BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan tentang ikan
dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi
untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Sejak
berabad-abad sebelum masehi bangsa China telah berusaha untuk mengetahui
tentang ikan dan cukup sukses menyebarluaskannya, begitu juga dengan Mesir
kuno, Yunani dan Romawi berhasil merekam variasi, kebiasaan, serta kualitas
dari berbagai jenis ikan. Menurut Lagler et. al (1977), sejak abad 18 studi
tentang ikan (Ichthyology) telah berkembang.
Ikan merupakan
salah satu jenis hewan dalam filum chordate, dengan subfilum vertebrata. Yang
di bagi dalam superkelas menjadi 2 yaitu gnathostoma dan agnatha. Dan salah
satu kelasnya adalah osteichthyes. Osteichthyes atau disebut juga Ikan
bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang merupakan subfilum dari Pisces
Osteichthyes
berasal dari bahasa Yunani, yaitu osteon
yang berati tulang dan ichthyes yang berarti ikan. Hidup dilaut,
rawa-rawa, atau air tawar. Lebih kurang 20 ribu spesies ikan bertulang sejati
mempunyai skeleton dari tulang sejati. Kelompok ini merupakan vertebrata paling
sukses dan beragam. Sifat dan cara hidupnya bermacam-macam, antara lain sebagai
penyaring makanan ataupun predator. Permukaan tubuh tertutup oleh sisik bertipe
sikloid dan stenoid. Ciri-ciri sisik tipe sikloid antara lain adalah bebentuk
sirkuler, jika diamati dibawah mikroskop akan tamnpak garis-garis konsentris
berjumlah sesuai dengan umumnya, tampak mengkilap kebiruan mengandung kristal
guanine, dan sel-sel pigmen yang berbentuk bintang, mengandung zat warna hitam
(melatonin). Bentuk sirip stenoid mirip dengan siri sikloid, tetapi bagian
belakang memiliki gerigi.
Ayat al-Quran
yang menjelasan mengenai Osteichthyes atau makhluk laut terdapat dalam surat An-nahl ayat 14 :
Dan Dialah, Allah
yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging
yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS: An-Nahl Ayat:
14).
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk memahami kelas Osteichtyes
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Osteichthyes
Osteichtyes
berasal dari bahasa Yunani yaitu Osteon yang berarti tulang dan ichtyes yang
berarti ikan. Jadi Osteichtyes adalah ikan bertulang sejati. Kelompok
Osteichtyes berjumlah sekitar 30.000 spesies. Ikan kelompok ini memiliki
kerangka yang tersusun dari tulang keras yang mengandung matriks kalsium
fosfat. Osteichthyes atau disebut juga ikan
bertulang sejati adalah kelas dari anggota hewan bertulang belakang yang
merupakan subfilum dari pisces. Hidup di
laut, rawa-rawa, atau air tawar.
Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas
osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya
ventral, celah-celah pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel.
jantung beruang dua, darah berwarna pucat, mengandung eritrosit yang berinti
dan leukosit. Ikan ini juga mempunyai sistem limfa dan sistem porta renalis.
Mempunyai hati yang berkantong empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh
sebuah katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas. Terdapat
gelembung renang. Mempunyai gurat sisi, indra mata, telinga dalam dengan tiga
saluran semisirkuler dan memiliki otolit
untuk keseimbangan. Bernapas dengan insang yang memiliki tutup insang
(operkulum). Sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas
dan bawah, kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit,
adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak.
Sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh, usus panjang dan ramping
menggulung, fertilisasi terjadi di luar, mengeluarkan telurnya
atau bersifat ovipar. Ikan bertulang
sejati memiliki gelembung renang yaitu kantong udara yang dapat digunakan untuk
mengubah daya apung dan sebagai alat bantu dalam bernafas.
2.2 Klasifikasi
Class Osteichthyes
·
Subclass Sarcopterygii
- Superordo Dipnoi
- Superordo Crossopterygii
Ordo † Rhipidista
Ordo Actinistia (Coelcanth)
·
Subclass Actinopterygii
- Infraclass Chondrostei
Ordo † Paleonisciformes
Ordo Polypteryformes
Ordo Acipenseriformes (Sturgeon)
- Infraclass Holostei
Ordo Semionotiformes
Ordo Amiiformes (bowfins)
- Infraclass Teleostei
Superordo Clupomorpha (Herring)
Superordo Elopomorpha (Belut)
Superordo Osteoglossomorpha (Bony tongue)
Superordo Protacanthopterygii (Trout)
Superordo Ostariophysi (Catfish)
Superordo Paracanthopterygii (Cod)
Superordo Acanthopterygii
2.3 Ciri-Ciri
2.3.1 Ciri-Ciri Umum
1.
Struktur tulang keras
2.
Mulut terdapat di bagian depan tubuh
3.
Celah insang satu di masing-masing kepala
4.
Kulit licin karena sekresi mucus oleh kelenjar
pada kulit
5.
Panjang
sirip ekor atas dan bawah sama
6.
Memiliki system qurat sisi
7.
Adanya gelembung renang sehingga tidak
tenggelam saat tidak bergerak
8.
System gurat sisik terdapat pada sisi tubuh
9.
Usus panjang dan ramping menggulung
10. Fertilisasi
terjadi di luar (eksternal)
11. Ovipar/ovovivipar
2.3.2 Ciri-ciri khusus
1. Kulit banyak
mengandung kelenjar mocusa, biasanya diliputi oleh sisik (ganoid, cycloid atau ctenoid)
beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada mediana, baik dorsal maupun
ventral dan pada sebelah tubuh dengan beberapa pengecualian. Sirip (pina) biasanya
disokong oleh jari dari tulang rawan atau tulang keras, tidak berkaki.
2. Mulut terletak diujung
dan bergigi baik. Rahang tumbuh dengan baik dan bersendi
pada tempurung tulang kepala, mempunyai dua sacci
olfactorius yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut,bermata besar
dan tidak berkelopak mata.
3. Skleton
terutama tulang keras, kecuali beberapa jenis sebagian bertulang rawan,bentuk vertebrata bermacam-macam, sirip
anus/belakang (pina caudalis) biasanya bersifat homocerca, sisa-sisa notochord
(perkembangan skleton masing-masing).4. Cor terdiri dari
dua ruangan(auriculum dan ventriculum) dengan sinus venosus dan conus
arteriosus yang berisi darah vena, terdapat empat pasang archus aorticus, sel
darah merah berbentuk oval dan berinti.
5. Pernapasan(respirasi)
dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak pada archus branchius
yang berada dalam ruangan celah insang pada kedua tepi samping dari pharing,
tertutup oleh operculum, biasannya memiliki vesica
pneumatica(gelembung udara) dan memiliki dustu spneumaticus.
beberapa jenis mempunyai bentuk seperti “paru-paru”,misalnnya pada
dipnoi.
6. Terdapat sepuluh
pasang nervi cranialis (saraf pusat).
7. Suhu tubuh
bergantung dengan lingkungan sekitar.
8. Memiliki sepasang
gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang ovovivipar dan vivipar), fertilisasi
atau pembuahan terjadi didalam tubuh, telur kecil berukuran sampai
12mm, kandungan kuning telur (yolk) bermacam-macam, segmentasi biasanya
secara meroblastis, tidak mempunyai membrane embrio, hewan mudanya (post larva)
kadang-kadang tidak mirip dengan yang dewasa.
2.4. Zoogeografi Osteichthyes
Zoogeografi dari ikan-ikan perairan laut lebih sulit untuk diketahui dan dipahami daripada zoogeografi dari ikan-ikan air tawar. Hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang saling berkaitan yang mempengaruhi luasnya persebaran dari ikan-ikan laut. Faktor yang saling berkaitan tersebut adalah oseanografi, posisi/letak dari benua dan pengaruh dari sejarah yang terjadi pada masa Pleistosen. Diskusi dan perdebatan mengenai zoogeografi dari ikan laut sampai saat ini masih berjalan, sehingga dalam membahas dinamika kehidupan ikan-ikan laut akhirnya disimpulkan untuk menjawab dua pertanyaan: (1) apakah keanekaragaman spesies ikan semakin meningkat jika garis lintang semakin menurun dan, (2) apakah keanekaraman spesies ikan semakin menurun seiring dengan maningkatnya kedalaman (Moyle & Cech, 2004).
Gambar 5. Zoogeografi ikan bedasarkan
benua dan pulau (Moyle & Cech, 2004).
Distribusi dari
ikan-ikan laut pada paparan benua tidak hanya berhubungan dengan keberadaan
benua dan pulau serta ikan tersebut, akan tetapi juga fluktuasi suhu tahunan
dan arus laut. Dengan dasar suhu perairan laut dapat dibagi menjadi 5
daerah/bagian, yaitu daerah sekitar ekuator, dearah temperate utara dan selatan
serta dua daerah kutub (Gambar 5). Untuk daerah sekitar ekuator (tropis)
terbagi menjadi empat daerah yang besar, yaitu: (1) daerah Indo-Pasifik, (2)
daerah Pasifik Timur, (3) daerah Atlantik Barat dan, (4) daerah Atlantik Timur.
Sedangkan berdasarkan kedalaman dan penetrasi sinar matahari, dapat dibagi
menjadi dua daerah, yaitu daerah pelagis dan daerah laut dalam (Gambar 6).
Daerah pelagis sendiri terdiri dari: Arctik, Subarctik, Temperate utara,
Subtropis utara, Tropis, Subtropis selatan, Temperate selatan dan Antartika
(Moyle & Cech, 2004).
Masing-masing daerah tersebut mempunyai suatu ciri khas yang membedakan antara daerah satu dengan lainnya. Ciri khas tersebut dapat diketahui dari spesies yang ada dan yang mendominasi daerah tersebut. Sebagai contoh daerah Indo-Pasifik merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman yang tertinggi di dunia. Contoh lain adalah spesies ikan yang hidup pada daerah laut dalam mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda dengan ikan-ikan pelagis. Sampai saat ini sejarah dan asal-muasal perbedaan spesies pada masing daerah belum diketahui, sebagai contoh pada daerah pantai Pasifik Amerika Utara berkembang 65 juta spesies rockfish, akan tetapi rockfish sangat sedikit di perairan daerah lain.
Gambar 6. Zoogeografi ikan pelagis (Moyle & Cech, 2004).
2.5 Contoh Spesies
2.5.1 Subclass Sarcopterygii
Ciri-ciri :
a.Memiliki sirip berpasangan,mempunyai bonggol di bagian pangkal berdaging
b.Mempunyai lubang hidung yang bermuara ke mulut
c.Memiliki sisik yang disokong oleh elemen-elemen Tulang yang kuat
Terdiri atas 2 ordo yaitu :
A.Dipnoi = Diperiformes=Bnagsa Ikan paru
Contoh :Lepidosiren paradosa
a.Memiliki sirip berpasangan,mempunyai bonggol di bagian pangkal berdaging
b.Mempunyai lubang hidung yang bermuara ke mulut
c.Memiliki sisik yang disokong oleh elemen-elemen Tulang yang kuat
Terdiri atas 2 ordo yaitu :
A.Dipnoi = Diperiformes=Bnagsa Ikan paru
Contoh :Lepidosiren paradosa
Ciri-ciri :
1.Tulang-tulang terdapat di kepala
2.Sisik bertipe Sikloid
3.Sirip mempunyai pangkal mirip benjolan
4.Sirip punggung dan anus membentuk sirip
yang melingkari bagian belakang tubuh
5.Jika kadar air cukup Ia bernafas dengan
menggunakan insang
6.Paru – paru yang terletak di atas Esopagus
juga digunakan sebagai organ pernapasan
(Musim kering
B.Coleantyformes =Crossoptetygii=Bangsa ikan Celakan
Ciri-ciri:
1.Ikan ini muncul pada Zaman Devon
(400 juta tahun yang lampau)
2.Tulang belakang berongga
3.Terdapat tonjolan seperti kaki yang menopang
Sirip dada ,sirip pinggul,sirip punggung kedua serta
Sentral yang aneh di ekor
4.Tengkorak berengsel
5.Pada beberapa spesies gelembung renang
mengeras/tidak
Contoh : Latimeria chalumnae
1.Tulang-tulang terdapat di kepala
2.Sisik bertipe Sikloid
3.Sirip mempunyai pangkal mirip benjolan
4.Sirip punggung dan anus membentuk sirip
yang melingkari bagian belakang tubuh
5.Jika kadar air cukup Ia bernafas dengan
menggunakan insang
6.Paru – paru yang terletak di atas Esopagus
juga digunakan sebagai organ pernapasan
(Musim kering
B.Coleantyformes =Crossoptetygii=Bangsa ikan Celakan
Ciri-ciri:
1.Ikan ini muncul pada Zaman Devon
(400 juta tahun yang lampau)
2.Tulang belakang berongga
3.Terdapat tonjolan seperti kaki yang menopang
Sirip dada ,sirip pinggul,sirip punggung kedua serta
Sentral yang aneh di ekor
4.Tengkorak berengsel
5.Pada beberapa spesies gelembung renang
mengeras/tidak
Contoh : Latimeria chalumnae
2.5.2 Subclass Actinopterygii
A. Pengertian Actinopterygii
Actinopterygii berasal dari bahasa
Yunani yaitu aktin = berkas dan pteryg = sirip. Jadi Actinopterygii adalah ikan yang memiliki
sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur. Actinopterygii merupakan
sub divisi dari Osteichthyes (ikan bertulang sejati) yang hidup sejak zaman devon. Ikan ini hidup di
air tawar maupun air asin. Actinopterygii
merupakan spesies terbanyak dari divisi Osteichthyes. Secara evolusi,
kelompok ini merupakan pengembangan lebih lanjut yang paling adaptif pada
keadaan bumi pada masa kini.
Actinopterygii mencakup banyak ikan yang dikenal awam sebagai ikan konsumsi maupun ikan
hias/peliharaan. Contoh ikan actinopterygii adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan louhan (Cichlasoma sp), ikan nila (Oreochromis
niloticus
B.
Karakteristik Actinopterygii
1.
Sistem pencernaan
Pencernaan secara fisik dan mekanik
dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses
pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga
berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi)
otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus
terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Cairan digestif
yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati,
pankreas, dan dinding usus itu sendiri.
2. Sistem
Peredaran Darah
Ikan mempunyai sistem peredaran
darah tunggal. Jantung terdiri atas dua ruang yaitu serambi dan bilik.
Peredaran ikan termasuk peredaran darah tunggal. Sistem peredaran darah pada
ikan terdiri dari: jantung beruang dua, yaitu sebuah-bilik (ventrikel) dan sebuah
serambi (atrium). Darah ikan tampak pucat dan relative sedikit bila dibanding
dengan vertebrata darat. Plasma darah mengandung sel darah merah yang berinti
dan sel darah putih.
3.
Sistem Ekskresi
Ikan mempunyai sistem ekskresi
berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut urogenital. Lubang
urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran kelamin
yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar
dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang
hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan sisa hasil
metabolisme berjalan lambat.
4.
Sistem Reproduksi
Ikan melakukan reproduksi secara
eksternal. Cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi
dan berkembang di luar tubuh ikan. Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai
potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan
penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun.
5.
Sistem pernafasan
Bagian-bagiannya
organ :
-
tulang lengkung insang
-
tulang tapis insang
-
daun insang
Fungsi bagian-bagian insang :
1. Tulang lengkung insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis
insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran
syaraf
2. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk
mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang
3. Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan
peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.
Mekanisme pernafasan :Pertukaran gas
CO2 dan O2 terjadi secara difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui
mulut, terdorong ke arah daerah insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air
akan diikat oleh hemoglobin darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah
akan dikeluarkan ke perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian
diedarkan kembali ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
6.
Sistem Saraf Dan Hormon
Kedua
sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi
perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan (reproduksi dsb).
Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat dsb),
saraf akan merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon dikirim ke hormon-hormon yang
dibutuhkan organ target dan akan merangsang aktivitas metabolisme jaringan-jaringan untuk bergerak.
Sistem saraf
terdiri dari :
- sistem
cerebro spinal :
- sistem saraf
pusat : otak dan tulang punggung
- sistem saraf
tepi
- organ-organ
khusus : hidung, telinga, mata, dll
Sistem Hormon :
Hormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon yaitu hormon pertumbuhan,
hormon reproduksi, hormon ekskresi & osmoregulasi.
Menurut hasil
kelenjar hormon :
- endo hormon :
yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di atas
- ekto hormon :
yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen : merangsang jenis kelamin lain
mendekat untuk berpijah.
7.
Contoh
Ikan Bandeng
Ikan
bandeng adalah ikan payau golongan
teleostei karena ikan ini mempunyai tulang keras (sejati). Ikan bandeng adalah
salah satu ikan catadromeous yaitu ikan yang melakukan perjalanan ke laut untuk
bertelur dan memijah dilaut, maka dari itu ikan bandeng mempunyai kemampuan
osmotic yang tinggi. Mereka hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai
Samudra Pasifik, mereka cenderung
bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan
baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa
bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut
kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Affandi, 2004)
Berikut Klasifikasi Ilmiah
dari ikan bandeng :
Kingdom : Animalia
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Gonorynchiformes
Famili :
Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : C. chanos
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hipotesis mengenai evolusi ikan bertulang sejati sampai saat ini
masih diperdebatkan, hal ini terutama pada saat proses perkembangan Agnatha
menjadi spesies ikan yang berahang. Proses pembentukan rahang dari mulut yang
berfungsi untuk menghisap terlalu kompleks dan rumit, disamping itu faktor yang
mengubah terjadinya pembentukan rahang tersebut juga masih belum diketahui.
Adanya perbedaan hipotesis mengenai asal-usul Condrichthyes dan Osteichthyes
juga merupakan salah satu faktor kelemahan dari hipotesis terjadinya evolusi
ikan. Saat ini ikan bertulang sejati mempunyai spesies yang sangat beragam,
baik bentuk dan warna. Kebaragaman ini masih belum bisa dijelaskan dengan teori
evolusi, seperti mengenai asal-usul keberagaman spesies ikan dan faktor apa
yang menyebabkan keberagaman ikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.
A., J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2003. Biologi edisi kelima jilid 2.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Futuyma & J. Douglas. 2005. Evolution. Sunderland, Massachusetts:
Sinauer Associates, Inc. ISBN 0-87893-187-2
Hickman, C. P.,
L. S. Roberts & A. Larson. 2001. Integrated Principles of Zoology - eleventh edition. McGraw-Hill. New York.
Lande, R., S.
J. Arnold. 1983. "The measurement of selection on correlated
characters". Evolution 37: 1210–26. DOI:10.2307/2408842.
Moyle, P. B.
& J. J. Cech. 2004. Fishes An Introduction to Ichthyology. Pearson Prentice
Hall. Upper Saddle River. New Jersey.
Young, J. Z.
1981. The Life of Vertebrates – third edition. Clarendon Press. Oxford.
http://bill.srnr.arizona.edu/classes/182/BonyFishEvol.htm
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa beri komentar ya ?