Efek
kafein pada tubuh sebagi berikut
Ø merangsang
sekresi hormon katekolamin epinefrin dan norepinefrin (dikenal dg adrenalin
& noradrenalin) à kadar glukosa, trigliserid, dan
kolesterol darah meningkat
Ø Kafein
juga memberikan efek diuresis.
Ø Dalam jumlah besar, dan khususnya
selama periode yang lama, kafein dapat menyebabkan kondisi yang dikenal
sebagai''''caffeinism Caffeinism biasanya menggabungkan ketergantungan kafein
dengan berbagai kondisi fisik dan mental yang tidak menyenangkan, termasuk
kegelisahan, lekas marah, kecemasan, tremulousness,. otot berkedut
(hyperreflexia), insomnia, sakit kepala, alkalosis pernapasan, dan jantung
berdebar-debar. Selanjutnya, karena kafein meningkatkan produksi asam lambung,
penggunaan yang tinggi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan tukak lambung,
esofagitis erosif, dan penyakit gastroesophageal reflux.
Ø Ada empat kafein akibat gangguan
kejiwaan diakui oleh''Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi
Keempat'': intoksikasi kafein, kafein akibat gangguan kecemasan, kafein akibat
gangguan tidur, dan kafein-terkait gangguan tidak ditentukan ( NOS).
Ø Efek
kafein pada jantung yaitu Kafein
mengikat pada reseptor pada permukaan sel-sel otot jantung, yang menyebabkan
peningkatan tingkat cAMP dalam sel (dengan memblokir enzim yang mendegradasi
cAMP), meniru efek dari epinefrin (yang mengikat ke reseptor pada sel yang
mengaktifkan cAMP produksi). cAMP bertindak sebagai "utusan kedua,"
dan mengaktifkan sejumlah besar protein kinase A (PKA; cAMP-dependent protein
kinase). Hal ini memiliki efek keseluruhan meningkatkan laju glikolisis dan
meningkatkan jumlah ATP yang tersedia untuk kontraksi otot dan relaksasi.
Menurut sebuah studi, kafein dalam bentuk kopi, secara signifikan mengurangi
risiko penyakit jantung pada studi epidemiologi. Namun, efek perlindungan hanya
ditemukan pada partisipan yang tidak parah hipertensi (misalnya, pasien yang
tidak menderita tekanan darah sangat tinggi). Selanjutnya, tidak ada efek
perlindungan yang signifikan ditemukan pada partisipan berusia kurang dari 65
tahun atau dalam mortalitas penyakit serebrovaskular bagi mereka yang berusia
sama atau lebih dari 65 tahun.
Ø Efek
kafein pada kehamilan yaitu berdasarkan penelitian di tahun 2008
menyarankan bahwa wanita hamil yang mengkonsumsi 200 miligram atau lebih kafein
per hari memiliki sekitar dua kali risiko keguguran sebagai perempuan yang
mengkonsumsi tidak ada. Namun, sebuah penelitian lain 2008 menemukan tidak ada
korelasi antara konsumsi keguguran dan kafein. Food Standards Agency Inggris
telah merekomendasikan bahwa wanita hamil harus membatasi asupan kafein mereka
menjadi kurang dari 200 mg kafein sehari-setara dengan dua cangkir kopi instan
atau setengah sampai dua cangkir kopi segar. FSA mencatat bahwa desain dari
studi tidak memungkinkan untuk memastikan bahwa perbedaan tersebut karena
kafein per se, daripada perbedaan gaya hidup lain yang kemungkinan terkait
dengan tingginya tingkat konsumsi kafein, tetapi dinilai saran untuk
berhati-hati.
3. Batasan
kafein bagi tubuh yaitu Pada tahun 2004, Badan POM mengeluarkan Surat Keputusan
Kepala Badan POM No. HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan
Suplemen Makanan. Dalam keputusan ini, disebutkan bahwa batas konsumsi kafein
maksimum adalah 150 mg/hari dibagi minimal dalam 3 dosis. Kopi dapat mengandung
50-200 mg kafein per cangkir tergantung penyeduhan. Berdasarkan Surat Keputusan
tersebut diatas, batas kandungan kafein dalam minuman adalah 50 mg per sajian.
Akan tetapi berdasarkan uji sampling yang dilakukan oleh Badan POM yang
tercantum dalam Press Release pada tahun 2001 tentang Hasil Sampling dan
Pengujian Laboratorium Produk Minuman Suplemen yang Mengandung Kafein,
ditemukan 4 (empat) produk minuman dengan kadar kafein sekitar 80 mg per
sajian. Hal ini tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan juga ternyata
tidak sesuai dengan yang tercantum pada labelnya yaitu 50 mg per sajian. Jika
individu mengonsumsi kopi dan minuman lain yang mengandung kafein pada hari
yang sama, maka individu tersebut dapat mengonsumsi kafein melebihi dosis yang
direkomendasikan sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya efek keracunan
kafein yang bersifat akut.
4. Cara
menghilangkan kafein pada kopi
Ø Perbedaan
suhu dan waktu selama proses penyeduhan juga dapat mempengaruhi kelarutan
kafein dalam minuman kopi. Pada proses pembuatan kopi tubruk dan pembuatan
dengan cara pemanasan suhunya sekitar 90-95 0C, untuk French Press
suhunya sekitar 90-95 0C, sedangkan untuk Coffee Syphon dan Moka Pot
suhunya sekitar 85-90 0C. Perbedaan suhu selama penyeduhan tersebut
dapat mempengaruhi kelarutan kafein dan senyawa lain yang terdapat pada
masing-masing minuman kopi tersebut. Jadi yang perlu diperhatikan adalah suhu
penyeduhan karena suhu penyeduhan yang pas dapat menghindari resiko kafein yang
tinggi.
Ø Dekafeinasi atau penghilangan kafein termasuk ke dalam
metode tambahan dari keseluruhan proses pengolahan kopi. Dekafeinasi banyak
digunakan untuk mengurangi kadar kafein di dalam kopi agar rasanya tidak
terlalu pahit. Selain itu, dekafeinasi juga digunakan untuk menekan efek
samping dari aktivitas kafein di dalam tubuh. Kopi terdekafeinasi sering
dikonsumsi oleh pecandu kopi agar tidak terjadi akumulasi kafein yang
berlebihan di dalam tubuh. Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan melarutkan
kafein dalam senyawa metilen klorida dan etil asetat.
Sumber
:
Sudarmadji, Slamet, Bambang haryono, dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisa Untuk
Bahan Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?